Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7 : Oase Untuk Kami Berlima

Jangan lupa VOTE dulu yaaa~




Selamat Membaca^^





Pukul sebelas lewat lima belas menit.

Di hari yang menjelang siang tersebut, kelima pecahan Boboiboy, Fang dan Gopal tengah bersantai di pondok kedai Tok Aba.

"Haha, coba saja setiap hari seperti ini. Kan enak bisa mampir minum es Choco Tok Aba." Celetuk Gopal yang sedang berleha-leha dengan secangkir minuman surga miliknya. Mensyukuri nikmat karena hari ini pulang lebih awal karena ada rapat OSIS dengan para guru.

"Iya, aku setuju. Setiap hari pulang petang itu melelahkan." Si pemuda China berambut landak—Fang, menyahuti.

"Betul. Belum lagi tugas-tugas menumpuk. Bukannya bertambah pintar, yang ada otakku malah seperti terbakar." Timpal Gopal menggebu-gebu. Senang—merasa—mendapat teman yang 'senasip' dengannya.

"Ck, itu memang dasarnya kau bodoh, Gopal. Jangan salahkan otakmu—aku bahkan sangsi kau punya otak." Ujar Halilintar di sela kegiatannya mengotak-atik ponsel Boboiboy.

Sadis!

Gopal seharusnya tidak lagi terkejut dengan ucapan pedas nan menyakitkan persona sangar itu—tapi hati nya tetap tidak bisa terbiasa di olok telak seperti itu. Mulut Halilintar teramat tajam bagi Gopal yang lembek.

"Hahaha. Halilintar benar, Gopal. Memang kamu punya otak?"

Kali ini Gopal gantian galau. Bingung lantaran harus dia apakan pecahan sahabatnya yang polos-polos ngeselin ini. Sampai sekarang Blaze adalah persona yang paling membuat Gopal bingung bagaimana harus bersikap. Blaze membawa diri Boboiboy yang kekanakan dan tempramen. Satu sisi dia bisa sangat manis, namun detik berikutnya bisa berubah mengerikan. Ah—tambahan, Blaze itu tipe persona 'senggol bacok', jadi bayangkan sendiri alasan kenapa Gopal tidak berani membalas ucapan Blaze.

Gopal merengut, "Fang, kenapa tidak membelaku, sih?" tanya kesal.

Fang mengangkat bahu cuek, "Yah, aku tidak pernah merasa otakku terbakar mengerjakan tugas sekolah, jadi—yahh, memang kau saja yang bodoh."


JLEB


Puk Puk


"Yang sabar ya Gopal. Biar bodoh kau tetap sahabat terbaikku." Ucapan Gempa sedikit mengembalikan semangat Gopal yang down. Abaikan kata 'bodoh' yang juga di bawa-bawa Gempa, kata 'sahabat terbaik' cukup menyenangkannya.

Yeah, begitulah pikiran orang bodoh. Positif thinking –nya luar biasa.

"Eh Yaya mana sih? Ganti baju kenapa lama sekali?" Gerutu Taufan karena si kekasih hati tidak kunjung menyusul mereka setelah katanya pulang dulu bersama Ying.

"Seperti tidak tahu saja. Cewek memang gitu—lama. Kutebak mereka berdua sedang asik bergosip di kamar Yaya." Ucap Fang seraya menyandarkan tubuhnya. Dirinya mendesah lelah seolah baru saja mengangkat beban ratusan ton.

Taufan mengangguk-angguk membenarkan.

"Masak?" tanya Blaze penasaran.

Well—secara teknis, semua pecahan memiliki seluruh memory dan pengetahuan sebelum Boboiboy berpecah. Soal Yaya yang memang suka berdandan dan bergosip ria seharusnya bukan berita baru bagi Boboiboy karena—demi Tuhan—keduanya tumbuh bersama dari SD. Tapi memang pada dasarnya Blaze tidak suka terlalu berfikir. Nggak tahu—tanya!—begitu prinsipnya. Dasar bocah!

"Hahh...iya Blaze." Taufan menjawab singkat. Terlalu malas bicara panjang lebar.

Blaze mangut-mangut (sok) paham. Memilih kembali ke kegiatan sebelumnya—mengganggu Ice yang asik tidur menyandar di tiang. Pantas dari tadi tidak ikut nimbrung. Persona itu bahkan tidak terganggu dengan suara Gopal yang masih cempreng hingga sekarang.

"Ice Choco Spesial Tok Aba datang~"

Suara si robot kuning bundar—Ochobot, mendapat sambutan meriah.

"Wahhh...kami kan tidak pesan. Ini gratis, Ochobot?" tanya Gopal dengan mata berharap.

"Iya, gratis jadi tidak usah bayar. Tenang saja Gopal."

"YEEYY! GRATISSS!"

Gopal meraih gelas dari nampan yang dibawa Ochobot dengan senyum lebar.

"Boboiboy!" panggil Ochobot.

"Ya?" sahut para Boboiboy serentak—ice masuk hitungan karena persona itu bangun untuk ikut menikmati Ice Choco Tok Aba. Tau sendiri Ice itu menggemari makan, minum dan tidur. Belum berubah.

Sedikit membuat tercengang namun Power Sphera elemen bumi tersebut cepat kembali sadar, "Ada apa-apa tak dengan kalian akhir-akhir ini?" tanyanya.

Kening Gempa menyerngit dengan cangkir Choco di depan mulutnya, "Kurasa tidak. Tidak ada masalah yang terlalu serius. Kenapa? Ada masalah Ochobot?"

"Oh iyakah? Kok aneh?" Bukannya menjawab Ochobot justru berguman sendiri.

Mengundang rasa penasaran semua orang—terlebih kelima persona yang bersangkutan.

"Ada apa?" tanya Halilintar kemudian.

"Hmm..." suara Ochobot berdengung. Robot kuning itu tengah menimbang apakah ia harus menyuarakan kejanggalan mengenai Boboiboy.

"Kalian tidak merasa 'aneh' atau sejenisnya begitu?"

Ice menyahut cepat dengan retorik, "Kalau berprasangka dirimu berpecah lima bisa dikatakan normal, jawabannya tidak Ochobot. 'Aneh' menurutmu itu bagaimana?"

Blaze mengangguk sependapat.

Ochobot memutar mata robotnya lalu menjelaskan, "Begini, maksudku, jam tangan kuasa Boboiboy rusak dan membuatnya berpecah menjadi lima—menjadi kalian berlima, benar?"

Para Boboiboy mengangguk—kecuali Halilintar—serempak berserta Fang dan Gopal yang ikut menyimak, "Kuasa berpecah diri adalah salah satu kuasa terkuat Boboiboy—butuh tenaga besar dan akibat yang ditimbulkan pun besar pula." Ochobot berhenti sejenak, memandang satu per satu pecahan Boboiboy, "Kehilangan ingatan dan kontrol diri, itu yang sering terjadi dulu—pertanyaanku, kalian tidak merasa ada yang salah dengan ingatan kalian?"

Tidak ada yang menjawab. Kelima elemental Boboiboy terdiam. Tercenung dengan fakta tersebut. Sial, kenapa mereka bisa lupa kalau Boboiboy punya kebiasaan lupa diri bila berpecah terlalu lama? Belum lagi kekuatan mereka yang jadi tidak terkendali dan sangat berbahaya bagi orang-orang sekitar.

Tiba-tiba Taufan terkekeh—memecahkan keheningan sesaat, "Tidak usah khawatir Ochobot. Sampai sekarang kami baik-baik saja, mungkin saja kami sudah kebal dengan efek hilang ingatan."

Namun Gempa menyela, "Belum tentu Taufan. Dulu mungkin karena masih terlalu kecil, sehari berpecah mengacaukan ingatan kita. Sekarang intervalnya lebih panjang tapi tidak menutup kemungkinan kita juga akan kehilangan ingatan juga akhirnya." Persona dengan mata keemasan iu tidak bermaksud berpikir negative tapi tidak bisa dibantah lagi, keadaan Boboiboy mulai mengkhawatirkan.

"Hah? Apa itu benar, Ochobot?" Gopal bertanya dengan wajah merinding.

Tentu saja, masih segar diingatannya bagaimana bokongnya di sengat Halilintar yang mengaku dirinya Ada da. Ia, Ying dan juga Yaya langsung tumbang dihabisinya.

"Kalau begitu ini bisa jadi masalah serius." guman Fang setelah paham dengan duduk perkara yang dikhawatirkan Ochobot.

Gopal menyahut tidak santai, "Tentu saja! Bayangkan kalau kelima Boboiboy hilang kendali macam dulu—bahkan lebih buruk. Gempa mengamuk dengan banyak golem raksasa, Taufan jadi gila dan membuat badai topan—apalagi Blaze dan Ice, mereka bisa saja mendatangkan hujan meteor atau membuat seisi pulau Rintis membeku! L-La-Lalu Halilintar juga akan berubah menyeramkan dan menyerang bokongku—"

"Tanpa harus hilang ingatan sekalipun, aku akan menghanguskan bokongmu kalau kau masih mengoceh, Gopal." Sengit Halilintar dingin yang langsung membungkam mulut si pemuda bertubuh gempal.

Sedikit berdecak sebal karena harus ingat kembali dirinya dulu yang hilang ingatan dan menganggap dirinya Ada da. Sial, itu hal paling memalukan sepanjang eksistensi seorang Boboiboy Halilintar.

Hiiii—Halilintar sudah cukup menyeramkan dalam keadaan normalnya, apalagi jika sampai hilang ingatan. Gopal bertaruh ia akan langsung disambar kilat merahnya sampai mampus. Itu mimpi buruk.

"Yang di katakan Gopal ada benarnya. Kita tidak tahu seberapa kuat Boboiboy sekarang. Dampak kekuatan level kedua Boboiboy lebih berbahaya." Ucapan Ochobot tidak memperbaiki keadaan.

Taufan tidak bisa berkata apapun. Halilintar terdiam dengan wajah tenang dan terlihat sekali ia sedang berpikir keras—entah apa itu. Gempa pun demikian. Sementara Blaze dan Ice berpandangan satu sama lain kemudian menunduk. Blaze mengepalkan tangannya. Merasa kesal karena tidak bisa membantah kalau kuasa miliknya memang sangat membahayakan.

"Sebaiknya kalian berlima tidak usah terlalu memikirkan ini." Ucap Fang yang langsung mendapat tatapan tajam Halilintar. Amarah tiba-tiba saja menyergap persona mudah emosi tersebut.

"Bagaimana bisa kami tidak memikirkan ini, Fang. Seperti katamu, ini masalah serius, sialan." Halilintar tidak sadar dirinya berteriak. Mengakibatkan kilatan merah memercik dari tubuhnya berserta tatapan mata ruby-nya yang menajam karena emosi.

"Tenang Boboiboy, tenang—"

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG, OCHOBOT? Aku—kami akan kehilangan ingatan dan menyerang kalian semua. Katakan padaku! Bagaimana bisa aku tenang memikirkan aku akan menyakiti kalian, HAHH?!!"

Semua orang reflek menjauh saat percikan kilat merah Halilintar berubah menjadi sambaran petir.

"B-Bukan begitu. Tenang kan dirimu dulu, Boboiboy. Jangan emosi, itu tidak baik untuk dirimu sendiri."

"Dengarkan Ochobot, Halilintar. Emosimu ataupun yang lainya bisa memicu efek kehilangan ingatan datang lebih cepat."

Kilat merah yang menyambar di sekeliling Halilintar menyurut. Persona dengan topi hitam merah tersebut memejamkan matanya dengan tangan terkepal. Sungguh, Halilintar tidak bermaksud untuk marah dan meledak. Tapi memikirkan bahwa dirinya atau dirinya yang lain bisa hilang kendali dan menyelakai orang lain—itu menyakitinya. Memikirkan itu membuat dadanya sesak dan berimbas dengan tubuhnya yang memanas dan sakit. Petir dalam tubuhnya membludak hingga terasa menyakitkan hingga Halilintar, mau tidak mau, mengeluarkannya.

"Ada apa ini?" suara seseorang mengintrupsi.

"YAYA?!"

Yaya—gadis yang baru saja datang bersama Ying itu menatap sekitar dengan heran. Mata coklat miliknya memandang bingung wajah takut Gopal dan Fang serta raut gelisah kelima persona kekasihnya.

"Halilintar? Kamu kenapa?" tanya Yaya kala mendapati persona berlambang petir merah itu terdiam di tengah-tengah pondok.

"Hayoyo, ada apa ini? Fang?" tidak ada yang menggubris pertanyaan si gadis keturunan China tersebut. Bahkan Fang—yang notabene adalah pacarnya diam tidak berniat menjawab.

"Hei, ada ap—"


GREP



Tanpa dapat di tangkap oleh mata, Halilintar bergerak secepat kilat dan langsung menubruk tubuh mungil kekasihnya.

"Ha-Halilintar? K-Kenapa?" suara Yaya tergagap. Tubuhnya sedikit terhuyung lantaran terlalu kaget menerima beban tubuh Halilintar yang tiba-tiba datang memeluknya.

"Diam. Aku ingin memelukmu."

Mata Yaya mengerjab cepat. Tidak mengerti maksud sebenarnya ucapan persona dingin nan galak yang sedang memeluknya. Matanya kemudian beralih kepada Gempa dan juga persona lainnya yang ikut mendekat ke arahnya.

Yaya pikir mereka hendak menjelaskan apa yang baru saja terjadi sebelum dia dan Ying datang. Tapi Yaya keliru.

"Hali~ gantian dong. Curang curi start duluan." Ucap Taufan dengan wajah kesal layaknya anak kecil yang direbut mainannya.

"Betul. Sudah dong peluknya. Aku juga pengen peluk-peluk Yaya." Rengek Blaze manja.

"Aku juga mau." Kata Gempa berujar kalem dengan senyuman tampan.

"Berisik. Aku duluan." Desis Halilintar tidak terima langannya ditarik-tarik untuk menyingkir.

"Tidak bisa. Yaya sudah janji akan menemani tidur siang denganku." Nah kalau ini Ice, tidak mau kalah ikut meributkan masalah yang sama sekali tidak penting.

"Mana bisa begitu!"

Seketika Yaya dan kelima Boboiboy melupakan eksentesis sahabat-sahabat mereka.

Ochobot melakukan scanning kepada lima Boboiboy. Fang yang menyadarinya lalu menghampiri Ochobot.

"Bagaimana, Ochobot?"

Si robot kuning selesai melakukan scanning kemudian berkata, "Emosi mereka berlima tadinya naik dan turun berubah stabil. Aku beberapa kali memeriksa Boboiboy, semua pecahannya selalu tenang bila bersama Yaya."

Dahi Fang menyerngit, "Kenapa bisa?"

Lengan robot Ochobot terangkat naik, "Entahlah. Aku tidak sebab jelasnya, manusia menyebutnya cinta kan? Yah, mungkin saja karena Boboiboy punya perasaan itu terhadap Yaya makanya mereka begitu."

"Bagaimana semisalnya Yaya tidak ada? Mereka berdua—atau berenam?— bisa saja bertengkar lalu menjauhi satu sama lain." Tanya Fang mengungkapkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi dalam hubungan Yaya dan Boboiboy.

"Jangan sampai, setidaknya sampai jam tangan Boboiboy selesai ku perbaiki. Emosi kelima persona Boboiboy sangat rentan. Mereka sangat mudah terpancing bahkan hanya masalah sepele. Kurasa Yaya satu-satunya harapan kita agar Boboiboy tetap stabil untuk sekarang ini."

"Kalian tahu? Aku tidak tahu mengerti duduk perkara ini tapi jika itu tentang Yaya dan Boboiboy, sepertinya kita perlu khawatir. Yaya maupun Boboiboy punya cukup banyak fans dan haters di sekolah." Celetuk Ying datang tiba-tiba dan berdiri disamping kekasihnya.

"Hei, bukan Boboiboy saja yang punya fans—aku juga!" sahut Fang keluar topik.

Ying memutar bola matanya imajiner, "Yayaya, terserah." Ucapnya sambil lalu. Bosan denga tingkah pacarnya yang tidak mau kalah populer dari Boboiboy. Heran, sifat yang satu itu tidak berubah semenjak SD.

Dan kedua sepasang muda-mudi berkacamata tersebut larut dalam perdebatan tidak penting mereka. Mengacuhkan Ochobot yang memandangi Yaya yang sedang menjewer Taufan dan Blaze dengan wajah memerah. Biar dia tebak, salah satu dari kedua persona kelebihan hormone itu pasti mencuri ciuman lagi.

Meski robot, Ochobot bisa dengan jelas melihat kebahagian di balik interaksi mirip KDRT tersebut. Mata robotnya seolah bisa melihat background merah muda dengan kerlipan guguran bunga sakura di sekitar keenam orang itu. Konyol—salahkan Tok Aba yang selalu minta di temani nonton "Sekuntum Mawar Merah D' series" jadi robot canggih macam Ochobot bisa tahu ada bias menggelikan tak kasat mata dari pasangan yang sedang kasmaran.

Yaya dan Boboiboy. Adakah nama yang lebih pantas bersanding selain nama keduanya? Tidak ada yang tahu masa depan. Namun Ochobot berharap keduanya—Yaya dan Boboiboy—selalu bersama dan tidak terpisahkan.

Terlebih di saat seperti ini.

Boboiboy dan Yaya putus? Jangan deh!

Merepotkan tahu. Kelima Boboiboy mengamuk—tamatlah sudah Pulau Rintis. Bukan tidak mungkin Pulau Rintis menjadi puing-puing layaknya kota mati.

"Semoga Tuhan tidak akan memisahkan kalian di masa depan."

Siapa yang tahu?!

.

.

.

end of chapter


Jangan lupa VOTE and COMMENT ya readers. FOLLOW juga Authornya biar makin mantap. Hehe.


Salam hangat

Ellena Nomihara. Minggu, 31 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro