Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 : Kalian Semua Menyebalkan

Jangan lupa VOTE dulu yaa~

No edit






"Yaya..."

"Yaya~..."

"Yaya... Jangan begini~"

Sebenarnya gadis berkerudung pink itu sudah berbuat dosa dengan tidak menoleh setelah namanya di panggil sebanyak tiga kali. Jangan samakan dengan candaan tentang Jin karena ini benar adanya. Namun gadis muslimah itu memilih tetap mengabaikan panggilan memelas dari beberapa pemuda berwajah serupa yang berjalan beberapa meter di belakangnya.

Sang sahabat berdarah cina menggeleng pelan melihat sikap acuh Yaya, "Sudahlah Yaya, maafkan saja mereka. Tidak baik merajuk seperti ini." Ucap Ying sembari menepuk pundak sang Sahabat.

"Iya Yaya. Kasihan sahabat terbaikku itu..." Yaya melongos tidak peduli meski Gopal berkata demikian.

" ...lagipula Boboiboy hanya menciummu 'kan?" seketika itu pula langkah Yaya terhenti. Detik berikutnya Gopal mengumpati mulut tanpa filter-nya ketika mata coklat gadis pembuat biscuit paling mematikan Pulau Rintis menatap dirinya garang. Mati kamu Gopal.

" 'Hanya' Kamu bilang?" Mata pemuda berwajah bulat hitam itu panik mencari bantuan. Satu-satunya bantuan terbaik—Ying—malah terkikik jahat di belakang Yaya. Sementara kelima Boboiboy serta Fang yang tidak tahu menahu sebab gadis penyuka pink itu mengamuk menatap bingung pada Yaya sekaligus prihatin pada Gopal. Semua orang tahu pasti ada jatuhnya korban bila Yaya mengamuk.

"Eh-Eh...B-Bukan b-begitu...Yaya..." Gopal tergagap. Entah itu masih SD ataupun sudah SMA pun seorang Gopal akan senantiasa takut pada mode garang seorang Yaya.

"Terus?" Yaya menyahut sengit.

Membuat sahabat gempalnya bertambah gemetaran. Gopal yang pada dasarnya pengecut bertambah ciut tatkala tangan kanan Yaya terkepal—siap menghantam wajahnya.

Gopal yang memiliki otak pas-pas sampai sekarang memilih mengungkapkan pendapatnya, "K-Kan Bo-Boiboy...Papapa-carmu. Jadi bo-boleh pun di-dia memen-ci—" belum kalimatnya selesai, kepalan tangan Yaya sudah benar-benar menghantam wajahnya.


DUANGK


Ugh~Kelima pecahan Boboiboy, Fang serta Ying mendesis. Pasti sakit, pikir mereka.

"Kamu dan semua laki-laki sama. Dipikir cuma karena status pacar, ciuman dengan pacar di perbolehkan, HAHH?"

Selanjutkan Yaya kembali berjalan dengan langkah penuh kesal.

"Hahaha...sudah tahu Yaya badmood, kamu malah bikin dia marah, Gopal." Tanpa perasaan Taufan tertawa mengejek sembari berjongkok dan menepuk bahu Gopal sok prihatin.

Gopal lantas menatap sengit persona bertopi miring tersebut, "Dey, aku begini juga gara-gara mau bantuin kamu di maafin Yaya. Dasar, tidak kasihan apa?". Pemuda berkulit hitam layaknya orang india tersebut meringis sakit mengelus rahang kirinya yang ia yakini pasti membiru.

"Sakit sekali Gopal?" Gempa bertanya hati-hati tapi manusia hitam yang mengaku sebagai sahabat terbaik menyahut tidak santai, "Sakitlahhh...Kamu cobain saja sendiri!". Gempa langsung bungkam. Mana mau ia kena bogem Yaya—meski gadis itu kekasihnya tapi tinjuannya tidak pernah kenal lawan, kawan ataupun pacar.

"Siapa juga yang minta bantuan kamu?" Halilintar yang pada dasarnya cuek sehingga persona itu tidak merasa bersalah apapun ketika Gopal merasa seperti ada panah JLEB menembus dadanya.

"Kejam kamu Halilintar~..." Gopal tidak bisa berkata-kata lebih.

Halilintar? Dengan cool ia mangangat bahunya—tidak peduli.

"Hahh...Salahmu Gopal. Siapa suruh membuat Yaya tambah marah, susah nantinya minta Yaya nemenin aku tidur siang kalau begini." Ice yang kalem mendumel kesal karena bayang-bayang tidur santainya bersama Yaya di pondok samping kedai Atok Aba terancam kelangsungannya. Ying, Fang dan Gopal menatap malas persona yang paling hobi tidur tersebut.

"Haish, Ice! Pikirkanlah apapun selain waktu tidurmu!" omel Fang kesal. Pemuda asal cina yang berstatus kekasih Ying itu memang sedikit risih dengan tingkatan dua kuasa Air itu. Tidur, makan dan tidur. Siapa yang tidak kesal memiliki sahabat seperti itu.

Sementara semua persona Boboiboy mengejek dan menyalahkan Gopal serta kedua sejoli asal cina sibuk berdebat dengan persona lain, Blaze yang biasa tidak bisa diam kini malah tersenyum lebar sembari matanya berbinar memandang belokan dimana Yaya menghilang. Hingga celetukannya mendiamkan semua orang.

"Ahh...Cantiknya Yaya saat marah,~"

Blaze mengabaikan tatapan tidak percaya yang berkata apa-kamu-waras dari semua pasang mata di sana. Dengan cengiran kekanakan Blaze mengacungkan jempolnya pada Gopal.

"Gopal kamu memang Terrbaik..." dibalas dengan kedipan polos belum sadar dari si pemilik nama.

"Sampai jumpa di kedai semuanya..."

Selanjutnya persona kuasa Api tersebut pergi—meninggalkan beberapa orang yang detik kemudian sadar.

"Kalian perlu membawa Blaze berobat..." –Gopal

"Ada yang salah dengan otaknya..."—Fang

"Mungkin Blaze tadi terbentur sesuatu di sekolah..." –Ying

Sementara keempat pecahan Boboiboy yang tertinggal mengangguki semua celetukan ketiga sahabatnya. Blaze gila , pikir mereka. Melupakan bahwasanya mereka adalah satu.

Sudah di bilang Blaze menyukai wajah merah dan merona Yaya. Meski itu berarti kekasihnya sedang marah tapi Blaze akan tetap menganggap Yaya itu lucu dan menggemaskan.

Yahhh...Blaze memang sesuatu dalam diri Boboiboy.

.

.

.

"Nah Yaya..." satu cup es coklat dingin tersaji menggoda gadis berkerudung pink yang sedang asik mengotak atik ponsel pintarnya.

"Terima kasih Ochobot,"

"Sama-sama. Aku balik ke kedai dulu, Yaya." Robot kuning bundar itu baru saja akan pergi ketika pekikan gadis muslim itu tidak menahannya.

"Ochobot...boleh aku mau bertanya?" Yaya berkata ragu-ragu.

"Tanya sajalah..."

"Itu...Apa Jam Kuasa Boboiboy belum selesai kamu perbaiki?" Tanya Yaya dengan mata penuh harap menatap bola kuasa alien tersebut.

"Maaf Yaya. Sampai saat ini Jam-nya masih rusak." Jawaban Ochobot membuat pundak Yaya lemas.

"Cepatlah kamu perbaiki Ochobot. Kamu tidak kasihan padaku apa?" Yaya berujar memelas.

Robot yang memang tidak mengerti masalah Yaya bertanya, "Kasihan kenapa?"

"Boboiboy jadi lima Ochobot. LIMA!!!" Yaya menekan kata 'Lima' seraya membuka lebar kelima jari tangannya.

"Terus?"

Yaya menghela nafas. Sedikitnya ia harus bersabar karena ia sedang curhat dengan sebuah robot dan jelas Yaya harus mengerti bila robot bukan makhluk peka, "Boboiboy jadi lima berarti aku mempunyai lima pacar, Ochobot!"

"Bukannya malah bagus?" robot bundar kuning itu bertanya polos.

Yaya yang mendengar lantas terpekik, "APANYA YANG BAGUS, OCHOBOT?!"

"E-Ehh emhh...Nikmati minuman mu Yaya. Aku balik dulu..." Ochobot memilih mengambil langkah seribu dari pada mendapat jitakan sayang dari Yaya. Meski robot, pukulan Yaya mempu membuat ia pening dan benjol. Yaya dan tinjuannya adalah sesuatu yang menyakitkan.

Yaya mendengus kesal melihat bola dari luar angkasa itu lari menghindari amukannya, "Huhh...dasar!"

Diambilnya minuman yang ia pesan sembari Yaya kembali melanjutkan aktivitas jarinya mengotak-atik ponsel pintarnya. Baru saja (sumpah) Yaya akan merasakan betapa nikmatnya coklat dingin Atok Aba yang terkenal lezat sebuah bibir menangkap sedotan yang berada tepat di depan bibir Yaya.

"HUWAAAA..."


DUAKG



"ADUHHH..."

Yaya kaget, lantas dengan reflek luar biasa menyakitkan ia memukul wajah di belakangnya tanpa melihatnya. Menyebabkan si pelaku terjebab mundur dan jatuh dengan bokong menghantam tanah. Yaya ingin memarahi siapa yang bersikap kurang ajar padanya sebelum ia mendapati pemuda tampan beropi merah terang dengan lambang api meringis sakit di luar pagar pondok kecil yang biasa Yaya dan kawan-kawan tempati.

"Blaze?!"

Si pemilik nama membalas dengan wajah memelas sakit.

"Yaya... Sakit~..."

Segera saja gadis itu menghampiri persona yang (baru-baru ini) diketahui paling manja terhadapnya. Dan lagi, ugh~ wajah Blaze imut sekali.

Menarik pemuda itu dan duduk berdua di bangku pondok.

"Yaya kenapa mukul sih~..." rengek Blaze sembari tangannya belum berhenti mengelus dagunya.

Yaya tanpa perasaan menjitak kepala pecahan kekasihnya, "Reflek. Salahmu karena mengagetkan aku Blaze. Muncul seperti hantu."

Blaze mencibikkan bibirnya lucu. Dalam hati Yaya merasa sangat gemas dengan tingkah Blaze yang lucu. Tingkahnya yang seperti anak kecil polos membuat Yaya terkadang tidak sadar memanjakannya.

Mendapati salah satu persona kekasihnya merajuk, di sentuhnya rambut hitam acak-acakan yang tidak tertutup topi, "Maaf...lain kali jangan mengagetkan aku. Mengerti ?". Blaze mengangguk antusias. Mood membaik hanya karena Yaya mengelus rambutnya.

"Yaya, mau main tidak?" gadis bertempat tinggal di sebelah rumah tersebut menyatukan alisnya. Dan sepertinya gadis muslimah itu melupakan kekesalannya.

"Main apa?"

Bukan menjawab Blaze sibuk mengobrak-abrik isi tasnya. Mencari sesuatu di dalamnya. Yaya yang penasaran memajukan sedikit kepalanya hendak melihat apa yang Blaze ambil.

"TARAAA..."

Dua bungkus snack Pocky teracung di depan wajah Yaya.

"Kita main ini ya~ Yaya. Seperti orang-orang di taman." Blaze berkata penuh semangat.

"Nama permainannya apa,?"

Blaze memasang wajah berpikir, telunjuk tangannya mengetuk-etuk dagunya, "Emmhh...namanya...emhh..AH namanya Pepero Game. Iya Pepero Game."

Detik kemudian mata Yaya terbelalak. Terkejut dengan permainan yang diajukan oleh Blaze padanya. Dan apa tadi? Orang-orang di taman memainkan ini di taman?!

"Blaze...kamu tahu cara mainnya?" Yaya bertanya pelan dengan mata belum berkedip.

Persona itu menggeleng, " Tidak tahu. Makanya aku mengajakmu bermain ini. Yaya tahu permainan ini 'kan?". Gadis berkerudung itu menepuk keningnya pelan. Pusing dengan sikap polos pecahan Boboiboy serta wajah menggemaskan pemuda itu.

Di bilang tahu Pepero Game, tentu saja Yaya tahu. Yaya yang memang pecinta hal-hal berbau Korea, sedikit banyak tahu tentang permainan itu. Game asal negeri gingseng itu popular di kalangan idol, karenanya Yaya tahu. Tapi bila di paksa menjelaskan, tentu saja Yaya tidak mau. Nanti Blaze malah kegirangan mendapati wajah merah malunya.

"Yaya, ayo main!"

"Tidak mau!" tolak sang kekasih.

"Hehh...kenapa?" rengek Blaze kemudian. Tidak lupa melancarkan serangan wajah menggemaskan miliknya yang sama sekali tidak Blaze sadari.

Yaya membuang wajah, "T-Tidak mau. Kamu main sama orang lain saja."

"Yahhh ...padahal aku ingin tahu cara mainnya," guman Blaze kecewa. Yaya sedikit merasa bersalah karenanya.

"Ya sudah. Aku ajak main Suzy atau Gopal sajalah..." lanjut Blaze seraya beranjak bangkit dari duduknya.

Mata Yaya terbelalak dan secepat kilat ia menahan lengan Blaze dan menariknya duduk kembali, "Kamu ingin mengajak siapa?" Tanya Yaya panik.

Blaze menjawab polos, "Suzy atau Gopal."

"TIDAK BOLEH!" sergah Yaya

Yang benar saja. Sealim-alimnya Yaya dalam berpacaran, tidak pernah dalam bayangannya melihat Boboiboy bermain Pepero Game dengan Suzy apalagi Gopal. Tidak. Meski hanya persona, Yaya tidak rela.

"Kenapa?"

"Pokoknya tidak boleh!" tegas Yaya

"Tapi aku mau main Yaya. Bosan~..."

Gadis dengan segudang prestasi tersebut memejamkan matanya. Helaan nafasnya keluar selagi ia memijat pelipsnya. Hingga suatu keputusan Yaya ambil.

"Baikklah..." Yaya menelan ludah, "Aku mau main."

Blaze bersorak girang. Senang akhirnya ia dapat bermain permainan yang belum diketahuinya. Dan Yaya menambah kadar kesenangan Blaze menjadi bahagia.

Disobeknya bungkus Pocky dan mengambil sebatang Pocky berlapis coklat tersebut.

"Cara mainnya, Yaya?" Tanya Blaze menatap kekasih tidak sabar.

Yaya berusaha tidak terlihat gugup, "Begini~..." Yaya mengambil alih batang Pocky dari tangan Blaze. Membawanya ke bibir pemuda itu.

"Dua orang pemain menggigit tiap ujung pocky dan harus bisa menyisakan pocky sepanjang satu centi meter tanpa boleh terjatuh." Jelas Yaya dengan wajah memerah.

Blaze mengerjapkan matanya. Mencerna penjelasan singkat Yaya mengenai permainan yang akan mereka mainkan. Dan ia tersenyum semangat karenanya.

"Jadi aku sama kamu makan pocky seperti orang mau ciuman?" cengir Blaze enteng.

Yaya yang tidak mau persona di depannya salah pengertian lantas menggeleng, "Bukan. Kita tidak ciuman. Kita hanya memakannya seperti—"

"—Seperti mau berciuman?" sela Blaze seraya terkekeh geli. Senang rasanya melihat wajah merah Yaya. Dia manis sekali.

"Diam Blaze. Jangan menggodaku atau aku tidak main lagi sama kamu." Ancam Yaya yang justru membuat Blaze tertawa. Menggoda kekasihnya ternyata menyenangkan.

"Oke. Ayo main."

Sepasang kekasih itu duduk berhadapan dengan bersilang kaki. Blaze mengatup ujung Pocky dengan bibirnya dan menyodorkan ujung yang lain pada Yaya.

Yaya meraih ujung pocky dengan mata sedikit terpejam. Matanya melirik ke samping—tidak mau menatap wajah (tampan) di hadapannya.

"Aku hitung saja ya?" Yaya mengangguk.

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga..."

Awalnya Yaya pikir Blaze akan memakan tidak sabar stick Pocky tersebut—yang ternyata salah. Gadis itu memberanikan diri menatap kekasihnya dan—detik kemudian Yaya menyesali tindakannya. Di hadapannya Blaze menatap dirinya dalam dengan gerakan pelan menggigit stick pocky. Seperti ingin menggoda Yaya dengan mendekat dengan perlahan—yang sialnya Yaya tidak mampu mengalihkan pandangannya.

Mendapati kekasihnya tidak bergerak menggigit pocky, Blaze sedikit demi sedikit mengikis jarak. Memajukan kepalanya seiring dengan batang pocky yang ia gigit. Mata beriris jingga miliknya menatap mata coklat gadis pujaanya. Mata itu begitu sayu serta kedua pipi agak tembam berlapis warna merah. Ahh~ kenapa Yaya cantik sekali. Blaze tidak tahan ingin menciumnya.

Blaze memiringkan kepalanya ketika panjang pocky tersisa tiga senti. Matanya masih memperangkap Yaya—yang seolah mempunyai magic hingga gadis itu tidak bergerak mendorong dirinya seperti yang biasa gadis itu lakukan.

Satu centimeter.

Tapi Blaze sudah tidak peduli dengan apapun karena sekarang ia ingin memakan benda kenyal merah muda di tepat di depan bibirnya.

Tapi...

GRAB

DUAKH

"ADUHHH..."

Untuk kedua kalinya pantat Boboiboy Blaze menghantam tanah. Kali ini pelakunya bukan kekasihnya melainkan...

"Mau mati ya, Blaze?" Halilintar dengan segala aura hitamnya.

"Jadi kamu pulang duluan supaya bisa berduaan sama Yaya, ya Blaze?" Gempa dengan senyum ramah namun terdapat perempatan siku-siku di pelipisnya.

"Mau mencium Yaya saja pakai modus main pocky," Taufan dengan wajah sebal dan bungkus pocky di tangannya.

"Blaze curang. Tahu begitu tadi aku pulang bersamamu..." Ice dengan wajah manyun cemburu.

Yang semuanya dibalas dengan cengiran polos seorang Boboiboy Blaze. Ia bangkit dan menepuk pantatnya—mengelus serta menghilangkan debu.

"Kalian ikut main saja. Pocky-nya masih banyak 'kan?" ucap Blace seraya menunjuk bungkus Pocky ditangan Taufan dan bungkus lainnya di bangku pondok.

Nampak keempat pecahan Boboiboy lainnya berpikir sebelum akhirnya mengangguk singkat. Pocky-nya masih banyak.

Blaze menoleh, "Yaya kita main Pocky berenam saja ya?"

Kesalahan fatal. Gopal, Fang dan Ying adalah saksi dimana seorang Yah Yaya membantai lima pemuda berkekuatan element bumi dengan bogem miliknya.

"KALIAN SEMUA MENYEBALKANNNN!!!"

Oh tuhan, kuat kan iman Yaya.

.

.

.

.

TBC

Jangan lupa VOTE dan Komen ya. ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro