Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13 : OOC Semua

Jangan lupa VOTE ya ~

SEMUA KARAKTER BOBOIBOY PUNYA MONSTA. ALURNYA PUNYA SAYA SENDIRI. BUKAN PLAGIAT ATAU COPAS. ENGGAK! MINGGAT SANA KE 'AN' UNTUK KALIAN YANG MAIN LOMPAT KE CHAPTER INI!








WARNING : Dalam Chapter ini semua karakter pada OOC. Lagi enggak waras semua...










Sorry for Typo












Selamat membaca^^














Yaya menatap Boboiboy Gempa dengan wajah bodoh.

Halilintar dan Ice juga menghentikan pertengkaran kecil mereka dan melihat Gempa. Bahkan tanpa mereka berdua sadari mereka berkedip dua kali serempak.

Sementara persona dengan topi terbalik itu tersenyum hangat. Hampir-hampir membuat Yaya jatuh karena Gempa dan senyuman khas Boboiboy itu adalah paket komplit untuk menusuk jantung Yaya dengan panah cinta.

'ughhh...sadar lah Yaya—Sadar!'

"Em...Gempa...kau ingat aku?" Yaya hati-hati bertanya.

Halilintar yang masih mengingatnya membuat Yaya memiliki asumsi atau setidaknya harapan bahwa persona Boboiboy yang lain tidak lupa ingatan.

"Hm? Tentu saja aku ingat, kau Mimi 'kan? Anak tetangga sebelah."

Ingin rasanya Yaya menjambak rambut seseorang. Jawaban Gempa terlalu pede dan santai seolah-olah dia tidak lupa apapun justru membuat kepala Yaya sakit.

"Mimi? Katamu tadi namamu Yaya, kau bohong padaku?" Ice menoleh pada Yaya, wajahnya beriak sedikit emosi marah dan kecewa.

"Jaga bicaramu." Sambar Halilintar sengit. Mata merahnya memincing memberi peringatan pada Ice.

Mimi...

"Mimi aku—"

"AKU BUKAN MIMI!"




...Terkutuklah siapapun engkau wahai Mimi.

Teriakan Yaya mengagetkan ketiga elemental. Halilintar dan Ice bahkan sedikit meloncat dari tempat mereka berdiri. Gempa yang tadinya tersenyum hangat berubah berkeringat dingin lantaran Yaya memandangnya dengki.

Yaya tahu dirinya Out of Character saat dengan kesal menunjuk Gempa dengan jari telunjuk nya, "Yaya. Namaku Yaya, Boboiboy. Tidak pernah berubah dan jangan panggil aku Mimi lagi. Paham?!"

Gempa mengangguk cepat. Pecahan Boboiboy yang satu itu merasa sangat ngeri pada Yaya.


Cantik-cantik bar-bar.



"Hahh! Karena Gempa di sini jadi sekalian saja ki—KYAAAAA!"



"YAYA!" "MIMI"


Sesaat Yaya merasa jantungnya jatuh ke perut. Perempuan itu benar-benar tidak menyangka akan ada orang waras yang tiba-tiba menyautnya dan membawanya terbang ke udara.

"BOBOIBOY TAUFAN! TURUNKAN AKU SEKARANG JUGA!"

Yang menculiknya memang tidak waras.

Dengan seringai tengilnya, pecahan kuasa angin itu malah tertawa kegirangan mendengar teriakan perempuan yang dia panggul di bahunya.

Lalu setelah keduanya menembus awan putih, baru Taufan membenarkan posisi Yaya—memeluknya di depan. Elemental dengan sikap jahilnya itu menatap Yaya yang berhasil dia bawa kabur.

"Nah disini tidak ada yang gang—" TAK "Adow! Kok aku dipukul sih Bidadari...?" dan seketika itu Taufan cemberut.

Yaya memberik Taufan satu pukulan lagi di dada. Taufan beruntung Yaya tidak sedang memakai jam kuasanya jadi meski sakit pukulan Yaya tidak mematikan.

"Apa yang kau lakukan Taufan? Kenapa membawaku ke sini?" Yaya bertanya dengan kesal. Dalam keadaan normal mungkin dia bisa mentoleransi perilaku Taufan yang kadang membuatnya pusing . Tapi sekarang waktunya tidak tepat. Ada sekolah yang harus Yaya selamatkan,

"Menculikmu tentu saja. Aku kesal angry bird membawa bidadari pergi. Terus tadi Bidadari bersama dua orang yang juga mirip aku. Aku tidak suka mereka mengkrubungi bidadari jadi aku bawa aja bidadari. Hehe" jelas Taufan santai. Persona itu dengan enteng menjelaskan sikap absurnya seolah tidak absurd.

Yaya bahkan tidak mempermasalahkan tangan Taufan yang memegang pinggangnya erat karena kepalanya pusing duluan.

Setahunya cuma Halilintar yang memiliki sifat posesif Boboiboy. Memang sih kelima pecahan Boboiboy selalu memperebutkannya tapi tindakan Taufan yang lupa ingatan ini agak aneh. Harusnya Taufan ini tidak memiliki rasa apapun pada Yaya jika dia lupa.

Tapi menculiknya lantaran tidak suka persona lain dekat dengan Yaya, apa itu berarti Taufan, dengan keinginan sendiri, menyukai Yaya dan menumbuhkan sifat posesif terhadap Yaya?

Yaya masih berdebat dengan pikirannya hingga perempuan itu tidak menyadari sedari tadi Taufan tidak lepas menatap gadis cantik dalam pelukannya itu dengan senyum kecil.

Lalu karena tidak tahan, Taufan akhirnya melakukan hal yang sejak tadi ingin lakukan.

Mata coklat madu Yaya mengerjab. Otaknya berjalan lambat. Jantungnya berdebar sangat kencang lantaran terkejut dan tidak menyangka.

Taufan mencium bibirnya.

Oh tidak! Yaya bergerak cepat untuk mendorong dada Taufan. Dia meronta hingga Taufan akhirnya menjauhkan bibirnya. Tapi...

"Ssstt...bidadari jangan nakal."


Deg



'Taufan...?' Yaya terdiam. Tubuhnya terpaku menatap mata biru Taufan yang lebih pekat dari biasanya. Mata yang biasa menatapnya jenaka dan penuh rayuan itu sekarang menatapnya dengan sorot intimidasi. Taufan ini memang tersenyum kecil tapi Yaya melihatnya sebagai ancaman bahwa Yaya tidak boleh menolak apapun yang dilakukannya.

Lalu bibirnya kembali menjadi sasaran.

"Hmp..." Yaya tidak bisa menahan suara saat Taufan tidak hanya sekedar mengecupnya tapi melumat bibirnya dan bergerak dengan lidah nya yang panas.

Oh Tuhan! Yaya pusinggggg.

Sementara Taufan tidak berencana berhenti dalam waktu dekat. Bibir bidadarinya ternyata manis. Semanis wajah dan harum tubuhnya. Taufan tidak segan membungkuk untuk menginvasi lebih jauh rasa dalam mulut bidadarinya.

Itu adalah ciuman sepihak. Sangat terlihat bahwa Taufan yang memegang kendali. Pemuda bermata biru itu tidak segan menyatukan bibir keduanya berkali-kali setelah menjeda tiga detik mengambil nafas.

Yaya tidak bisa menghitung berapa waktu terlewat dan berapa kali Taufan menciumnya. Persona di depannya seolah menganggap bibir Yaya adalah permen manis hingga tidak berhenti mengemut dan mengecupnya banyak kali.

"Su-emmmmmm" Taufan kembali membungkam bibirnya dengan ciuman panjang dan melepasnya lagi setelah sedikit memberi gigitan pada belahan bibir bawah Yaya.

"Hehe, bibirmu merah..."

Sekali lagi, Yaya merinding melihat mata biru Taufan berkilat cerah.

"Taufan...sadar." Ucap Yaya dengan nafas terengah. Tubuhnya terasa lemah lantaran pusing dan fungsi jantungnya yang terlalu cepat berdebar.

Benar Taufan harus sadar. Ciuman ini tidak wajar. Terlalu jauh. Terlalu intim. Terlebih Yaya merasa Taufan di depannya sangat berbeda. Perasaan takut dan ngeri ini membuat Yaya lebih berhati-hati pada sang pecahan angin.

"Hm...?" Taufan memiringkan kepalanya. Terlihat tidak mengerti maksud gadis cantik dalam dekapannya. Tapi lantaran dia sangat menggemaskan Taufan jadi ingin menciumnya lagi.

Namun Yaya tidak membiarkannya. Kali ini tangan Yaya langsung sigap menghalangi mulut Taufan yang maju hendak meraih nya. Kalau saja ini Taufan yang biasanya, sudah pasti Yaya memukulnya.

Saat mata biru cerah itu lagi-lagi berkilat berbahaya, Yaya segera berucap, "Taufan, tolong hentikan. Kita tidak punya waktu untuk begini. SMA Rintis harus kita selamatkan dulu."

Yaya berharap alasannya cukup membuat Taufan tidak bertindak gila(menciumnya) lagi. Ciuman Taufan tidak buruk tapi perasaan seperti Taufan ingin menelannya hidup-hidup tidak berhenti membuat Yaya merinding.

Taufan menatap lamat wajah Yaya. Yaya juga tidak berpaling dari Taufan. Mata biru cerah dan mata coklat madu saling berpandangan hingga Taufan menyingkirkan tangan kecil Yaya dari mulutnya dan menggemgamnya erat.

"Aku sedang mencari sesuatu."

Yaya tidak menyela. Gadis itu memperhatian Taufan yang kini memainkan jemarinya yang lebih mungil dibanding jari sang persona.

"...atau mungkin seseorang. Tapi aku tidak ingat, bidadari. Aku tidak ingat apa atau siapa yang kucari. Tapi saat bersamamu, memelukmu seperti ini, aku merasa sempurna."

Yaya menahan nafas saat Taufan mencium tangan nya layaknya seorang gentleman. Persona yang harusnya konyol dan berisik, entah bagaimana bisa membuat jantung Yaya jumpalitan karena tindakannya yang manly dan manis.

Mungkin saja efek kuasa pembelah tubuh Boboiboy tidak hanya hilang ingatannya tiap persona namun juga memunculkan sifat baru atas keinginan elemental itu sendiri. Seolah-olah mereka bukan lagi bagian dari Boboiboy.

Seolah mereka adalah manusia. Manusia...dengan kuasa dan emosi tidak stabil.

Mereka berbahaya. Kelima pecahan Boboiboy dalam kondisi rentan lepas  kendali.

Sekarang, Yaya merasa sedang berjalan diatas es tipis. Sedikit saja dia membuat kesalahan, semuanya akan kacau dan tidak terkendali.

Selagi para Boboiboy memiliki afeksi lebih kepadanya, Yaya memiliki peluang untuk sedikit menolong.

"Taufan, pertama-tama namaku Yaya, YahYaya. Bukan Bidadari apalagi Mimi..." mata biru Taufan mengerjab cepat saat mendapati nada jengkel pada akhir kata gadis dalam pelukannya, "Kedua, kamu adalah Boboiboy Taufan, salah satu kuasa elemental Boboiboy, kekasihku. Ketiga kita harus cepat kembali ke sekolah sebelum Blaze benar-benar menghanguskan sekolah kita dan terakhir..."Yaya meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Taufan, "Jangan asal menciumku."

Taufan terpana melihat wajah Yaya yang merona meski mata gadis itu memaksa menatapnya tajam. Dia jadi gemas lagi ingin cium. Taufan suka. Apalagi rasa Yaya manis. Tapi kok dilarang?

"Jadi...Yaya pacarku dong?"

Kepala Yaya mengangguk membenarkan pernyataan bukan pertanyaan Taufan.

"Terus kenapa aku tidak boleh menciummu?"

Seketika itu wajah Yaya dengan hebatnya. Taufan bahkan takjub dengan cepatnya wajah cantik itu berubah warna. Kayak bunglon.

"Ya tidak boleh!"

"Heee...kok begitu? Yaya pacarku jadi aku boleh dong cium kayak gini." Lalu seolah membuktikan perkataannya Taufan dengan gesit mencuri satu kecupan dari bibir mungil Yaya.

Hasilnya dia mendapat pukulan keras di dada. Ouch...sakitt juga.

"Taufan!"

"Yaya mau minta tolong padaku kan?" tanya Taufan tiba-tiba.

Sebenarnya Ice sudah cukup untuk menyelamatkan sekolah yang berkobar api. Ditambah dengan Gempa yang memudahkan mereka menghentikan pergerakan Blaze.

Tapi menjawab seperti itu hanya akan membuat Taufan merasa tidak dibutuhkan dan marah. Entah apa yang akan dilakukan Taufan saat dia marah. Yaya tidak mau pulau rintis jadi korban lain dari amukan persona Boboiboy.

Jadi Yaya memutuskan mengangguk.

"Nah, aku bakal bantu bidada—Yaya pacar bidadariku menyelamatkan sekolah. Tapi imbalannya Yaya harus menuruti ku semua keinginanku." Kata Taufan dengan cengiran lebar.

Dipikir Yaya Jin botol?!

Andai Yaya membawa jam tangannya, dia akan kabur saat ini juga.

"Taufan...aku—WAAAAAAAA"

Yaya merutuki kesialannya yang berturut-turut. Setelah tadi dibawa terbang tiba-tiba, sekarang Yaya dibawa turun dengan sangat-sangat cepat. Gadis itu merasa isi perutnya teraduk dan membuatnya mual.




"CK ANGRY BIRD SIALAN. JANGAN AMBIL BIDADARI!"





Kaki Yaya telah menapak bumi saat sadar siapa yang membawanya kali ini.

Halilintar. Pantas saja dia seperti naik jet coaster paling cepat di bumi tadi.

"Yaya, kau baik-baik saja? Kau diapakan si tengik itu?"

Mungkin merasa terpanggil, tak lama Taufan juga mendarat tak jauh dari mereka. Untuk kedua kalinya setelah kejadian dengan Adit, Yaya kembali melihat wajah dingin seorang Boboiboy Taufan.

"Kau! Apa masalahmu?!" seru si elemen Angin.

Halilintar yang emosian tentu tidak terima dan balik membalas, "Apa masalahmu?!"

"Jauhkan tanganmu dari Yaya, brengsek!"

"Kau yang menjauh dari Yaya. Dia milikku."

Kepala Yaya kembali diserang pusing. Dibanding pertengkaran dulu, kali ini Halilintar dan Taufan tidak akan segan menggunakan kekuatan mereka dan bertarung tanpa peduli sekitar mereka.

"YAYA!"

Dan dua Boboiboy lain pun menyusul. Bergabung dalam pesta 'YAYA MILIKKU'.

Untungnya Gempa yang agak jinak, tidak terlalu larut dalam pertengkaran. Jadi Yaya mendekati persona itu dan berkata pelan, "Gempa, ikuti aba-abaku. Kita dan Ice pergi dari sini." Yaya kemudian berbisik di telinga Gempa dan si penguasa tanah mengangguk-angguk kepala mengerti.

Tak lama setelah itu tanah mereka berpijak sedikit bergetar.


"CANGKERAM KRISTAL TANAH"


Seketika itu Halilintar dan Taufan yang bersiap mengeluarkan jurus terperangkap dalam genggaman tangan yang terbuat dari Kristal hijau. Ice sempat melongo melihat dua orang yang mirip dengannya terjebak dalam tangan tanah tapi saat Yaya menarik nya menjauh, Ice tidak banyak bicara.

"Gempa, sial,  kau kau ini?" –Halilintar meronta marah.

"Woi, lepaskan aku!" –Taufan menggeliat berusaha lepas.

Yaya tidak mendengar seruan dua persona itu. Gadis itu sedang terburu dan dua orang itu tidak berdamai dan menyusahkan.

Seraya menggenggam tangan Ice di kanan dan Gempa di kiri,Yaya berucap pada keduanya, "Kalian diam disini. Aku, Gempa dan Ice akan menghentikan Blaze dan menyelamatkan sekolah."

Halilintar dan Taufan melotot bersamaan. Tidak percaya gadis cantik bernama Yah Yaya itu serius meninggalkan mereka berdua seperti ini.

Sial. Dan kenapa pula Yaya harus menggandeng dua orang itu.

Ice yang seolah tahu kekesalan keduanya, justru dengan sengaja memprovokasi mereka dengan menjulurkan lidah.

"ICE/MATA NGANTUK SIALAN!"

.

.

.

"Mi—Yaya...kita mau kemana?"

"Balik ke SMA Rintis. Semoga Fang berhasil mengulur waktu dan mencegah Blaze membakar sekolah lebih jauh."

Gempa berpikir sebentar, "Fang siapa?"

"Fang. Cowok berambut landak ungu dan berkaca mata." –Yaya

"Landak ungu? Emang ada gitu landak dirambut?" –Gempa

"..."

"Yaya, yakin dia pecahanku yang lain? Kok bego sih?" –Ice

Dahlah Yaya pusing.

.

.

.

TBC

Hai! Hai! Hai!

Bentar lagi lebaran guys. Huwaa tidak mau puasa berakhir padahal.

Bagaimana dengan chapter ini? Kiss nya aneh ya? Garing ya?

Ehe, chapter ini pendek karena aku cuma mau fokus sama tindakan-tindakan Elemental BBB yang labil banget. Mereka jadi OCC yang bikin kepala Yaya pusing.

Punya pacar banyak emang enggak enak guys. wkwkwkwk

Jangan lupa VOTE and COMMENT ya. FOLLOW juga AUTHORnya biar makin mantap.

Sampai jumpa chapter depan.

Salam Hangat

Ellena Nomihara. Minggu 09 Mei 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro