Bab 05
Zelda memperhatikan calon suaminya yang terlihat pasrah dan tidak banyak bicara. Memang tidak salah dirinya menjebak Anwar, lelaki itu secara fisik terlihat sempurna dan sangat cocok mendampinginya. Kakek pasti tidak akan banyak protes jika memeriksa latar belakang Anwar yang memang datang dari keluarga berada.
Anwar berdiri dengan gagah di sampingnya, kini keempatnya sedang menunggu jemputan supir keluarga Zelda. Dari kejauhan Zelda menangkap sosok paruh baya yang sangat dikenalnya, tidak disangka kakek ikut menjemput rombongan Zelda ke bandara.
"Kakek!" Zelda berlari kecil dan menghampiri satu-satunya keluarga sedarah yang dimilikinya.
Kakek Zelda melangkah mantap, meski rambutnya hampir putih semua karena uban. Namun, tidak terlihat tanda-tanda renta dari sang kakek. Tentu saja kebugaran tubuh yang dimiliki kakek Zelda tidak datang tanpa alasan.
Terlepas bahwa Zelda dan kakek bersitegang karena urusan calon suami, tapi ia bersyukur kakeknya masih sehat dan panjang umur. Kakek Zelda dikenal sebagai tuan tanah di kampung halaman mereka.
Keluarga Zelda memiliki ribuan hektar perkebunan jeruk. Mendiang ayah Zelda yang berhasil mengembangkan perkebunan keluarga tersebut menjadi perusahaan yang bernilai ratusan miliar. Dimana kini Zelda juga menjabat sebagai manajer pengembangan bisnis perusahaan itu atau lebih dikenal dengan PT. Matra Food.
Kakek Zehab menyambut pelukan cucu satu-satunya. Keduanya berpelukan erat untuk sesaat.
"Zelda, bagaimana perjalanan kalian?"
"Seperti biasa saja, Kakek." Zelda memeluk pinggang kakek dan menghampiri rombongannya. "Kakek masih ingat Aira? Tunangan Dru?"
Aira menyambut dan mencium tangan kakek Zelda. Dru juga tidak lupa melakukan hal sama seperti tunangannya.
Kini tiba saatnya Zelda memperkenalkan calon suaminya, "Kakek, ini Anwar. Kekasih yang pernah aku ceritakan. Ia sengaja ke Indonesia untuk meminangku."
Anwar salah tingkah dengan penjelasan singkat Zelda tapi ia tetap berusaha hormat dengan menyodorkan tangan pada kakek Zehab. Zelda melotot pada Anwar agar calon suaminya tidak lupa menarik senyum hingga ke ujung pipi.
Tidak seperti yang diduga Zelda, sambutan kakeknya ternyata lebih hangat. Bukannya menyambut sodoran tangan Anwar, kakek justru memeluk Anwar dengan erat.
Selama kedua lelaki itu berpelukan di depan matanya, Zelda berusaha menahan nafas. Dalam hatinya Zelda berdoa agar Anwar tidak bersikap aneh dan membuat kakeknya curiga.
"Siapa namamu, Nak?" Kakek bertanya pada Anwar.
Seperti yang sudah Zelda katakan, Anwar harus berpura-pura tidak terlalu mengerti bahasa Indonesia. Meski pada faktanya, Anwar sangat fasih berbahasa Indonesia karena lelaki itu juga sering mengunjungi Jakarta untuk urusan pekerjaan.
"Kakek, Anwar tidak terlalu paham bahasa Indonesia." Zelda menarik pelan bahu Anwar agar berdiri sejajar dengan dirinya. Zelda lalu mengatakan sesuatu pada Anwar menggunakan bahasa Inggris.
"Anwar," jawab Anwar pada kakek. Sesuai dengan skenario yang sudah mereka diskusikan selama perjalanan menuju bandara Bau-Bau.
Kakek menepuk bahu Anwar dan tertawa keras-keras. "Dua puluh lima tahun lalu, anak lelaki semata wayangku membawa calon menantu yang tidak fasih berbahasa Indonesia. Sejarah kembali terulang. Cucu perempuanku yang kini membawa calon cucu menantu yang berdarah asing."
Anwar kembali tersenyum ramah. Zelda mengangguk pada sandiwara yang sedang dimainkan calon suami pura-puranya.
"Tidak apa-apa, Nak Anwar. Masih banyak waktu untuk belajar bahasa. Satu hal yang penting, asal kau kuat menghadapi cucuku Zelda dan berjanji untuk melindunginya dengan nyawamu. Semua bisa dihadapi," ujar kakek Zehab pada Anwar. "Ayo, kita semua pulang!"
Pegawai kakek Zehab sudah siaga membantu membawakan bawaan koper mereka. Dru dan Aira berjalan di belakang Zelda yang mengekor kakek dan Anwar yang berangkulan. Zelda memberi isyarat pada kedua sahabatnya bahwa sejauh ini rencana mereka berjalan aman.
Kakek masih bercerita segala macam pada Anwar menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan lelaki itu hanya mengangguk-angguk seolah paham. Zelda memang tidak salah memilih calon suami pura-pura.
Setidaknya keterbatasan bahasa akan mencegah kakeknya untuk menginterogasi Anwar. Zelda merasa lega karena skenario pertunangan dengan Anwar akan lancar jaya.***
Add this book to your library! Love and Vote!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro