Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6

Cerita ini akan ada banyak momen bikin ketawa, alurnya agak lambat, tapi siapin hati aja ya '-')/ cuma mau bilang itu aja😂😋

-- BATAS KEKONYOLAN IZZY --
Happy Reading!

Zery tertawa geli melihat wajah serius bercampur penasaran yang ditunjukkan oleh Izzy. "Saya bercanda soal itu. Kamu harus lihat ekspresi kamu barusan. Setengah melongo gitu kayak nggak nyangka. Hahaha..."

Izzy memelototi Zery, tidak tersentuh sedikitpun dengan candaan atau tawa yang keluar dari mulut bosnya. "Nggak lucu tau, Pak. Saya lagi serius, Bapak bercanda. Tau ah gelap!" Lantas Izzy melenggang pergi sambil mengerucutkan bibirnya.

"Dasar bos gila! Gue serius, dia bercanda. Mana bercandanya ngeselin banget lagi," gerutu Izzy.

Dari belakang, Zery menyusul langkah Izzy, dan setelah berhasil dia menautkan jarinya ke dalam sela-sela jemari Izzy, lalu menggenggamnya erat. "Jangan ngambek dong. Saya cuma bercanda. Sekali-kali saya mau bercandain kamu."

Izzy mengabaikan ucapan Zery, tapi tidak sedikitpun tangannya berontak ingin dilepas. Ya, ampun... kenapa tangannya segenit ini bersedia digenggam Zery? Seharusnya dia jual mahal sedikit, bukan jual murah kayak baju obralan!

"Alasan kakak saya diusir tadi karena hal lain. Kamu mau tau nggak?"

Izzy tetap mengabaikan. Akibat diam-diam emasnya ini, Zery menahan tangannya sampai langkah mereka terhenti. Zery memutar tubuh Izzy sampai mereka berhadapan.

"Jadi ceritanya kamu ngambek nih?"

Izzy tetap diam membisu. Mulutnya tertutup rapat, dan iris cokelatnya mengikuti pergerakan mata Zery yang ada di depannya.

"Saya minta maaf ya. Nggak lagi-lagi bercanda kayak gitu. Mau kan maafin saya?"

Izzy masih tetap diam.

"Izzy, kalo kamu marah ya silahkan tapi jawab apa kek. Jangan mogok ngomong gini. Seenggaknya kalo kamu bilang kamu ngambek saya tau. Kalo begini--"

"Selamat, Anda masuk jebakan Izman! Izzy Batman!" potong Izzy sambil tertawa puas. "Kena deh!"

Zery speechless. Dia sudah percaya Izzy ngambek dan ternyata itu semua hanya akal-akalan Izzy?? Bunuh gue aja, bunuh! teriak Zery dalam hatinya.

"Gimana rasanya kena jebakan Izman, Pak?" Izzy mengepal tangannya, terulur ke depan pada Zery seolah-olah kepalan tangannya adalah microphone. "Ceritain dong sensasinya, Pak."

Zery mengabaikan Izzy, meninggalkannya dengan rasa kesal yang masih menempel sampai ubun-ubun.

"Yeyeye, lalala, Pak Zetar ngambek nih... cihuy!" ledek Izzy menyusul Zery dari belakang.

For God's Sake! Bisa nggak sih Izzy bersikap lebih normal? Tadi di depan keluarganya diam-diam kalem, sekarang mulai bertingkah aneh lagi.

Zery tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat Izzy yang mengekorinya dari belakang langsung menabrak punggungnya. Zery berbalik badan, sedangkan Izzy mundur selangkah sambil cengengesan.

"Bercanda kamu bener-bener..."

"Eh-eh kok gitu sih? Loh, kok marah? Jangan gitu Pak Zetar," potong Izzy bersenandung kecil dengan cengiran pamungkasnya.

Zery ngelus dada seperti biasa. Sungguh, Izzy benar-benar menguji kesabarannya.

"Senyum dong, Pak. Naning ninang ningnung." Izzy menggerakkan kedua tangannya ke depan wajah Zery, menampilkan wajah konyol demi menggoda Zery.

"Terserah kamu aja. Saya pusing lihat kamu mirip ulat keket," kata Zery menyerah. Dia memilih melenggang pergi daripada meladeni kegilaan Izzy yang tiada habisnya.

Izzy menyusul langkah Zery, memeluk lengannya sambil berkata, "Pak, kalo masih ngambek nggak saya kasih jatah loh!"

Zery mendelik tajam. Izzy langsung meralat, "Jatah main congklak, Pak. Emangnya mau jatah apa lagi? Masih marah aja pikirannya udah jauh kayak ke bulan."

"Iya, terserah kamu aja."

"Kiwkiw. Ganteng. Kalo ngambek pertanda minta diseriusin nih," goda Izzy seraya mencolek dagu Zery layaknya sabun colek.

"Colek-colek lagi, saya cium."

Izzy mengabaikan peringatan itu, dia malah makin gencar colek-colek dagunya Zery. Dalam hitungan detik, Zery menghentikan langkah dan melirik tajam setajam tikungan gebetan dipepet yang lain.

"Waduh, jalan tol akhirnya nyaut juga." Izzy masih tetap cengengesan.

"Izzy! Bisa nggak sih kamu jangan..."

Zery tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Izzy sudah lebih dulu mengecup singkat bibirnya. Dia terbelalak merasakan sentuhan lembut bibir Izzy, dan senyum lebar yang kini sedang ditampilkan Izzy.

"Hadiah kecil untuk Bapak karena tadi belain kakaknya. You did a great job, Boss!"

Izzy yang sadar betul akan tindakannya langsung melenggang pergi. Selain malu, dia kelihatan seperti perempuan agresif yang hobinya nyosor duluan kayak bebek. Aduh, aduh... untung tidak ada yang dia kenal. Kalau ada orang kantor, dia berharap bisa ninggalin mukanya di bawah rerumputan hijau di sini.

Selagi Izzy menjauh, Zery diam di tempat sambil menggaruk tengkuk lehernya malu. Beberapa orang yang ada di sekitar mereka dapat menyaksikan kejadian super singkat yang berhasil mendebarkan hati Zery.

Duh, dia tidak bisa dipermainkan seperti ini. Izzy benar-benar mengaduk emosi dan perasaannya dalam satu waktu. Dia bisa gila beneran karena Izzy. Gadis itu benar-benar luar biasa...

👔 👔 👔

Selesai acara ulang tahun, Izzy tidak langsung pulang ke rumah. Dia pergi menemani Zery ke hotel. Tanpa mengatakan alasannya, Zery sudah memarkir mobil mewahnya di basement hotel.

"Pak, kita mau..."

"Ketemu kakak saya," potong Zery seolah tahu maksud pertanyaan Izzy akan tempat yang mereka datangi.

Izzy bernapas lega. Setidaknya bukan karena Zery ingin melakukan yang aneh-aneh. Memang dasar deh, otaknya ngeres mulu sejak insiden tangga darurat! Hadeh, Izzy... kurang-kurangin makan micin!

"Sebentar ya, saya mau kasih kue untuk kakak saya. Kamu tunggu di sini karena saya nggak akan lama," ucap Zery, yang kemudian segera turun dari mobil.

Gerakan mata Izzy mengikuti pergerakan Zery. Berhubung matanya masih bisa melihat jarak jauh dengan jelas, dia menyaksikan Zery memeluk kakaknya yang super cantik itu. Izzy iri akan kecantikan bak dewi Yunani yang dimiliki kakaknya Zery.

Dalam sekejap kekaguman Izzy berubah menjadi rasa kasihan. Matanya menangkap kakaknya Zery menangis tersedu-sedu, menunjukkan raut wajah yang tidak bisa digambarkan meskipun air mata sudah jatuh membasahi pipi yang kering. Kakaknya Zery pasti terluka. Entah apa pun itu alasannya diusir, Izzy tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut merasa sedih.

Izzy terkejut saat menyadari Zery mendekati mobil bersama kakaknya. Secepat kilat Izzy merapikan rambut dan cara duduknya supaya kelihatan lebih feminin.

"Izzy, ayo keluar sebentar. Saya mau kenalin kamu sama kakak saya," ucap Zery setelah membuka pintu mobil tanpa peringatan lebih dulu.

Izzy terlonjak kaget, namun dia berusaha tenang. Mengikuti langkah bosnya, dia menyunggingkan senyum malu-malu kepada kakaknya Zery.

"Halo, Izzy! Aku Gladissa, kakaknya Zery. Salam kenal ya!" Izzy belum sempat membalas tapi tubuhnya sudah dipeluk lebih dulu oleh Gladissa.

"Salam kenal juga, Kak Gladis." Izzy berbisik pelan, tangannya ragu ingin membalas pelukan itu namun akhirnya dia memberanikan diri membalas pelukan Gladissa.

Setelah merasa cukup, pelukan mereka terlepas. Izzy tersenyum canggung, sementara Gladissa menunjukkan senyum lebar hingga gigi putihnya terlihat.

"Zery cerita banyak loh tentang kamu, Izzy. Dia bilang kamu itu unik. Katanya kamu bisa bikin dia ketawa," beber Gladissa sembari melirik Zery.

Zery berdeham seakan-akan memberi kode pada kakaknya untuk diam. Sayangnya dehaman itu bagai angin lalu untuk Gladissa karena akhirnya Gladissa kembali membeberkan hal lainnya.

"Zery bilang dia bahagia bisa ketemu kamu. Adikku juga bilang biarpun baru beberapa hari kenal kamu tapi dia udah nyaman sama kamu."

Zery menyela, "Kapan gue bilang begitu?"

"Barusan."

"Ow, ow, kamu ketahuan..." Izzy refleks bersenandung sambil menatap Zery. Mendengar suara tawa Gladissa, dia langsung menutup mulutnya dan seperti biasa--nyengir.

"Hahaha... kamu lucu banget, Izzy." Gladissa memegangi perutnya yang sakit karena tertawa geli. "Bener ya apa kata Zery, kamu unik banget. Nggak ada loh gebetan dia yang kayak kamu."

Izzy meruntuki jiwa-jiwa biduannya. Bentar-bentar nyanyi, bentar-bentar godain, astaga... hidupnya lawakan banget sih! Sebel jadinya. Seharusnya dia jaim, bukan malu-maluin. Aduh, gagal deh tuh jadi putri Keraton.

"Lo belum lihat aja tingkah anehnya yang lain. Apalagi kalo..." Zery menggantung kalimatnya. Niat hati ingin mengatakan soal kalimat-kalimat ambigu Izzy yang bikin dia merinding, tapi tidak jadi. Takutnya kelepasan dan kakaknya mengetahui kegiatan intimnya dengan Izzy. Cukup dia, Tuhan, Izzy, dan tangga darurat yang tahu kejadian malam itu.

"Kalo apa?" tanya Gladissa menatap penuh selidik.

"Kalo udah ngelawak bikin emosi," jawab Zery singkat.

Gladissa merangkul pundak Izzy sambil menunjuk adiknya. "Zery jarang banget senyum, apalagi ketawa. Dimaklumi ya? Dia terlalu datar. Jadi kalo dia nggak ketawa kamu kelitikin aja, Izzy." Dalam sekali anggukan, Izzy setuju akan melakukan itu lain kali.

"Udah jangan ngomong yang aneh-aneh. Gue mau balik sama Izzy."

"Ya udah lo masuk duluan ke mobil. Gue mau bicara dulu sama Izzy," ucap Gladissa. Tidak memerlukan izin adiknya, dia menarik Izzy sedikit menjauhi mobil Zery.

Merasa sudah cukup jauh, Gladissa mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian meletakkan di atas telapak tangan Izzy. Sambil tersenyum, dia menjelaskan, "Ini kalung untuk kamu. Aku pernah bilang sama Zery akan kasih kalung yang sama seperti yang Zery pakai untuk perempuan yang kurasa tepat. Begitu sebaliknya. Aku merasa kamu sosok yang tepat untuk mendampingi adikku, Izzy."

Izzy memandangi kalung dengan bandulan kunci yang ada di telapak tangannya. Dia sempat melihat Zery mengenakan kalung ini, namun talinya lebih panjang sehingga hanya terlihat jika lelaki itu telanjang dada.

"Ini..."

Gladissa menutup tangan Izzy, mengepalnya agar menggenggam kalung itu. "Tolong jaga Zery. Aku nggak bisa jagain dia karena nggak tinggal di sini. Lain kali kita perlu ketemu lagi. Saat ketemu untuk kedua kali, aku harap kamu sama Zery udah bawa undangan."

Izzy tak mampu berkata apa-apa selain mengangguk. Ada dua hal yang harus dia penuhi karena acara hari ini; pergi ke rumah Oma, dan ketemu dengan Gladissa untuk kedua kali. Tidak terasa hutangnya sudah menumpuk.

"Semoga kalian bahagia. Makasih udah buat Zery senyum dan ketawa." Gladissa memeluk erat Izzy. "Akhirnya setelah lima tahun berlalu Zery bisa nunjukin dua hal itu lagi, dan itu berkat kamu, Izzy. Makasih ya," bisik Gladissa.

Pikiran Izzy langsung berputar memikirkan maksud lima tahun lalu. Ada apa dengan lima tahun lalu? Bukan main petak umpat kan?

"Pasti. Aku pasti jagain Zery, Kak. Aku juga berdoa semoga Kak Gladissa bahagia selalu. Makasih juga udah jadi kakak yang baik untuk Zery. Dia pasti bangga punya kakak," balas Izzy berbisik sembari mengusap punggung Gladissa.

Beberapa menit mereka larut dalam pelukan, akhirnya Izzy kembali ke mobil ditemani Gladissa. Berpamitan dan melambaikan tangan menjadi hal terakhir sebelum benar-benar meninggalkan Gladissa sendirian.

Sepanjang perjalanan, Izzy memegangi bandulan kalung yang diberikan Gladissa. Seperti ada pikulan berat, Izzy merasa bersalah sudah berjanji dengan Gladissa. Belum tentu dia akan bersama Zery, mengingat bosnya cuma pengoleksi gebetan. Dia termasuk satu dari kesekian koleksinya.

"Gladissa kasih kalung itu juga akhirnya. Saya pikir dia nggak mau kasih ke siapa-siapa."

Izzy tersadar dari lamunannya dan tersentak kaget. "Eh??"

Zery melirik Izzy sekilas. "Kelihatannya semua keluarga saya setuju sama kamu."

"Ah, itu kebetulan aja, Pak. Lagian kita baru deket beberapa hari lalu. Itu juga karena hm... ya gitu, saya nggak mau nyebutin."

Suasana mobil mendadak hening. Zery tidak mengatakan apa-apa lagi. Izzy pun begitu. Alunan lagu milik Julie Anne San Jose yang berjudul Down For Me menemani kesunyian mereka.

"Kakak saya suka banget sama semua lagunya Julie Anne San Jose. Setiap dia naik mobil bareng saya yang diputer lagu penyanyi kesukaannya aja," kenang Zery lirih.

"Selera lagunya sama kayak saya," respons Izzy. "Eh, tapi nggak ada yang nanya," gumamnya pelan.

Zery tertawa pelan. Izzy yang melihat tawa menghiasi wajah bosnya ikut senang. Raut wajah Izzy berubah ketika mendengar penuturan Zery.

"Coba aja keluarga saya lebih ngerti mungkin Gladissa nggak akan terluka kayak gini."

"Maaf kalo lancang, tapi terluka karena apa, Pak?"

Zery diam beberapa menit. Mengambil napas pelan-pelan, lalu mengembuskannya. "Gladissa nikah sama ayahnya Virgo dan Libra."

"Hah?? Gimana maksudnya, Pak?"

"Ayah saya punya adik yaitu ayahnya Virgo dan Libra. Entah gimana ceritanya, tiba-tiba pernikahan Om saya hancur. Usut punya usut ternyata Gladissa penyebabnya. Om saya dan Gladissa saling mencintai. Itulah kenapa mereka berdua diusir dari keluarga Hadijaya. Ayah saya bilang nggak mau nganggep adiknya dan Gladissa ada di hidupnya. Cinta mereka cuma bikin malu keluarga," jelas Zery menceritakan singkat.

Izzy mencoba mencerna cerita Zery baik-baik. Jangan sampai dia salah kaprah karena ini sangat sensitif.

"Terus Virgo sama Libra gimana, Pak?"

"Anehnya mereka berdua setuju. Katanya lebih baik ayah mereka sama Gladissa daripada ibu mereka yang senang selingkuh. Tapi ya tetep aja suara mereka berdua nggak bisa membantu Gladissa dan Om saya tetap jadi bagian keluarga."

"Oh, kalo gitu pas kita nikah... eh, maksudnya pas Bapak nikah sama gebetan yang..."

"Kamu bilang apa? Kalo kita nikah?" potong Zery.

"Bu-bu-bukan, Pak. Itu tadi ada kucing lewat. Saya bilang gitu."

Zery menepikan mobilnya, lantas memiringkan tubuhnya sampai menghadap Izzy.

"Pak, kok berhenti sih? Jalanan sepi nih. Jangan bilang mau anu." Izzy menatap ngeri.

"Iya, saya mau anuan sama kamu. Kenapa?" Zery membuka jas hitamnya, melempar asal ke jok belakang, kemudian membuka dua kancing kemejanya. "Kalo kemarin di tangga darurat, sekarang di mobil."

"Eh, jangan, Pak." Izzy menutup dadanya. Tapi bibirnya bergumam pelan, "Jangan sampai nggak jadi maksudnya."

"Saya bercanda. Saya berhenti karena mau bertukar cerita sama kamu. Saya udah kasih tau rahasia yang nggak pernah orang ketahui tentang kakak saya. Sekarang gantian kamu yang cerita. Ada hal apa yang perlu saya tau dari kamu?"

Izzy hampir saja menurunkan tali dress yang dia pakai kalau Zery menunjukkan indikasi akan menerkamnya. Memang deh, otaknya ini sudah geser.

"Maksudnya Bapak mau tau rahasia saya yang nggak pernah dikasih tau ke orang-orang?"

Zery mengangguk.

"Oh... ada."

Zery menatap serius penuh antisipasi. "Apa?"

"Saya laper. Hehehe..."

Zery menggeram kesal. "IZZY!"

👔 👔 👔

Jangan lupa vote dan komen semuanya🤗🤗🤗😘

See you di chapter selanjutnya. updatenya akan lebih lama nih '-')/

Follow IG: anothermissjo (disini ada banyak spoiler nih hehe)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro