Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4

Malam yang dipenuhi laron eh, dipenuhi bintang maksudnya. Izzy pergi main ice skating dengan gebetan sekelas Zery. Tidak disangka Zery menunggu di parkiran setelah pulang kerja. Kunci rumah yang suka minggat dari tas, kini aman bersamanya.

Dipandangnya wajah ganteng dengan berbagai kesempurnaan seperti hidung mancung, dagu terbelah, dan senyum indah bagai laksana matahari terbit yang menyinari dunia. Izzy tidak berkedip memandangi Zery yang sibuk memakaikan sepatu luncurnya. Selain wajah, perhatian lelaki itu meruntuhkan sikap malu-malu kucingnya. Zery membantunya memakai jaket super tebal agar dirinya tidak kedinginan. Urusan sarung tangan, Izzy memilih pakai sendiri sebelum dibilang anak manja oleh segerombolan perempuan di belakangnya yang bergosip ria mengagung-agungkan sosok Zery.

"Pak, saya nggak pernah main ice skating. Kalo ke mall ini cuma ngelihatin orang main tapi nggak berani nyoba." Izzy sudah bangun dari tempatnya, tapi masih tak berani turun merasakan dinginnya lantai es. "Bapak main sendiri aja deh, kalo di kamar baru saya temenin. Eh, maksudnya kalo main congklak gitu saya temenin."

Zery mengamit tangan Izzy, menariknya pelan sampai perempuan itu turun ke lantai es. Izzy mencengkram tangannya sekeras memegang pegangan wahana roller coaster.

"Ada saya, nggak perlu takut. Kalo kamu jatuh ya bangun sendiri."

"Ya kalo saya jatuh, saya guling-guling sekalian biar digendong Bapak," sahut Izzy, masih memegang lengan Zery. Sedetik kemudian, Izzy memekik kaget. "Pak, eh, Pak! Kok ditinggal sih?? Eh, saya nggak bisa. Saya nangis nih!"

Zery melepas tangan Izzy, menjauh sedikit dan meninggalkan Izzy mematung dengan wajah panik. Izzy sigap berpegangan pada pegangan yang ada di pinggir rink skating

"Aduh, Pak. Ini nggak lucu. Saya nangis beneran nih! Kakinya nggak bisa gerak. Saya takut jatuh." Izzy merengek dengan wajah memohon. Izzy menggigit bibir bawahnya karena sebal.

Merasa tidak tega, Zery kembali mendekati Izzy--menggenggam tangannya perlahan dan membiarkan perempuan itu meremas tangannya. Sambil Izzy berpegangan padanya, dia menarik dan mengajari Izzy cara bermain ice skating. Izzy memang tidak sepintar pengunjung lain, karena berulang kali diajarkan tetap tidak bisa, namun Zery menikmati hal-hal seperti ini.

"Pak, ini sengaja ya ngajak ke sini biar kita banyak skinship?"

Zery tertawa kecil. "Kalo mau banyak skinship, saya ajak kamu ke kamar aja. Lebih banyak, dan lebih enak."

Izzy menggeleng. "Hadeh... Bapak mesum banget. Kalah itu bintang porno. Dengernya kan geli-geli gimanaaaaa gitu," ucap Izzy.

"Geli-geli sayang kan?"

"Astatang... pede banget sih, Pak. Malah yang ada jangan-jangan Bapak udah sayang sama saya? Ngaku deh, ayo ngaku, iya kan?" Izzy melempar kedip-kedip menggoda pada Zery.

"Kalo saya jawab, dapat hadiah apa dari kamu?"

"Dapat susu saya. Eh, susu sapi maksudnya."

Zery pusing setiap kali Izzy mengatakan kalimat-kalimat ambigu dan sahutan asal-asalan, membuat pikirannya langsung melebar ke mana-mana. Sejak kejadian semalam pikirannya tidak pernah sejernih mata air. Satu kata yang mewakili dia sekarang; gila. Dia sudah gila karena Izzy. Satu-satunya perempuan yang berhasil meruntuhkan pertahanannya.

"Oke, saya tunggu susu pertama yang kamu bilang. Jawabannya saya kasih tau setelah kamu kasih saya."

"Eh?? Saya bercanda, Pak. Jangan dianggap serius terus dong, Pak. Nanti kalo diseriusin beneran gimana?"

"Ini kamu ngode minta diseriusin?"

Izzy menggeleng. "Nggak, Pak. Cuma minta dinikahin aja," jawab Izzy pelan. Dan sialnya jawaban sangat pelan itu dapat terdengar di telinga Zery.

"Kamu udah siap menikah dengan saya?"

Izzy memandangi iris hitam Zery, meneguk ludah gugup karena tatapan Zery mulai menghangatkan hatinya. Waduh... bahaya nih. Ini pertanda dia bisa kepincut sama Zery beneran! Dia harus jaga pertahannya jangan sampai roboh lagi kayak kegiatan mesum mereka semalam.

"Pak bukannya kita mau nonton? Masa mau ngobrol di sini terus? Lagian katanya mau ngajarin, kok malah merhatiin muka saya? Saya tau kalo saya cantik, Pak." Izzy mencoba mengalihkan pembicaraan, berusaha mengabaikan pertanyaan yang bisa mempertanyakan keteguhan hatinya.

Zery mundur beberapa langkah, meninggalkan Izzy sendirian. "Kalo gitu coba melangkah sekarang, saya yakin kamu udah bisa."

"Serius nih, Pak? Sekarang?"

"Nggak, tahun depan. Ya sekarang. Emangnya kamu mau di sini sampai tahun depan?"

Izzy mendengus. Bagaimana bisa bosnya melepas dirinya seperti ini? Dia kan takut jatuh, dan tentu sentuhan tangan Zery lebih hangat daripada sarung tangannya. Namun apa daya Izzy harus mandiri. Dia mencoba maju pelan-pelan ke depan, memeragakan seperti yang Zery katakan.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, dan... dia jatuh ke dalam pelukan Zery karena bosnya sigap menangkap tubuhnya yang kehilangan keseimbangan.

"Lusa saya ajak kamu ke pesta ulang tahun nenek saya." Zery mengangkat tubuh Izzy agar berdiri seperti semula, membiarkan tangan perempuan itu kembali menggenggam tangannya.

"Mau ngapain, Pak?"

"Kenalin kamu ke keluarga saya. Emangnya mau ngapain lagi? Ngepel lantai?"

Izzy tertawa pelan sambil memukul lengan Zery. "Aduh, Bapak bisa aja ngelawaknya. Kalah deh nih Sule sama lawakan Bapak."

"Saya serius."

"Serius udah bubar tau, Pak. Belum ketinggalan info kan?" Izzy nyengir sedikit sebelum Zery ngamuk diajak bercanda. Kenyataannya tak ada sambutan tawa dari wajah Zery, hanya memasang wajah datar serata jalan tol. "Pak, mukanya nggak bisa ganti ekspresi gitu? Datar banget mirip jalan tol. Apa jangan-jangan Bapak kembaran si jalan tol yang hilang?"

Zery kayaknya perlu ekstra sabar bicara dengan Izzy. Bentar-bentar dibercandain. Humornya masih kelas elegan, belum sereceh Izzy.

"Iya saya tau serius udah bubar. Intinya lusa kita jalan lagi."

"Besok nggak nih, Pak? Yakin nggak mau ketemu saya? Ini duta lawak 2019 loh! Bisa bikin happy terus." Izzy kembali mengedipkan matanya dengan cengiran andalannya.

"Bilang aja besok mau kencan lagi. Kalo gitu besok kita kencan. Tapi..." Zery menggantung kalimatnya, mendekati telinga Izzy dan kembali melanjutkan, "... di ranjang."

"Oh, main congklak. Siap-siap kalah ya, Pak." Izzy pura-pura salah dengar. Dia tidak tahu harus membalas apa karena dia merinding.

Secara tiba-tiba Izzy mengamit tangan Zery, lalu melepas satu sarung tangannya, dan mengusap punggung tangan Zery dengan ibu jarinya. "Kalo disentuh gini, horny nggak, Pak?"

Zery terbelalak. Apa katanya?? Telinganya belum rusak kan sampai mendengar Izzy berani bertanya seperti itu? Astaga... perempuan yang satu ini memang bikin dia tegang di mana-mana. Gila, ini perempuan terbuat dari apa sih? Frontal banget. batin Zery terheran-heran.

"Bercanda ya, Pak. Cuma mau ngetes apa tangan saya bisa hangatin Bapak atau nggak, soalnya muka Bapak dingin mulu kayak kulkas," ucap Izzy sembari nyengir.

"Kamu..."

"Saya cantik? Itu sih udah hukum alam, Pak. Semesta juga tau saya seindah itu," potong Izzy masih dengan cengirannya.

Melihat Zery diam tak merespons, Izzy kembali beraksi. "Pak, pilih atas atau bawah?"

"Atas. Ini pertanyaan soal apa sih?"

"Posisi seks, Pak." Izzy nyengir lagi. Melihat Zery melotot, dia buru-buru meralat, "Eh, salah. Maksudnya pilih naik tangga ke atas atau bawah. Jangan mikir yang iya-iya ya, Pak. Cukup kemarin aja iya-iya. Hehehe..."

Zery mengelus dada. Seluruh tubuhnya ngilu. Astaga... sepertinya dia harus ekstra tahan menghadapi candaan seperti ini. Ya, Tuhan... kok bisa sih ciptain manusia kayak Izzy?

👔 👔 👔

Izzy duduk termenung di depan teras rumah. Dia bosan. Ingin pergi tapi tidak tahu harus ke mana meskipun sekarang hari sabtu—harinya jones-jones berdoa supaya hujan dan bagi yang pacaran batal jalan. Izzy salah satu dari banyaknya pendoa tersebut. Jadi kalau hujan, itu berarti doanya Izzy terkabul.

Tiba-tiba mobil mewah yang Izzy tumpangi semalam muncul. Sosok yang ditemani olehnya kemarin juga muncul, Pak Zetar. Biarpun gayanya kasual, tapi pesona Zery tidak pernah pudar. Izzy mengakuinya dan akan terus begitu. Tapi, ngapain Zetar ke sini? Eh... dia kan belum mandi!!

"Kamu masih pakai piyama? Nggak baca pesan saya?"

"Hp-nya mati dan lagi di charger, Pak. Emangnya Bapak kirim pesan apa?"

"Mau ngajak kamu jalan. Buat apa saya jemput kalo nggak ngajak jalan?"

Izzy bangun dari duduknya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Ya, siapa tau mau mampir ke rumah saya. Kalo gitu tunggu bentar ya, Pak. Saya mandi dulu. Cepet kok, nggak pakai lama."

Zery menahan lengan Izzy ketika membuka daun pintunya. "Saya tunggu di luar? Kamu nggak nyuruh tamu masuk ke dalam?"

"Saya nggak pernah nganggep Bapak tamu." Izzy nyengir terus sampai giginya kering. Kemudian, "Bercanda ya, Pak. Jangan ngambek soalnya saya nggak punya balon. Yuk, mari masuk." Izzy mengamit tangan Zery, menariknya masuk ke dalam rumah.

Zery mengedarkan pandangan, memandangi setiap lukisan yang terpajang rapi. Warna putih dan krem mendominasi hampir di setiap dinding rumah. Rapi dan wangi. Dua hal itu yang Zery simpulkan ketika melihat bagian dalam sekilas.

"Saya haus. Kamu nggak mau kasih saya minum dulu?"

"Bapak mau nyusu?"

Zery melotot. Ampun, candaan apalagi ini??

Izzy nyengir. "Nyusu ultra, Pak. Kenapa sih otaknya kotor aja kayak lantai yang belum disapu. Masih pagi tau, Pak. Otak nggak boleh bekerja terlalu keras mikir jauh-jauh."

Zery menghela napas capek. Besok-besok dia ngacak rambut karena omongan-omongan nyeleneh Izzy. Anak itu menguji segala hal yang ada di dalam dirinya. Pagi-pagi saja, sudah menguji imajinasinya.

"Ini susu cokelat buat Bapak." Izzy meletakkan susu kotak di depan Zery sambil tersenyum. Melihat Zery menyeruput susunya, Izzy kembali berkata, "Di sini adanya susu doang. Air putih ada sih, tapi air comberan."

Zery terbatuk-batuk mendengarnya. Dia keselek susu cokelat. Gila, Izzy bisa lebih waras nggak sih??

"Bercanda, Pak. Di sini ada air putih yang sehat kok. Bapak ambil sendiri. Anggap aja rumah calon istri. Saya mau mandi dulu. Atau, Bapak mau ikutan?" Izzy melempar tatapan menggoda. Entah kenapa dia suka banget godain Zery. Manusia tanpa ekspresi itu paling gampang digodain. Iya, asal nggak kebablasan kayak waktu itu.

"Nggak. Saya udah mandi," tolak Zery sembari menyeka sisa-sisa susu cokelat di dagunya.

"Emangnya siapa yang ngajak Bapak mandi bareng saya? Orang mau nyuruh Bapak sikatin WC," kata Izzy santai. Sedetik kemudian dia ngacir sebelum dilempar kotak susu. "Canda ya, Pak! See you. Bentar aja. Kalo lama, naik ke atas aja gedor kamar saya."

Sepeninggal Izzy ke atas, Zery bangun dari tempat duduknya. Merasa suasana rumah sepi, Zery penasaran ke mana orangtua Izzy atau mungkin keluarga yang seharusnya tinggal di rumah yang ukurannya tidak terlalu besar ini. Bisa dibilang rumahnya Izzy masih seukuran dengan ruang tamu rumahnya. Membahas soal itu, Zery melihat bingkai kecil terpajang di atas meja--bersebelahan dengan pajangan pecah belah.

Zery mengamati foto tersebut--satu-satunya foto yang ada di rumah Izzy. Tapi dia tidak tahu di lantai dua ada foto lagi atau tidak, tetapi di lantai satu hanya ada foto ini. Dilihat dan diamati baik-baik, dalam foto itu Izzy masih sangat kecil. Entah berapa umurnya, mungkin sepuluh tahun. Ada orangtua, dan seorang perempuan yang berwajah mirip dengan Izzy, yang dia yakini saudarinya. Ada senyum kecil yang terukir di wajah Zery melihat pose Izzy kala itu--pose memamerkan gigi ompong di depan dan memeluk saudarinya.

Beberapa menit mengamati, Zery duduk ke tempatnya semula. Menit-menit berikutnya terasa berat karena dia tidak suka menunggu. Demi mengusir rasa bosan, Zery memainkan permainan yang ada di dalam HP-nya.

Tiga puluh menit berlalu, ada suara langkah kaki menuruni tangga. Zery bernapas lega akhirnya dapat terbebas dari kebosanan. Pupil mata Zery terbuka lebar begitu melihat Izzy memunggunginya dengan baju yang belum diresleting. Punggung indahnya terekspos sempurna.

"Pak, bisa tolong resletingin baju saya nggak? Tadi saya udah coba tapi susah banget," pinta Izzy sedikit merendahkan tubuhnya agar menyamai posisi duduk Zery.

"Nggak mau. Cium dulu baru saya resletingin," canda Zery. Kali ini dia harus berhasil menggoda Izzy, jangan sampai kalah lagi.

"Jangankan cium, Pak. Sentuh aja boleh. Tapi maksudnya sentuh rambut saya yang udah wangi," balas Izzy terkekeh.

Pada akhirnya Zery kalah. Ketimbang meladeni Izzy, lebih baik dia melakukan yang Izzy minta. Aroma wangi dari tubuh dan rambut Izzy sangat menyerbak, bahkan hidungnya sampai protes ingin mencium lebih dekat. Parah nih. Pagi-pagi pikirannya sudah lebih kotor dari WC yang belum disikat.

"Udah selesai? Saya udah bosen nungguin kamu. Mandi atau tenggelem sih lama banget?" keluh Zery tak sabar. Keningnya mengerut, dan wajahnya tampak kesal.

"Aduh, kasihan anak Mama." Izzy mencubit pipi Zery dengan keras sampai bosnya meringis sakit. "Tunggu bentar, Pak. Saya ketinggalan kaca soalnya mau pakai lipstick."

Zery menahan lengan Izzy sebelum sempat pergi. "Udah sini saya yang pakein lipsticknya. Kalo kamu naik lagi ke atas, saya bisa jamuran," ucapnya makin emosi.

Izzy menaikkan satu alisnya. "Bisa, Pak? Bapak kan bisanya berantakin lipstick orang pakai bibir Bapak."

"Diem. Mana lipsticknya?" Zery mengadahkan tangan, lalu mendapat lipstick yang diberikan oleh Izzy.

Izzy kembali mensejajarkan posisinya dengan Zery yang terduduk supaya bosnya tidak perlu repot-repot berdiri. Dengan gaya menganga sedikit seperti yang biasa dia lakukan saat memakai lipstick, dia gugup melihat tangan Zery gemetaran.

"Bentar, ini pakainya gimana sih?" Zery bingung sambil memandangi lipstick yang ada di tangannya, kemudian beralih menatap Izzy. "Dari samping kanan atau kiri? Bawah dulu atau atas?"

"Saya biasa pakai dari bawah, sedikit lebih tebal nanti bisa nempel ke bibir atas setelah saya ngatup mulut, Pak. Ngerti kan maksud saya?" jelas Izzy singkat.

Zery meruntuki diri karena sok-sok-an mau bantu Izzy pakai lipstick. Biarpun berkali-kali melihat ibunya memakai lipstick, tetap saja dia tidak mengerti. Ini bahkan lebih sulit dari rumus matematika. Kalau salah sedikit, bisa bablas sampai kelewat bibir. Ini adalah hal yang tidak bisa dimengerti oleh laki-laki sepertinya.

"Tunggu bentar..."

Dengan hati-hati Zery memegang dagu Izzy, memoles lipstick warna merah di bagian bawah bibirnya. Sedikit demi sedikit sampai Zery tak sengaja melewati bibir Izzy karena Izzy tidak bisa diam. "Kamu ngapain gerak-gerak sih? Itu jadi berantakan."

"Pegel, Pak. Saya duduk aja deh." Lalu Izzy duduk seenaknya di atas pangkuan Zery. Sambil mengalungkan tangan di leher bosnya, Izzy berkata, "Nah, gini kan enak. Saya nggak pegel dan Bapak dapat kenikmatan tersendiri. Ini kenikmatan untuk dandanin bibir saya loh, Pak. Jangan ngeres."

Terserah apa kata Izzy aja deh. Zery pusing mendengar kalimat-kalimat ambigunya. Dia memilih fokus menyeka lipstick di bibir Izzy dengan ibu jarinya. Dari jarak sedekat ini, Zery dapat melihat wajah cantik Izzy serta rambut pendek sebahu yang menambah pesona uniknya. Dadanya bergetar hebat sampai rasanya ingin mencium Izzy sekarang juga. Tahan, tahan. Ini cobaan, Zer. batin Zery terus menenangkan, tapi jiwanya bergejolak.

"Udah, Pak?" tanya Izzy saat memperhatikan Zery yang tak lagi sibuk memoles. "Kalo udah, saya bangun nih."

"Kayaknya udah," jawab Zery ragu.

Izzy melepas tangannya dari leher Zery, kemudian mulai mengatup bibirnya--menggerakkan bibir dengan metode khas para perempuan agar lipstick yang ada pada bagian bawah dapat terpapar dengan rapi pada bibir bagian atas. "Gimana, Pak? Udah cantik belum?"

"Udah."

"Singkat amat kayak HP Esia, Pak."

"Ya terus kamu mau dijawab gimana?"

"Canda, Pak. Kayak perempuan lagi pms aja, sensi mulu." Izzy tersenyum lebar dan sesekali memanyunkan bibir. Menggoda Zery memang enak, tapi yang tidak enak kalau Zery malah tergoda beneran. Itu yang bahaya.

Zery terus memperhatikan Izzy yang cengar-cengir di depannya. Sialnya pandangannya tak berhenti memandangi bibir merah merona Izzy. Sial! Otaknya sudah kelewat mesum karena Izzy. Belum lagi kalimat-kalimat ambigunya yang bikin errr... gemes!

"Pak, udah siap belum?"

"Siap ngapain?"

"Cicipin bibir saya."

Zery melongo sebentar sebelum menyahuti, "Kamu nih mancing terus. Beneran mau dicium ya?"

Izzy bangun dari pangkuan Zery. "Bercanda, Pak. Kenapa sih dibawa serius mulu? Kalo beneran saya seriusin, repot loh!" ucapnya pelan.

Zery menarik pinggang Izzy sampai terduduk kembali di pangkuannya. Dengan seringaian kecil, Zery menatap Izzy. "Saya mau serius. Cicipin bibir kamu yang menggoda banget."

"Jangan, Pak. Nanti enak," balas Izzy dengan memelankan kalimat terakhir. Dia berharap Zery tidak mendengar kata 'enak' yang keluar.

Zery mendekati bibir Izzy tanpa membalas ucapannya sembari memeluk pinggang Izzy agar tidak jatuh. Tinggal beberapa senti lagi bibir mereka bertemu, Zery menarik senyum miring saat melihat Izzy menutup matanya.

Dengan jahilnya, Zery berbisik, "Cieee, siap dicium beneran. Orang saya cuma mau godain kamu."

Izzy terbelalak. Sialan! Kenapa juga sih harus tutup mata?? Kenapa otak dan bibirnya musuhan??? Arrrggh! Dia kan malu!

"Kena kamu," kata Zery terkekeh pelan, yang kemudian menyingkirkan Izzy dari pangkuannya. Setelah itu Zery melangkah pergi.

Dari belakang Izzy mengacak rambutnya. Dasar bibir binal! umpatnya kesal. Aduh, dia jadi kena jebakan Zetar lagi!

👔 👔 👔

Jangan lupa kasih vote dan komen😘😘🤗❤

Follow IG: anothermissjo

Ini wujud kartun dari Pak Zetar😂😂 uwu tidak?😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro