Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 12

--BATAS GEMES--
👔Selamat Membaca👔

Suara derap kaki terdengar tidak santai, puncak kepala terlihat mengepulkan asap, dan sorot tajam menunjukkan tanda peperangan. Itulah yang menggambarkan sosok Zery sekarang. Tangan kokohnya tidak memberi jeda ketika menggedor pintu berulang kali––mengabaikan bel yang masih berfungsi dengan baik.

"GIO! BUKA PINTU!"

Kesabarannya tidak bisa mentolerir apa pun soal Gio, ataupun alasan-alasan sialannya. "GIO BUKA SEKARANG ATAU GUE DOBRAK PINTU LO!" Teriakan barbarnya berbuah hasil. Pintu terbuka, menampilkan Gio menatap santai seolah tidak menyembunyikan siapa-siapa––yang memang bukan menyembunyikan––tapi membawa pacar sepupunya tanpa izin.

Zery kalap, marah, semuanya. Tidak memerlukan waktu lama untuk Zery melancarkan tinju kerasnya ke wajah Belagio. Alhasil, Belagio jatuh tersungkur.

"Kalo lo nggak tau rumah Izzy, lo anter dia ke rumah gue! Ngapain lo bawa dia ke sini? Brengsek!" makinya kasar, yang kemudian segera menerobos masuk lebih dalam demi mencari pacarnya––meninggalkan Belagio mengerang sakit. 

Dari pandangan lurusnya Zery melihat Izzy tidur di atas sofa dengan ditutupi selimut. Langkah cepatnya berhenti setelah mendengar pertanyaan yang berhasil menambah tingkat emosinya. 

"Kenapa? Lo takut Izzy tiba-tiba berpaling dan jatuh cinta sama gue kayak Freya?"

Zery lantas berbalik badan, dan tersenyum miring. "Lo yakin Freya berpaling dari gue? Seperti yang lo tau, dia masih cinta sama gue walau udah nikah sama lo. Dan gue yakin tindakan lo bawa Izzy ke rumah ada maksud tersendiri. Jadi apa pun rencana busuk lo, jangan pernah deketin Izzy atau lo tau sendiri akibatnya." 

Suara tangis yang berasal dari lantai dua—lebih tepatnya di kamar putri bungsu Belagio—memecah atmosfir panas di antara dua lelaki yang saling berhadapan. Setidak-tidaknya berhasil membangunkan Izzy.

Izzy sempat bingung akan keberadaannya, namun segera mengerti setelah melihat Belagio mengenakan pakaian santai rumahan. Selagi Arumi—anaknya Belagio—menuruni tangga, Zery menarik tangan Izzy dengan cepat.

"Pak, tangan saya sakit. Jangan terlalu keras dicengkramnya..."

Protes Izzy diabaikan begitu saja, bahkan sapaan Arumi pada Zery ikut diabaikan lelaki itu. Jika sudah begini, Izzy hanya bisa memandangi punggung Zery yang memancarkan aura tidak bersahabat. 

Sepanjang perjalanan pulang hanya ada kesunyian. Izzy melirik Zery sekilas, memastikan wajah lelaki itu sudah enak dilihat. Sialnya, tidak ada tanda-tanda Zery mengubah ekspresi marahnya—yang ada hanya kilat mata tajam seakan ingin membunuh orang.

"Pak, saya bisa..."

"Diem. Saya nggak mau dengar apa-apa."

"Tapi saya belum--"

"Kalo saya bilang diem ya diem," tegas Zery.

Izzy melarikan pandangannya menuju jalanan, membiarkan Zery mengemudikan mobil dengan emosi yang meluap-luap. Kantuknya langsung hilang, dan matanya segar mendengar ucapan Zery barusan. Baru sekali ini dia melihat Zery marah, dan tentu ini bukanlah sisi terbaik yang pernah Izzy lihat. 

 * * *

Semalaman Zery tidak bicara apa-apa. Turun dari mobil, masuk ke kamar, dan sunyi. Tadi pagi juga begitu. Wujudnya sudah menghilang entah dari jam berapa karena Izzy pergi ke kantor naik angkutan umum––tidak seperti kemarin yang berangkat bareng Zery. Kepala Izzy terus bekerja mencari cara supaya Zery bersedia bicara dengannya.

Belum tahu apa yang harus dia lakukan, telinganya mendengar pergunjingan para karyawan yang membahas mengenai sikap mengerikan Zery. Apa Zery semarah itu sampai harus melampiaskan pada yang lain? Apa kesalahannya tidak sengaja tidur di mobil Belagio dan berakhir tidur di sofanya membuat Zery murka? Sebenarnya kenapa Zery semarah itu? Ini hanya... ah, sudahlah. Kesalahan sepele baginya belum tentu sepele untuk Zery.

Dan pergunjingan yang Izzy maksud berdengung di telinganya saat melangkah bersama Tami dan Lidya. Mereka bertiga hendak makan di luar dan baru saja keluar lift setelah turun dari lantai dua puluh empat.

"Pak Zery kenapa sih? Hari ini ada lima orang yang dipecat sama dia. Lagi dateng bulan ya?" Lidya memulai gosip terhangat hari ini. Pemecatan beruntun menjadi perbincangan di grup karyawan perusahaan. 

"Lagi berantem kali sama pacarnya," timpal Tami asal.

Izzy merasa terpanggil. Iya, emang lagi berantem! Manusia datar itu nggak mau ngomong sama gue! jawabnya dalam hati.

"Emang Pak Zery punya pacar? Kalo gebetan gue tau. Dia punya gebetan berlusin-lusin. Ibarat kata nih habis manis sepah dibuang," kata Lidya. "Eh tapi kayaknya waktu itu Izzy pernah dipanggil ke ruangannya. Dua kali. Anak telesales mana pernah dipanggil ke ruangannya. Jangan-jangan..." Lidya memicing mata curiga, kilatan tajam layaknya pemburu berita gosip di akun ternama para artis begitu terpancar dari matanya. 

Mati gue! Izzy syok Lidya masih ingat hal itu. "Jangan-jangan apaan?"

"Jangan-jangan..." Lidya melempar tatap curiga. Sebelum sempat mengutarakan kecurigaan terpendamnya, lankgkah kakinya mendadak berhenti. Tidak hanya Lidya, tapi juga Tami dan Izzy. Mereka berhenti setelah menyadari Belagio berdiri di depan mereka.

"Izzy, boleh saya bicara sama kamu?" tanya Belagio.

"Boleh, Pak." Izzy menunduk sedikit, lalu memberi kode pamit kepada dua temannya setelah Belagio mulai melangkah.

Lidya dan Tami melempar tatap heran. Dengan pandangan curiga memandangi Izzy yang semakin jauh, Lidya bertanya, "Eh, Izzy nggak jadi selingkuhannya Pak Belagio kan?"

Tami memukul lengan Lidya. "Nggak mungkin. Izzy sama Bu Freya jauh coy! Ibarat kata nih, Izzy cuma dakinya Bu Freya doang. Mustahil deh Pak Belagio naksir Izzy."

"Who knows! Even perempuan sesempurna Kourtney Kardashian diselingkuhin suaminya. So, nggak ada yang nggak mungkin," pikir Lidya.

"Siapa yang selingkuh?"

Lidya dan Tami berlonjak kaget mendengar suara Rudi dari belakang. Mereka berbarengan mengucapkan kalimat 'astaga' saking kagetnya.

"Itu Pak, Izzy diajak ngobrol sama Pak Belagio," beber Lidya enteng. Dia langsung mengatup mulut setelah Tami menginjak kakinya.

Rudi yang memang sedang bersama Zery langsung melihat reaksi sahabatnya. Dengan cepat dia merespons, "Ah, mana mungkin. Ada perlu apa Belagio ketemu Izzy? Mereka nggak saling kenal."

Tanpa berkata apa-apa Zery pergi. Suasana hatinya semakin buruk. Rudi mungkin belum tahu Izzy sudah mengenal Belagio, tapi dia tahu dan tidak mengerti apa maksud Belagio mengajak Izzy bicara. Bodohnya lagi, Izzy bersedia.

Entah Tuhan berbaik hati padanya atau memang tidak ingin dirinya semakin cemburu, karena tepat saat dia keluar gedung, dia melihat Belagio sedang berdiri bersampingan dengan Izzy. Tanpa pikir panjang dia segera menghampiri keduanya.

"Mau ngapain lagi lo ketemu Izzy?" serobot Zery seraya menarik lengan Izzy sampai mundur beberapa langkah menyamai posisinya. "Apa nggak cukup pukulan gue kemarin?"

Belagio menjawab, "Gue cuma mau balikin hapenya Izzy yang ketinggalan di rumah." Lalu tangannya menyodorkan ponsel yang dimaksud.

Zery merampas kasar ponsel yang disodorkan, dan berkata, "Kalo ada hal menyangkut Izzy, bilang sama gue. Nggak perlu spesial dateng ke sini dan ngajak dia ngobrol. Lo harus tau diri karena karyawan di sini haus gosip. Gue nggak suka kalo ada yang gosipin pacar gue."

Belagio tertawa meledek. Izzy yang berada di samping Zery agak takut ketika merasakan genggaman tangan Zery padanya terlalu kencang.

Waduh, bahaya nih... Zery bisa ngamuk. Ngapain sih Belagio ketawain gitu? Dia pikir mukanya Zery muka badut apa! batin Izzy panik.

"Pak, kita bobo siang aja yuk? Eh, maksud saya makan. Jangan ngamuk nanti ditonton karyawan lain," bisik Izzy mengingatkan. Sebenarnya dia was-was kalau ada yang menyadari Zery menggenggam tangannya, tapi berhubung lobi kosong melompong dari para karyawan setidaknya dia bisa bernapas lega dulu.

"Itu urusan lo buat hilangin gosip tentang Izzy. Gue dateng cuma mau balikin hapenya," balas Belagio santai.

"Gue rasa lo belum tuli denger omongan gue sebelumnya. Jangan dateng lagi ke sini kalo nggak ada urusan penting. Izzy bukan temen lo jadi nggak usah ngobrol segala." Zery menekankan kalimatnya. Ada rasa panas di hatinya yang semakin kuat, apalagi melihat Belagio menatapnya santai.

"Pak, saya laper nih. Yuk makan?" bujuk Izzy lagi seraya menggerak-gerakkan tangan Zery.

Zery mengabaikan Izzy. Sorot tajam matanya menatap Belagio, dan senyum miring yang tertarik berhasil menimbulkan tanda tanya besar.

"Gue rasa ngerebut milik orang udah turun-temurun dari bokap lo. Warisan itu udah melekat di darah lo," ejek Zery.

Belagio mengepal tangannya dengan wajah penuh amarah. Nyaris saja tangannya meluncur ke wajah Zery kalau Izzy tidak langsung berdiri di tengah mereka.

"Kenapa? Lo nggak tau?" Zery tertawa meledek. "Gue kasih tau sesuatu sama lo supaya tau dari mana datengnya jiwa-jiwa ngerebut milik keluarga sendiri."

"Jangan bicara sembarangan tentang bokap gue. Lo nggak tau apa-apa, sialan!" umpat Belagio dengan nada kesal yang tersirat.

"Gue lebih tau bokap lo lebih dari siapapun, tentu setelah bokap gue. Dan masalahnya lo nggak tau apa-apa tentang mereka. Too bad."

Izzy tidak mengerti maksud Zery. Dia menatap penuh keingintahuan saat Zery melempar tersenyum mengejek pada Belagio yang tampak marah.

"Gladissa bukan kakak kandung gue, dan Tante Ocha bukan ibu kandung gue. Mereka berdua masih ada hubungannya sama lo dan bokap lo. Singkatnya Gladissa satu bapak lain ibu sama lo," beber Zery. Dia sudah terlampau muak dengan segala tingkah Belagio sejak lama, dan membocorkan hal ini hanya satu dari sekian banyak hal memalukan yang dia ketahui tentang keluarganya.

Belagio tidak percaya. Semua terlihat jelas dari raut wajah, dan tatap matanya. "Apa lo bilang??"

"Lo nggak tau kan cerita yang satu ini? Cerita tentang Tante Ocha yang pedekate sama bokap gue tapi hamil anak bokap lo. Ya, situasi ini mirip lo, gue, dan Freya. Bedanya Freya tetep nikah sama yang hamilin, bukan orang lain. Jadi ngerebut pasangan orang itu udah tertanam di diri lo," ungkap Zery sambil tersenyum miring.

Izzy melongo mendengar penuturan Zery. Kenapa bosnya punya keluarga serumit ini? Oh, astaga...

Belagio mengepal tangannya semakin kuat. Andai Izzy tidak menghalangi, dia sudah meninju wajah Zery. Parahnya, dia tidak tahu mengenai hal yang diungkapkan oleh Zery.

"Berhubung lo udah tau, gue harap lo semakin tau diri dengan status lo sebagai suami Freya. Jangan coba-coba nulis sejarah buruk lainnya di keluarga ini," tegas Zery, yang kemudian segera menarik Izzy pergi. Tidak ada balasan dari Belagio selain diam mematung memikirkan ungkapan Zery.

Pada saat yang tepat, mobil Zery yang dikemudikan supir tiba di lobi. Tanpa mau membuang banyak waktu, Zery membawa Izzy masuk ke dalam mobil dan meninggalkan gedung perusahaan.

Izzy memandangi Belagio yang masih berdiri mematung dari jendela. Dia merasa kasihan.

"Pak, apa bener yang diungkapin tadi?" tanya Izzy masih penasaran.

"Iya."

Izzy tidak tahu harus berkata apa. Sungguh, dia pikir setelah cerita tentang Gladissa menikah dengan ayahnya Virgo, itu akan menjadi satu-satunya rahasia keluarga Hadijaya. Tapi kenyataan berkata lain. Masih ada banyak rahasia yang disembunyikan bosnya.

👔 👔 👔

Jangan lupa vote dan komen ya🤗😘❤ 

Follow IG: anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro