Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1

Gaes, ini belum edit yaw. Jadi mohon maap kalo ada typo dan salah tulis. (Ini juga bukan versi yang udah rapi kayak buku :")

Siang ini sebagian karyawan menikmati makan siang di kantin bawah yang harganya ekonomis, dan pas dihati. Izzy tidak termasuk salah satunya yang menikmati masakan super lezat Mbak Surti. Dia pernah mencicipi sekali, dan tidak lagi makan di sana karena harganya tidak lebih murah dari bawa bekal sendiri.

Izzy menyantap makan siang bersama teman-teman barunya di meja masing-masing. Dikarenakan terhalang bilik, kedua temannya menarik kursi agar dapat mengobrol dengannya dan menjadikan paha sebagai alas tupperware kesayangan emak-emak.

"Eh, udah denger gosip belum?" Tami membuka obrolan.

"Gosip apaan? Tentang Pak Zery ya?" sahut Lidya.

"Iya. Katanya nih, semalem Pak Zery nananinu di kantor. Gila nggak tuh? Berani banget kan?"

"Ah, tapi Pak Zery ganteng. Orang ganteng mah bebas. Mau nananinu kek, mau jungkir balik kek, salto kek. Siapa sih yang nggak mau dicumbu bujangan paling dikejar di perusahaan ini? Montazery Hadijaya gitu loh!" kata Lidya berkomentar.

Izzy yang menyimak langsung keselek nasi yang sedang dia kunyah. Suara batuknya membuat Tami spontan menyodorkan botol minum Izzy yang ada di atas meja.

"Makan tuh pelan-pelan, Zy. Jangan cepet-cepet kayak dikejar-kejar utang," ujar Lidya.

Izzy membasahi tenggorokkannya lebih dulu sebelum nyengir kuda. "Sori deh, soalnya gue laper."

Kenyataannya Izzy melihat Montazery nonton video porno, bukan melakukan. Aduh, pikirannya masih saja memikirkan kata-kata Montazery. Mendengar lelaki itu mendesah katanya? Zery pikir dia perempuan apaan?! Tapi boleh juga sih, secara suaranya pasti seksi-seksi gemesin. Eh, tidak, tidak. Dia tidak boleh terbujuk rayuan setan.

"Izzy Pucella?" Izzy yang tengah bergerumul dengan pikirannya sendiri langsung menoleh. Begitu juga dengan kedua temannya.

"Iya, Bu Vena?"

"Pak Montazery manggil kamu ke ruangannya."

Tami dan Lidya menyenggol bahu masing-masing, mempertanyakan kebingungan melalui mata yang saling menatap. Sedangkan Izzy, dia hanya bisa pasrah.

"Tunggu ya, gue ke ruangan Pak Zery bentar." Izzy bangun dari duduknya dengan perasaan gugup.

Dengan langkah lunglai, lesu, lemas kayak iklan obat, Izzy akhirnya sampai di depan ruangan yang dia datangi semalam. Dia yakin akan menghadapi bencana besar setelah kejadian semalam. Sambil meneguk air ludahnya sendiri, dia mengetuk pintu. Setelah dipersilahkan, barulah Izzy masuk.

Izzy menunduk takut. "Ya, Tuhan... lindungi aku dari setan terkutuk. Itu setannya lagi duduk," gumam Izzy sepelan mungkin agar Zery tidak mendengar.

"Kenapa kamu komat-kamit?"

Izzy tersentak kaget. Kepalanya menggeleng cepat saat melihat Zery duduk santai di kursi panasnya.

"Saya rasa semalem ada urusan yang belum selesai," kata Zery sambil menatap Izzy.

"Semalem? Ada apa, Pak?"

"Apa perlu saya perjelas?"

"Saya nggak ngerti, Pak. Kayaknya ada kesalahpahaman di sini." Izzy pura-pura bolot supaya Zery tidak membahas masalah semalam.

"Semalam ada perempuan bernama Izzy nguping di depan ruangan saya. Dia bilang denger saya mendesah dan kabur gitu aja."

"Izzy Azalea, Pak? Rapper terkenal itu?"

"Itu Iggy Azalea."

Izzy nyengir. Sekelibat seringaian bosnya semalam muncul begitu saja. Di samping itu, dia membayangkan wajah kaku Zery menonton video porno sambil cengar-cengir. Astaga... kayaknya dia butuh obat. Iya, obat supaya pikirannya waras.

"Kamu nggak mikirin tawaran saya semalem kan makanya diem aja?" tegur Zery begitu menyadari Izzy diam tak bersuara. "Kalo kamu diem aja berarti kamu mau saya mendesah sekarang."

Izzy keselek ludahnya sendiri smapai terbatuk-batuk mendengar kalimat terakhir Zery. "Ng-ng-nggak, Pak."

"Kalo gitu kasih saya penjelasan soal rumor yang beredar. Itu kamu yang buat? Gosipin saya seks di sini semalam," tanya Zery.

"Saya nggak bilang apa-apa sama yang lain soal semalem. Suwer. Kalo bohong hidung saya panjang kayak pinocchio," jawab Izzy dengan mengacungkan jari telunjuk dan tengah seakan bersumpah.

"Kamu yakin? Karena satu-satunya orang yang lihat saya kemarin cuma kamu."

"Apa saya perlu sumpah pocong, Pak? Lagian ngapain saya beberin gosip nggak bener, mending saya bocorin sekalian hobi Bapak nonton video porno." Izzy buru-buru meralat kalimatnya begitu menyadari ada yang salah. "Eh, nggak. Saya nggak akan..."

"Kalo soal kemarin sampai bocor, saya nggak segan-segan kasih hukuman untuk kamu," potong Zery seraya bangun dari duduknya.

"Nggak, Pak. Pokoknya aman, terkunci rapat di mulut saya. Kuncinya udah saya buang nih biar nggak kebuka." Izzy pura-pura mengunci mulut, dan membuang kunci khayalan ke sembarang arah.

Zery yang melihat hal itu menggeleng kepala. Entah pegawainya yang satu ini rada gila, atau memang gila. Ada aja tingkah laku aneh yang bikin dia terheran-heran. Sambil berjalan mendekati Izzy, dia menatap gadis itu yang sibuk menunduk.

"Kamu nunduk mulu. Emangnya nemu duit receh di lantai?"

Izzy tidak menjawab dan tetap menunduk. Karena hal ini, Zery mengangkat dagu Izzy sedikit agar dapat menatapnya.

"Saya peringatkan, jangan sampai kejadian semalem nyebar ke mana-mana."

Izzy berharap dia musnah sekarang juga kayak debu yang tertiup angin. Sungguh, menatap mata dan wajah Zery lebih susah dari menatap laptop berjam-jam. Pesona dan ketampanan lelaki itu membuatnya sesak napas. Dan tangan bosnya itu masih mampir di dagunya. Memangnya Zery tidak tahu kalau dia sedang menahan debaran jantungnya? Aduh... ini manusia kenapa mirip stereo bikin jantung dag-dig-dug seeer??

"Kalo berita itu bocor, saya akan bilang kalo saya melakukannya sama kamu," ucap Zery lagi menekankan kalimatnya. Melihat Izzy hanya diam, Zery terpaksa meninggikan suaranya. "Kamu denger nggak? Setuju kan?"

Izzy tersentak kaget, kembali ke alam sadarnya. "I-i-iya, saya denger. Setuju kok, Pak."

"Emangnya setuju ngapain?"

"Tidur sama Bapak." Izzy memukul mulutnya berulang kali. Astaga... kenapa dia harus mengucapkan kalimat binal sialan itu??! Buru-buru Izzy meralat, "Ma-ma-maksudnya setuju nggak beberin soal kemarin. Iya, itu jawaban yang bener."

Zery mengamati Izzy, lalu menarik tangannya dari dagu perempuan itu. "Jadi kamu nggak mau denger saya mendesah semalem karena kamu ingin tidur sama saya?"

Izzy mengangguk, tapi beberapa detik kemudian menggeleng. Dengan menunjukkan cengiran seperti iklan pasta gigi, Izzy mundur selangkah. Sialnya Zery maju selangkah hingga membuatnya terpaksa mundur sampai menabrak pintu.

"Ma-ma-maaf, Pak. Jangan mepet-mepet. Kita nggak lagi di angkot." Izzy nyengir, menyentuh dada bidang Zery demi menjauhkan tubuh itu agar tidak menempel dengan dadanya.

Zery menyingkirkan tangan Izzy dari dadanya, menatap mata yang berusaha menghindari tatapannya, dan menarik senyum tipis demi menggoda Izzy yang salah tingkah.

Izzy mencoba mengatur detak jantungnya ketika Zery mepet kayak duduk di angkot. Tidak ada jarak di antara mereka. Dia dapat mencium aroma maskulin yang menyerbak dari tubuh Zery, dan aroma mint dari embusan napasnya. Aduh, dia bisa mati kejang-kejang kalau Zery tetap menatapnya kayak ingin menerkamnya begini. Daripada dia mati sekarang saking tidak mampu mengontrol debaran sialan ini, Izzy memutuskan membungkukan tubuhnya, lalu bergeser ke samping sehingga dapat terbebas dari dominasi tubuh tinggi Zery. Kini, posisinya berada di belakang Zery. Bosnya itu berbalik badan sambil bertolak pinggang.

"Pak, maaf. Makanan saya belum habis. Kalo nggak dimakan bisa dimarahin Ibu," ucap Izzy beralasan.

Zery menatap Izzy, dia nyaris saja tertawa melihat tingkah Izzy kalau tidak ingat sedang serius membahas masalah semalam. Sambil membukakan pintu, Zery berkata, "Jangan lupa yang saya bilang. Pembicaraan kita udah selesai. Kamu boleh keluar."

"Baik, Pak. Terima kasih, Pak. Saya permisi," pamit Izzy, yang kemudian bergegas keluar dengan cepat.

Bertepatan dengan itu, seorang lelaki masuk ke dalam ruangan dengan wajah berseri-seri.

"Loh, itu bukannya Izzy? Ada perlu apa dia ke sini?" tanya Rudi, sahabat baik Zery yang bekerja di perusahaannya.

Zery duduk kembali ke tempatnya sebelum menjawab, "Bahas kejadian semalem. Dia hampir aja mergokin lo mesum di kantor kalo gue nggak ngecoh dia."

"Oh, jadi itu dia yang dateng ke kantor kemarin malem?"

"Iya. Lo ngapain mesum di kantor sih? Kalo bokap gue tau lo berbuat aneh-aneh di sini, dia bisa menggal kepala lo. Pesen kamar kek di hotel. Nggak modal banget mau berbuat tapi di kantor," omel Zery seraya menyandarkan tubuhnya di kursi.

Semalam Zery kembali lagi ke kantor untuk mengambil dompet yang tertinggal di laci meja ruangannya. Dia tidak sengaja mendengar Rudi sedang mencumbu salah satu karyawan lain di ruang serbaguna, tapi dia tidak menyangka mendengar suara langkah kaki mendekat, yang tak lain adalah Izzy. Oleh sebab itu, Zery mencari cara supaya suara berisik kegiatan Rudi tidak terdengar sehingga dia membuka twitter lalu mencari video porno yang berdurasi dua menit, lalu meninggikan volume suaranya. Beruntungnya Izzy terkecoh dengan suara dari ponselnya, kalau tidak, mungkin Rudi sudah jadi bulan-bulanan di kantor. Entah siapa yang menciptakan gosip dia melakukan kegiatan yang dilakukan Rudi.

Rudi nyengir. "Sori deh, soalnya urgent banget makanya di sini. Makasih ya, lo udah nyelametin gue. Gue traktir daging steak paling mahal buat lo. Dan ini terakhir gue maksiat di kantor. Besok gue langsung ke hotel."

"Kalo lo ngelanggar lagi, gue pecat beneran. Jangan nguji ketegasan gue."

Rudi tertawa kecil. "Iya, iya, Zer. Santai kayak Sanken. Omong-omong Izzy itu lulusan jurusan hukum loh. Tapi dia nggak mau kerja di bagian legal, maunya jadi telesales. Aneh ya, ilmu hukumnya nggak kepakai. Mirip seseorang yang gue kenal."

"Gue maksudnya?"

Rudi manggut-manggut tanpa dosa sambil mengunyah permen karet yang diambil dari saku celananya. "Iya, ilmu sastra Rusia lo nggak diterapin lagi. Eh, tapi bahas Rusia, ajarin gue ngerayu pakai bahasa Rusia dong. Gue mau ngerayu gebetan gue nih."

"Belajar aja sendiri." Zery mengedarkan pandangan, tidak sengaja melihat Izzy berdiri. Keuntungan punya ruangan serba kaca salah satunya begini, dapat memantau situasi kantor. "Lebih baik lo traktir Izzy. Dia bawahan lo kan? Anggap aja sogokan supaya dia nggak buka mulut soal kejadian semalem."

Rudi mengalihkan pandangannya, menatap sosok yang sedang Zery perhatikan. Lantas dia kembali melihat Zery dan berkata, "Santai. Besok gue traktir dia. Tenang aja, dia nggak mungkin gosipin lo nonton video porno. Itu kan lo lakuin demi melindungi sobat tercinta lo ini."

Zery memutar bola matanya malas. "Keluar sana sekalian pergi ke neraka."

Rudi berdecak kecil. "Eh, buseeeet galak bener. Bilang aja ngusir biar bisa merhatiin Izzy. Hati-hati kepincut sama perempuan aneh kayak dia. Ya udah ya, gue pamit."

Setelah Rudi pergi, Zery mengambil sesuatu dari laci meja. Dia memegang benda itu sambil memperhatikan Izzy yang masih berdiri karena mengobrol dengan temannya.

Di tangannya, ada gelang bertuliskan nama Izzy P. Gadis itu tidak tahu gelangnya jatuh dan tertinggal di ruangannya kemarin. Makanya dia langsung mencari tahu nama karyawan berinisial sama seperti gelangnya. Beruntung hanya ada satu nama unik dari sekian ratus karyawan yang ada.

Pelan-pelan kedua sudut bibirnya naik ke atas, menciptakan senyum tanpa sebab di wajah rupawannya.

"Izzy Pucella..."

👔 👔 👔

Jangan lupa kasih vote dan komen😘🤗❤

Cerita ini akan rutin update nih hehehe😍😍😍 dipastikan tingkahnya Izzy dan Zery akan lebih gemesin😂😍

Follow IG: anothermissjo

Salam dari Zery😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro