Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 5 : Putri Ajaib Telah Tiba

"Hm, tidak mungkin pangeran yang kau maksud itu Blue, kan?"

"Benar, kok."

"HAH?!" Aku sangat terkejut kalau cerita itu juga menyangkut pada Blue. Apalagi pangeran badut penakut itu sebenarnya adalah Blue. Aku sampai beranjak dari tempat dudukku. "J-jangan sebut itu benar! Ini pasti salah! Kau yang mengarang semua cerita itu! Dasar telur bodoh!"

Ulter sama sekali tidak memamerkan ekspresi apapun kecuali datar. Dia tetap tenang walaupun sudah mengatakan hal itu padaku. Aku kesal sekali padanya.

"Nona boleh sebut aku bodoh sebanyak-banyaknya. Tapi, itu tidak akan mengubah kenyataan kalau pangeran tengah terkena kutukan yang akan sangat sulit dipatahkan."

Jantungku langsung berpacu sakit. Sesak. Aku merasa ingin menangis saja. Tidakkah ini terlalu buruk untuk menjadi cobaan? Apa Negeri Ajaib sekejam ini memperlakukan Blue sampai terkena kutukan?

Tidak. Ini bukan karena Negeri Ajaib. Ini salah orang yang mengutuk Blue dan penduduk Negeri Ajaib. Mereka dikutuk agar mendapatkan hiburan dan kekuasaan. Ratu licik, kejam, tidak punya perasaan!

"Cerita itu tidak akan tamat sampai disitu."

Ulter menoleh ke arahku. Tatapannya terkejut.

"Nona, kau ..."

Amarah. Aku bisa merasakan diriku yang sedang marah. Aku marah sekali. Ternyata ratu sialan itu yang sudah memisahkanku dengan Blue. Ratu itu sudah mengacaukan segalanya. Kurang kerjaan.

"Aku tidak akan membiarkan ini tetap terjadi selamanya. Aku merasa harus melakukan sesuatu. Karena aku sudah ada di sini, untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak bersalah, aku akan maju."

Sesuatu terjadi secara ajaib padaku ketika aku berkata. Baju sekolah yang aku pakai berubah menjadi sebuah seragam pelayan berwarna biru yang aneh dengan tambahan pita putih besar di belakang dan kaos kaki belang zebra.

Aku berubah!

Ulter tersenyum melihatku. Senyuman apa itu? Apa dia mengejekku karena aku telah berubah menjadi seorang pelayan?

"Nona, kau telah mengeluarkan keinginanmu yang sebenarnya."

Apa? Keinginanku adalah menjadi seorang pelayan?? Yang benar saja!

"Kau menghinaku, ya?" tanyaku merasa terhina.

"Tidak sama sekali. Malah, aku harus takut padamu, Nona," jawab Ulter yang malah membuatku bingung. "Kau telah mengatakan keinginanmu yang sesungguhnya, yaitu menyelamatkan Negeri Ajaib dari jeratan jahat Ratu Evilsa. Keinginan besar itu membuatmu berubah menjadi seorang putri ajaib yang akan menyelamatkan kami!"

Ratu Evilsa? Namanya saja sudah terdengar jahat. Apalagi kalau sudah tahu bagaimana dirinya, mungkin bisa jadi lebih mengerikan. Semoga akulah yang lebih cantik daripada dirinya.

"Putri ajaib? Sekarang, aku jadi ajaib?" Aku masih bingung dengan siapa diriku sejak bajuku berubah tanpa aku tahu itu akan terjadi.

"Hampir benar. Tapi yang pasti, kau adalah pahlawan yang bisa kami harapkan, karena kau sesuai dengan ramalan yang ada!"

Ramalan?

Ulter pun menjelaskan tentang ramalan.

Sebelum aku datang, sebuah ramalan meramal bagaimana rupa pahlawan Negeri Ajaib tersebut. Ya, ramalan itu yang meramalnya sendiri. Jadi, pahlawan itu diramalkan seorang perempuan dan dinamakan sebagai putri ajaib karena perempuan itu manusia tetapi bisa bersahabat dengan apa saja.

"Apa saja?" tanyaku setelah Ulter menjelaskan sebentar. "Misalnya apa?"

"Misalnya ... apa ya?" Dia juga bingung apa maksudnya. Dasar aneh.

"Lupakan soal itu. Yang ingin aku tahu sekarang adalah, bagaimana cara aku menyelamatkan Negeri Ajaib ini?"

"Kau hanya memerlukan keberanian dan kemauanmu. Kalau kau punya keduanya, maka kau pasti bisa menyelamatkan Negeri Ajaib dan membuat Ratu Evilsa kalah."

Keberanian. Ya, aku berani. Buktinya, aku tidak takut bertemu dengan makhluk-makhluk aneh yang ada di sini. Mereka mengenalku baik, jadi aku juga berpikir positif kalau mereka itu baik.

Kemauan. Aku sudah memutuskan untuk menyelamatkan yang harus diselamatkan. Seperti penduduk Negeri Ajaib, lalu ratu ...

"Siapa nama ratu kita?" tanyaku.

"Oh, namanya Yang Mulia Ratu Angelsa," jawab Ulter dengan cerah.

Nama ratu itu terdengar bagus dan cantik. Aku mulai membayangkan sosok ratu baik yang sangat cantik jelita. Oh iya, kalau Blue adalah pangeran di sini dan Angelsa adalah ratu, apa Ratu Angelsa adalah ibunya Blue? Tidak salah lagi.

Tapi, kenapa dari dulu, Blue tidak mengatakan tentang tempat tinggalnya yang sebenarnya? Kenapa dia malah ke tempat tinggalku yang mungkin sangat jauh dari sini?

Oh, aku tahu kenapa Blue tidak ingin mengatakannya saat itu. Kalau Blue katakan, aku pasti tidak akan percaya pada semua hal-hal mustahil seperti itu, karena aku tahu berfantasi itu adalah sesuatu yang berbau fiksi belaka. Aku tidak akan percaya pada semua penjelasannya, kecuali jika dia membawa bukti.

Kalung batu kristal ini. Pertama kali aku pernah sekali melihat benda ini bersinar sebentar sejak aku masih kecil. Aku pikir, sinar itu tercipta karena mengenai garis sinar matahari. Saat Blue memberikan ini padaku, ternyata benda ini sudah dari dulu ajaib.

Lalu, apa gunanya Blue memberikan kalung ini padaku?

Blue, kenapa kau menyembunyikan banyak sekali rahasia dan misteri padaku?

"Hei, kalung itu kan milik pangeran!" kata Ulter sedikit membuatku terkejut. "Apa dia yang memberikan kalung itu padamu?"

Aku tersenyum sambil memegang kalung itu. "Ya, ini kalung dari Blue. Dia yang memberikannya padaku. Padahal aku sudah menolak benda ini untuk ada di dekatku. Tapi, Blue memaksa. Jadi, aku akan menganggap sedang menjaga benda miliknya."

Ulter tertawa terbahak-bahak setelah aku menjawab. Kenapa dia tertawa? Apa dia sudah gila?

"Nona, sekarang kalung itu adalah milikmu. Kalung itu akan menuntun dan melindungimu. Jadi, kau tidak perlu menganggap bahwa kalung itu masih menjadi milik pangeran. Dia tulus memberikan kalung itu padamu. Kau hanya perlu mengucapkan terima kasih."

"T-tapi, waktu itu, dia yang malah mengucapkan terima kasih kepadaku, karena aku telah mengatakan padanya untuk menjaga kalung ini. Apa aku sudah salah padanya?" Satu tetes air mata turun dari mataku. Rasa bersalah terasa jelas menusukku.

Ulter tersenyum lembut. Dia berdiri menghampiriku dan mengelus rambutku. "Nona tidak salah. Kalau pangeran mengucapkan terima kasih karena kau menerima kalungnya, aku yakin dia pasti merasa sangat senang."

"Benarkah?" tanyaku pada Ulter. Mataku berkaca-kaca dikelilingi air mata yang aku tahan.

"Iya. Percayalah padaku," jawab Ulter kemudian memelukku.

"Ulter, apa Blue akan membenciku?" Aku membalas pelukannya. Dia dingin, karena telur itu memang dingin.

"Tidak akan."

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Karena pangeran adalah orang yang baik."

Ya, itu benar. Blue adalah orang yang baik. Sangat baik. Dia mau mendekatiku dan berteman denganku. Menghabiskan waktunya bermain bersamaku sepanjang hari. Dia telah mengenalkan warna yang sangat berwarna padaku.

"Aku ingin sekali bertemu dengannya," kataku sambil melepaskan pelukan. "Kau tahu, di mana Blue berada?"

"Kau bisa bertemu dengannya dengan keluar dari daerah pelangi dan pergi menuju daerah manisan," balasnya membuatku cukup merasa senang akan kabar itu. "Tapi, akan sulit untuk mendekatinya."

To be continue ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro