Bagian 2 : Kelinci itu Menyebalkan
Sudah sampai hitungan ketiga. Bagus. Kelinci aneh itu pasti sudah menghilang dari imajinasiku.
Aku mulai membuka kedua mataku secara perlahan sambil berharap kelinci itu menghilang. Tapi begitu mataku terbuka... kelinci itu masih ada! Apa imajinasiku malah semakin kuat? Atau, aku masih pusing karena pingsan?
"Hyahahaha!!" Kelinci itu tertawa. Mendengarnya tertawa membuatku ngeri. Apa jangan-jangan dia kelinci sungguhan?? "Nona pikir, aku adalah imajinasimu? Hyahahaha!!"
Aku terkejut. "J-jadi, kau kelinci sungguhan... tunggu. KAU BISA BICARA?!"
"Sstt!!" desis kelinci aneh itu melompat ke arahku dan menempelkan salah satu telapak tangan kecilnya ke mulutku. "Kalau Nona berteriak, apa yang akan terjadi nanti? Mereka bisa menganggapmu sedang kerasukan badut hantu!"
"Apa sih?? Ah! Minggir kau, kelinci jelek!" Aku menepisnya, membuat kelinci itu jatuh ke tempat tidur.
"Ahh Nona, kenapa kau bisa sekasar ini pada makhluk berbulu lucu sepertiku?" Kelinci itu bangun dan membenarkan jas juga dasi kupu-kupunya yang menjengkelkan.
Aku bisa menyentuhnya. Itu berarti, dia sungguhan! Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa aku akan di bawa pergi ke dunia lain yang berbahaya? Melawan penjahat? Seperti yang ada di film dan novel fantasi.
"Tunggu. Apa maksudmu dengan katamu yang 'kau bisa menemuinya lagi'?" tanyaku.
"Hyahaha!! Sudah kuduga kau akan bertanya, Nona Elly!" Itu sama sekali bukan jawaban yang aku inginkan. Tapi, bagaimana dia bisa tahu namaku?
"Kau... membaca pikiranku? Kau tahu namaku," kataku.
"Aku tahu namamu karena aku mengenalmu dari orang yang kenal dekat padamu, Nona," balas kelinci itu.
"Siapa orang itu? Kau harus tahu, hanya satu orang yang kenal begitu dekat denganku. Dan tidak mungkin kau mengenali orang itu."
"Kalau mungkin?" Kelinci itu membuatku tak dapat berkata. Dia pandai bicara rupanya. "Aku mengenalnya. Tapi tidak sedekat kau dengannya. Aku mengenalnya sebagai seorang badut yang sempurna!"
"Siapa yang kau bicarakan, kelinci bodoh? Jawab pertanyaanku atau kau aku lempar keluar dari jendela itu," ancamku dengan kesabaran yang hampir habis.
"Hyahaha!! Baiklah, Nona. Akan aku jawab pertanyaanmu," kata kelinci itu sambil melirik jam dindingnya yang ada di bawah lantai. Saat aku menepisnya tadi, jam dinding itu jatuh ke lantai. "Tapi nanti. Waktu kita hampir habis. Kita harus bergegas. Ikutlah denganku, Nona Elly."
"Tidak. Kau jawab dulu pertanyaanku, baru aku mau ikut denganmu," tolakku.
"Tidak bisa begitu, Nona. Kalau aku jawab, waktunya keburu habis. Kita tidak akan bisa ke Negeri Ajaib kalau portal untuk pergi ke sana tertutup. Kalau tertutup, kita akan menunggu portal itu kembali terbuka 5 hari lagi. Itu kelamaan," balas kelinci itu menjelaskan. "Menunggu itu menyebalkan. Lebih baik memanfaatkan waktu. Waktu jauh lebih berharga, karena waktu tidak bisa terulang. Ikut aku ke bawah, Nona."
"Cih. Tapi ke mana? Negeri Ajaib? Memangnya ada?" tanyaku tak acuh sambil turun dari tempat tidur.
"Kalau aku ada, itu artinya Negeri Ajaib juga ada, dong!" jawab kelinci itu yang entah kenapa membuatku kesal saja. Dia mengambil jam dindingnya dan mengarahkannya padaku. "Peganglah jam ini."
"Untuk apa?" tanyaku.
"Pegang saja. Sebentar lagi kau akan tahu jawabannya," jawab kelinci itu.
Aku memegang jam dinding itu. Sesuatu terjadi saat aku memegang jamnya. Jam dinding ini mengeluarkan cahaya yang begitu terang. Kalungku juga ikut bercahaya. Apa kalung pemberian Blue juga sama ajaibnya dengan jam dinding milik kelinci ini? Aku tidak mengerti. Aku akan di bawa ke mana?
"Mari kita pergi dari sini, menuju Negeri Ajaib!!!"
CLING!!
Dua benda ajaib sekaligus, aku dan kelinci itu dibawa pergi. Melewati lorong-lorong aneh yang seperti jurang, aku dan kelinci itu jatuh dengan durasi yang panjang seperti tak pernah akan ada lantai yang bisa menghentikan aksi jatuh kami. Banyak sekali benda-benda yang aku lihat juga ikut jatuh bersama. Seperti jam beker, telepon rumah, jam dinding, pakaian pelayan, teko, cangkir, piano, dan lain-lain. Tempat macam apa ini??
DOING! DOING!
Kami pun akhirnya berhenti terjatuh ke atas sesuatu yang memantul. Oh, ternyata bola raksasa. Tunggu, BOLA?!
"Huaaa!!! Hei, kelinci bodoh! Tolong aku dari bola raksasa ini!!" teriakku sambil menyeimbangkan diriku di atas bola. Terpaksa agar tidak terjatuh, aku berjalan di atas bola membuat bola itu berjalan seperti roda. Ada di mana aku sekarang? Kenapa semua tempat di sini berwarna merah?
"Hyahahaha!! Seru sekali!!" Kelinci itu ternyata juga berada di atas bola yang satunya. Dia juga ikut berjalan di atas bola dan bergerak seperti roda yang berputar. Tidak ada yang bisa menolongku. Negeri Ajaib apanya? Ini negeri yang merepotkan! Kenapa aku harus di bawa ke sini??
Aku... bisa menemuinya lagi? Siapa yang bisa aku temui lagi? Kelinci itu berbicara tidak jelas.
Di sini, di tempat serba merah, aku melihat pohon-pohon dan tumbuhan lainnya yang berwarna merah. Langit tampak berwarna merah terang. Pokoknya, semua berwarna merah. Membuat mataku sakit saja. Tidak adakah warna lain di sini selain merah?
Eh!! Ada pohon di depanku! Aku bisa tertabrak! Aku akan jatuh!!
"AAAA!!!"
DUK!
Bola yang aku tumpangi tertabrak pohon dan memantul jauh yang entah menuju ke mana. Sedangkan aku tidak tahu lagi bagaimana nasibku. Mataku terpejam kuat, takut akan terjadi apa-apa padaku.
"Nona, kau tidak apa-apa?"
Suara laki-laki! Tapi siapa?
Aku membuka kedua mataku dan mendapati sosok lelaki berdasi kupu-kupu merah berada di depan mataku. Ternyata dia yang telah menyelamatkan nyawaku. Aku sangat berterima kasih padanya. Tapi, kenapa di atas kepalanya ada telinga kelinci? Apa jangan-jangan... kelinci yang tadi itu berubah wujud menjadi PRIA TAMPAN BERTELINGA KELINCI?!
"Se-sebenarnya kau itu apa?" Aku merinding seketika. Apa ini mimpi? Aku harap ini tidak nyata. Terlalu ajaib untuk menerimanya menjadi kenyataan.
"Kau mau tahu? Aku adalah Reb! Seorang lelaki setengah kelinci yang menyukai wortel dan badut! Aku telah menyelamatkanmu, sebagai balasannya kau harus ikut denganku, Nona Elly!"
"Ke mana?" tanyaku yang sudah pasrah dengan nasibku yang malah pergi ke Negeri Ajaib untuk alasan yang tidak jelas.
"Kita harus keluar dari daerah warna pelangi ini. Kita baru sampai di daerah berwarna merah. Sekarang, kita harus melewati warna merah dan pergi ke warna jingga!" jawab Reb membuatku semakin bingung. Daerah warna pelangi? Maksudnya, aku ada di dalam pelangi? Ah, terserah.
"Bagaimana caranya?" tanyaku mulai bosan.
Reb tersenyum lebar. "Dengan cara... MELOMPAT!"
To be continue...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro