Lelakimu
*****
Dia begitu lelah, apa yang terjadi semalam sungguh diluar dugaan. Ia tak menyangka jika Perdana Menterinya bisa senekat itu padanya. Dia membuka matanya perlahan, tangannya meraba bantal yang menjadi alas kepalanya.
Zhang Junda tak tahu, ia sedang apa dan ada dimana saat ini.
Sebuah tangan menyusup ke sela sela perutnya, ia baru sadar ada seseorang yang tidur dibelakangnya.
Dengan manja, Bidam Xie mengecup leher Zhang Junda. Ratu Kerajaan Hang Wang hanya membiarkannya seolah tak peduli siapakah sebenarnya pria itu.
"Kau sudah bangun?" bisiknya lirih di telinga Zhang Junda. Wanita itu tak menjawab hanya menggeliat sambil menutup wajahnya dengan selimut.
Bidam Xie tersenyum lalu membuka selimut yang menutupi wajah Zhang Junda.
"Sudah waktunya kau pulang Zhang Junda," bisiknya lembut tanpa lupa menggigit ujung telinga Ratunya.
Zhang Junda mengerjap beberapa kali, ia segera mengubah posisi tidurnya menjadi berhadapan.
"Darimana kau tahu namaku?" tanya Zhang Junda penasaran.
Bidam Xie belum juga menjawab, jemarinya mengelus pipi sang Ratu.
"Laut yang membisikiku," jawab Bidam Xie enteng.
"Laut??" ucap Zhang Junda tak mengerti.
Bidam Xie tersenyum lalu telungkup dengan kedua siku yang menumpu.
Dia menatap wajah Zhang Junda dengan jantung berdebar debar.
"Kau saat ini ada di dasar laut, di Kerajaanku. Apa kau tak merasakannya?" ucap Bidam Xie dengan heran. Junda hanya menggeleng dan belum juga bangun dari tidurnya.
"Lalu apa yang terjadi padaku?"tanya Junda balik bertanya.
"Aku meminjamkan separuh nyawaku untukmu, agar kau bisa hidup di sini. Terdengar aneh namun inilah kenyataannya," jawab Bidam Xie enteng sambil memainkan rambut Ratu yang tergerai.
"Kedengarannya kau pria yang penuh keajaiban," celetuk Junda membuat wajah Bidam Xie memerah. Makhluk tampan itu terkekeh mendengar ucapan Junda yang terdengar polos.
"Kenapa kau tertawa Bidam Xie?" balas Junda menyipitkan matanya.
"Kau sudah melakukan malam pertama denganku namun kau masih saja terlihat polos," jawab Bidam membuat wajah Junda ikut memerah.
Zhang Junda terlihat malu, ia menarik selimut guna menutupi wajahnya namun pria itu menahannya.
"Aku seekor Naga apa kau tak jijik padaku?"tanyanya tiba-tiba.
Zhang Junda terdiam, ia seakan tak percaya bahwa pria yang berada di hadapannya ini adalah seekor Naga.
Dia terlalu tampan untuk menjadi seekor Naga.
"Jijik kenapa?" tanya Zhang enggan.
Bidam Xie langsung mencubit pipi Zhang Junda tanda gemas. Wanita itu memekik kecil ketika mendapatkan cubitan di pipinya.
"Kita sudah melakukannya semalam, apa kau tak takut jika hamil? Dan di dalam perutmu ada naganya?" tanya Bidam Xie menelisik dan terdengar menakut-nakuti.
Zhang Junda masih membungkam, ia menatap mata hijau di depannya.
Ia sangat tampan dengan manik hijaunya, rambutnya yang tergerai jatuh di wajahnya.
Perlahan Zhang Junda menangkup wajah Bidam Xie, menatapnya lekat-lekat.
"Apa kau berusaha menakutiku? Memangnya ada apa jika kau seekor Naga?Aku tak mempermasalahkannya. Bidam Xie kau membuatku jatuh cinta dalam semalam," ucap Junda lirih.
Bidam Xie tersenyum lalu meraih jemari yang menangkup pipinya.
"Sudah waktunya kau kembali ke daratan Zhang Junda. Kau harus menata kembali hidupmu,"ucap Bidam Xie datar. Wajah Zhang Junda yang mulanya ceria mendadak surut.
"Kau mengusirku?"tanya Junda kecewa.
"Tidak Junda. Aku hanya ingin kau meraih apa yang menjadi keinginanmu selagi masih ada waktu. Jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi,"ucap Bidam Xie dengan serius. Wajahnya juga terlihat agak kecewa.
"Bidam Xie..,"desis Zhang Junda sedih.
Pria itu menatapnya lama, ia tahu apa yang dipikirkan wanita itu.
"Aku ini lelakimu... Jodohmu. Jangan merasa bersedih karena jarak yang memisahkan diantara kita. Apapun yang terjadi kita pasti terhubung. Percayalah padaku,"ucap Bidam Xie sambil menggenggam jemari Zhang Junda. Bibir Ratu tak bergumam, ia merasa sakit di dadanya.
"Suatu hari nanti aku pasti akan menjemputmu.. Kau adalah kekasihku, pasangan hidupku. Aku pasti akan sangat merindukanmu," bisik Bidam Xie lalu membalikkan tangan Junda.
Perlahan ia mencium telapak tangan Zhang Junda dengan penuh kasih.
"Aku berjanji,"ucapnya sekali lagi.
Sang Ratu tertegun hingga pandangan mereka kembali bertemu. Bidam Xie merapatkan tubuhnya, meraih wajahnya dan kembali menciumnya penuh nafsu.
Zhang Junda terpejam ketika pria itu mulai menjamahi tubuhnya. Jantungnya tak berhenti berdebar tatkala bibir Bidam Xie menciumi lehernya dan menggigitnya.
"Kau takkan merasakan yang seperti ini selain dengan diriku,"bisiknya di telinga Zhang Junda. Mereka kembali bertatapan begitu dekat, jemari Bidam Xie menyapu bibir bawah Zhang Junda yang sudah memerah basah.
Nafsu Bidam Xie mulai memuncak ketika Zhang Junda tanpa sengaja memegang dadanya. Diraihnya tangan wanita itu lalu digenggamnya. Makhluk tampan bersurai kelam menciuminya tanpa henti. Mengeksplor seluruh bagian tubuh Zhang Junda tanpa terlewat satu bagian pun.
Ratu Kerajaan Hang Wang hanya menggenggam seprei ranjang dan meremasnya gemas. Ia merasakan semuanya, pahit dan manisnya menjadi satu dalam aliran darahnya. Wanita bermata indah itu menggigit bibir bawahnya tatkala Bidam Xie melakukannya sekali lagi kepadanya. Ia tak mampu menahan rasa sakitnya, membuatnya terpaksa menjerit menahan airmata.
"Tahan Junda...,"bisiknya lirih sembari merapatkan pelukannya.
Zhang Junda memilih untuk membisu sambil terus menggigit bibirnya. Jemarinya meremas kuat-kuat seprei ranjang hingga morat-marit tak beraturan.
"Tahan sebentar Junda.. Ini memang sakit. Aku akan melakukannya dengan pelan-pelan..,"bisik Bidam Xie lembut dengan wajah sedikit khawatir.
Bagaimana ia tak khawatir melihat kekasihnya begitu tersiksa. Tadi malam ia memang sudah melakukannya namun melihat Zhang Junda begitu amat tersiksa, ia mengurungkan niatnya.
Namun saat ini, saat ia akan mulai berpisah dengannya... Haruskah niatnya kembali terurungkan?
Hanya itulah cara Bidam Xie mengikat hati Zhang Junda. Membiarkan wanita itu terus mengingat setiap pengalaman fisik yang ia alami bersamanya.
Bidam Xie tak tahan lagi menatap Zhang Junda terus menggigit bibir bawahnya hingga terluka, ia segera meraih wajah wanita itu dan mengecup bibirnya tanpa berhenti menghentak. Zhang Junda bergetar tubuhnya, ia merasakan panas dan dingin secara bersamaan.
Sebuah erangan tanpa sengaja keluar dari bibir mungil wanita itu.
Bidam Xie mengulas senyum tipis, ia tahu Zhang Junda sudah mulai menikmati permainannya.
Pria itu terus menghentak, mengeluarkan segala daya yang ia punya. Nafasnya naik-turun, peluh yang bercucuran tak ia pedulikan.
Ia terus fokus pada Zhang Junda dibawahnya yang sesekali mendesah membuat pikiran dan otaknya tak karuan.
"Zhang Junda... Jangan pernah lupakan aku sedikitpun. Jaga hatimu untukku, jaga tubuhmu juga untukku. Hanya aku yang boleh menyentuhmu seperti ini, HANYA AKU!" ucap Bidam Xie dengan wajah serius.
Zhang Junda tak menjawab, hanya menjerit tak karuan ketika pria itu terus menghujamnya tanpa henti.
Mana bisa ia melupakan pria yang membuatnya seperti ini.
Mana bisa ia melakukannya dengan orang lain kalau pria ini saja bisa melakukannya hingga membuatnya gila.
Mana bisa?!
*****
"Apa?? Ratu menghilang?"pekik Wu Yen kaget ketika mendengar kepanikan di istana. Ia yang lumpuh dan terus berada di ranjangnya terlihat sedih dan bingung. Dimanakah Kakaknya sekarang?
Sebagai adik, ia jelas mengkhawatirkannya. Kakaknya bukan tipe wanita yang suka pergi tanpa pamit. Wu Yen menoleh ketika melihat suaminya baru saja keluar dari tempat mandi.
"Xiuhan apa kau sudah dengar bahwa Kakak menghilang?" tanya Wu Yen lembut. Walau ia panik tapi ia tetap menjaga nada bicaranya apalagi dengan suaminya.
Xiuhan bukanlah orang yang mudah, ia sering marah dan jadi temperamental ketika kesalahan sedikit berhasil mencubit hatinya.
"Ya," jawab Xiuhan singkat sambil memakai baju kebesarannya sebagai perdana menteri.
"Xiuhan aku mohon cari Kakakku sampai ketemu. Aku tak tahu apa alasan dia pergi dari istana tapi aku mohon ajaklah ia pulang," ucap Wu Yen sambil memohon.
"Aku akan mencarinya,"jawab Xiuhan tanpa ekspresi.Ia lalu menyisir rambutnya perlahan dan menenteng pedangnya.
"Xiuhan... "panggil Wu Yen ketika sang suami sudah mendekati pintu kamar untuk bersiap pergi.
Xiuhan hanya menoleh pada istrinya yang menurutnya~, sama sekali tak berguna apalagi menarik.
"Terimakasih," ucap Wu Yen lirih sambil melempar senyum manis.
Sama seperti tadi, Xiuhan tak bereaksi sama sekali.
"Hmm.. "jawabnya hanya bergumam lalu melanjutkan langkah kakinya.
Xiuhan tahu yang sebenarnya namun ia memilih diam. Ia akan berpura-pura ikut mencarinya dan seolah ini semua bukan salahnya.
Kasihan Wu Yen yang amat mencintai Xiuhan. Lelaki itu tak sedikitpun mencintainya, ia mencintai Kakaknya namun justru mendapatkan adiknya.
*****
Seperti janjinya, Bidam Xie mengantar Zhang Junda pulang. Bukan ke istananya melainkan hanya sampai ke hutan.
Dengan perwujudannya yang seekor Naga, ia membawa kekasihnya di punggungnya.
Setelah sampai di hutan, ia segera turun dan menurunkan Zhang Junda di sana. Beberapa saat setelah kembali merubah wujud menjadi manusia, Bidam Xie menatap Ratu Zhang Junda dengan tatapan sedih.
"Maaf aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini,"ucapnya dengan menyesal.
"Tak apa. Aku tahu jalan pulang sendiri," jawab Zhang Junda seolah tak berkenan.
Mereka membisu sesaat hanya mendengarkan gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Bidam Xie memecahkan suasana kaku dengan menggenggam jemari Zhang Junda.
"Jangan pernah merasa kesepian karena aku akan selalu mengawasimu dari sini,"ucap Bidam menenangkan hati Zhang Junda.
Wanita itu mengangguk berat, Bidam Xie mencoba tersenyum walau terlihat sangat kaku. Sesaat dia merogoh kantong di hanfunya, mengeluarkan sesuatu yang menurut Zhang itu sangat berharga.
"Pakailah ini kemanapun kau pergi. Aku tak ingin kehilanganmu walau sedetik saja. Gelang kaki ini selama masih bergemerincing, aku akan selalu mengawasimu. Aku harap kau akan terus memakainya,"ucap Bidam Xie sambil menunjukkan sebuah gelang kaki berhiaskan mutiara lautan dan lonceng kecil.
Pria itu berjongkok di hadapan Zhang Junda lalu meraih kaki kiri wanitanya. Tanpa perkataan apapun, dipakaikan gelang itu di kakinya.
Zhang Junda merasa geli ketika pria itu mengecup kakinya bagian dalam seusai mengenakan gelang di kakinya.
Bidam Xie berdiri, menatap Zhang Junda dalam-dalam. Ia melepas mantelnya lalu dipakaikan di tubuh sang Ratu.
"Kau harus baik-baik saja di sana. Jangan terlalu memikirkan aku," ucapnya lagi sambil mencolek pipi Zhang yang lembut.
"Terimakasih untuk perhatiannya," ucap Zhang Junda lirih sembari merapatkan mantel Bidam Xie yang kini ia kenakan.
"Sekarang pulanglah! Rakyatmu pasti kebingungan mencarimu," ucap Bidam Xie datar.
Zhang Junda mengangguk berat lalu mulai berbalik arah. Langkah pertamanya meninggalkan lelaki itu terasa amat berat.
Jujur, hatinya sudah terpaut pada Bidam Xie.
Bidam Xie terus menatap punggung kecil Zhang Junda. Seperti Zhang Junda, Bidam Xie pun juga merasa berat membuat suaranya terpaksa ia gaungkan memanggil nama kekasihnya.
"Zhang Junda... "
Wanita itu berhenti dan menoleh, ia menatap Bidam Xie dengan sedih.
Perlahan pria itu menghampirinya dan langsung merengkuh pinggang kecil Ratu Kerajaan Hang Wang.
Tanpa dikomando, Bidam Xie lantas menyasarkan bibirnya di bibir Zhang Junda. Wanita itu terbelalak sempurna, tubuhnya mengaku sesaat. Ia tak menolak dan terus menikmatinya kecupan yang diberikan Bidam Xie padanya.
Pria itu melepaskan kecupannya lantas menangkup wajah Zhang Junda. Dia menatapnya begitu dalam sebelum benar-benar melepaskannya.
Zhang Junda tak harus terpaku selamanya, ia segera melepaskan tangan yang menangkup pipinya.
"Aku berjanji," ucap Zhang Junda lirih lalu ia segera berbalik badan.
Tanpa menoleh ia kini berlari menjauhinya. Hatinya sakit menerima keadaan ini.
Ia seorang Ratu, namun keadaannya yang sebagai Ratu membuatnya menjadi dilema.Bahkan dalam kehidupan Ratu, kata pernikahan hampir saja dicoret dari daftar harian Ratu.
Semua itu demi sebuah alasan, takut akan membawa perpecahan dalam sebuah negara dan terjadi perebutan kekuasaan.
**********next*******
Hallo pembaca, cerita ini tayang di Karya-karsa ya.. Diupdate tiap hari... Yang penasaran langsung merapat saja. Klik di pencarian nama penaku atau langsung judul karyanya.
Sampai ketemu disana.. 🥰🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro