Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

31


"Kau siap ke Seoul bersamaku besok pagi?"

Aku dan Taeyong sedang merenung di teras. Di bawah langit berbintang. Untuk terakhir kalinya, kurasa musim gugur kali ini akan segera berakhir. Rimbunan pepohonan telah menggugurkan daunnya.

Aku teringat hari dimana menikmati dedaunan jingga di Pulau Nami. Penyegaran pikiran yang tak berhasil. Kupikir sejak kejadian hari itu hidupku akan terus sial. Buktinya, aku kehilangan kemampuanku dan juga pekerjaanku. Serta-- kehilangan pria yang saat ini berada di sampingku.

Dan tak kusangka, pria itu menyusulku bahkan mengajakku menikah. Kalau dia sadar akan perasaannya padaku, sepertinya aku pun juga.

Alih-alih menjawab pertanyaan bos, tanganku semakin kurapatkan memeluk tubuhku sendiri. Aku benar-benar membeku kedinginan.

"Kau kedinginan ya?"

"Sini."

Aku tak percaya. Bos yang tak ada perbedaan jenis dengan es malah tiba-tiba menyerahkan jaket mantelnya padaku.

Bukan. Bukan jaketnya. Tetapi separuh dari jaketnya.

"Masukkan lenganmu ke lengan jaket sebelah kiri."

"Apa? Tunggu. Tapi--"

"Lakukan saja.. jangan membantah. Kau tau kan, bos paling tidak suka dibantah. Apa kau lupa?"

"I-iya. Iya."

"Tapi ini tidak muat. Bagaimana bisa tubuh bos dan tubuhku berada dalam satu jaket?"

"Dasar bodoh. Ini sangat mudah.. lihat."

Greb~~


Bos menarik pinggangku dan memasangkan tangan kananku dalam posisi merangkul pinggangnya.

"Cukup kan?"

"Bos benar-benar cerdik ya."

Ucapku padanya yang bermakna sindiran. Bilang saja mau memelukku. Modus sekali memberikan jaketnya kalau ujung-ujungnya membuat kami saling berpelukan..

"Ngaku saja. Bukankah ini jauh lebih hangat?"

Bos berbicara sambil menenggelamkan wajahku ke dadanya yang bidang. Kesalnya, hal tersebut malah menghambat pernafasanku.

"Bos.. aku tidak bisa bernafas.."

"Eh, maaf.."

Akhirnya ia membebaskanku dari dekapan mematikannya. Dan akhirnya aku bisa bernafas lega.

"Tunggu.. itu kenapa bibirmu?"

"Hah?? Kenapa? Ada apa?"

Tanyaku kembali sembari meraba bibirku yang kurasa aman, tak ada yang aneh.


































Mmuuachhh..




















Sekejap kemudian, bos mencium bibirku.

Sialan. Aku dibodohi olehnya.

.............................

Aku dan bos sudah bersiap akan berangkat ke Seoul. Aku berusaha membulatkan tekadku. Sebenarnya ada sedikit rasa cemas yang melanda hatiku, entah apa. Namun, kegigihan bos dalam membujukku berhasil.

"Nak, hati-hati. Jaga anak Eomma baik-baik ya."

"Jangan lupa--- oleh-olehnya."



"Oleh-oleh??"

Aku dan bos saling melempar pandangan kebingungan.























"Momongan."





























Astaga. Sudah kuduga..





"E-euhm.. Nyonya--"

"Panggil aku EOMMA! Jangan NYONYA!"

"I--ya. Eomma. Maksudku begitu. Ehm.. sepertinya kami harus segera berangkat ke Seoul."

"Baiklah. Tolong kalian kabari Eomma ya kalau sudah sampai sana."

Aku memeluk eomma sebelum pergi. Begitu pun juga bos. Sayangnya satu. Appa pergi ke rumah sakit untuk mengantar halmeoni melakukan check up mingguannya.

Selama di dalam mobil, bos tidak berhenti mengoceh. Sekarang kelihatan sekali betapa cerewet dirinya itu.

"Sohyun...?"

"Uhm..?"

"Kau suka angka berapa?"

"10"

"Kalau begitu-- ayo kita bikin 10 anak."

"Apa?!"

Aku memukul lengan bos sekeras-kerasnya. Biar saja ia kesakitan. Aku tak peduli. Dia pikir mudah melahirkan 10 anak?

Dia laki-laki. Dapat enaknya saja. Sedangkan, wanita lah yang harus menderita demi memuaskan hasratnya.

Tak kusangka!!

"Hey!! Aku hanya bercanda.. Aish.. kau serius sekali! Sakit tahu!"

"Aku sedang menyetir. Kalau lenganku bengkak gara-gara pukulanmu, bagaimana??"


"Biarkan saja. Biar tahu rasa!"

"Ckk.. kalau lenganku bengkak dan sakit, bagaimana aku menggendongmu ke atas kasur di malam pertama kita?"

"Sialan."

Aku terpaksa mengumpat di depannya. Masa bodoh dengan menjaga image-ku sebagai wanita anggun. Bos memang tidak bisa menjaga mulutnya.

"Oke.. oke. Cukup. Tulangku bisa remuk semua karena kau memukulku. Kalau begitu, aku beri diskon saja."

"Diskon? Apa maksudmu?"

"Kita produksi lima anak. 3 laki-laki dan 2 perempuan. Pasti menyenangkan.."


"Bos!!!"


Aku yang habis kesabaran pun menjitak kepalanya.

"Sana! Produksi saja anakmu sendirian!"

"Mana aku bisa? Aku kan laki-laki?"

"Heuhh.."

Aku menghela nafasku berharap kami segera sampai di Seoul dan semua kegilaan bos berakhir.

.............................

Itu dia. Rumah megah yang pernah aku pijaki dua kali. Sekarang, untuk yang ketiga kalinya aku datang. Sebagai seseorang yang berarti bagi bos. Seseorang yang akan menggantikan posisi Jennie.

"Kau siap?"

Aku menelan ludah. Mengapa rasanya sulit sekali mengatakan 'iya'. Kupikir, itu gara-gara sejak tadi ada suatu kejanggalan dalam benakku. Perasaanku buruk. Seakan sesuatu yang menghalangi hubunganku dan bos segera hadir.

"Tenanglah. Kita lalui ini bersama-sama. Jadi, jangan merasa sendirian. Aku akan meyakinkan Mama dan Papa supaya menerima hubungan kita.."

"Bukankah kau sangat mencintai perusahaan yang kau dirikan dari masa mudamu?"

"Kalau kau memilih menikahiku, usahamu akan hancur sia-sia."

"Sebenarnya, aku berani melakukan semua ini karena aku mencintaimu. Dan kau lebih berharga dari segala yang aku punya. Benar kata Yuta, bahwa harta kekayaan, pangkat maupun jabatan, bukanlah sesuatu yang pantas aku kejar. Lebih baik aku kehilangan mereka daripada kehilanganmu."

Bos menggenggam tanganku. Dibawanya tanganku ke depan dadanya, lalu dikecupnya singkat punggung tanganku. Itu membuatku sedikit tenang di tengah-tengah ketegangan situasi hari ini.

"Mari kita masuk."

Semoga kami mendapat kelancaran dan restu dari orangtua bos. Aku sangat khawatir mereka menolakku mentah-mentah.

"Papa!!"

Baru selangkah kami memasuki pintu, bos tampak terkejut dengan kehadiran seorang pria dewasa yang menjabat tangan Papanya.

Aku harap, ini bukan hal buruk yang aku cemaskan sedari tadi.

"Taeyong?!"

"Darimana saja kau?!!"

Atmosfer di rumah ini mendadak panas. Aku tahu.. hal semacam ini akan segera terjadi.

"Pa!! Kenapa Papa menandatangani kontrak itu? Papa tidak punya hak, Pa!

TY Group itu perusahaan milikku! Kenapa Papa seenaknya menandatangani kontrak tanpa persetujuanku?"

"Perusahaanmu? Milikmu?

Oh. Jadi begini? Kau tiba-tiba menyombongkan dirimu sendiri atas perusahaan yang tak lama lagi akan tamat riwayatnya?"

"Pa! Semua itu urusan Taeyong! Buat apa Papa ikut campur? Apalagi-- Papa menandatangani kontrak kerjasama dengan orang itu??"

"Orang itu? Kau pikir siapa yang kau sebut dengan 'orang itu', Yong?

Dia calon mertuamu! Bersikap sopanlah!"

"Pa, sejak awal, Taeyong tidak pernah mau menikah dengan Jennie. Papa yang selalu memaksaku. Tolong Pa.. penuhi permintaan Taeyong sekali ini saja.."

"Papa sudah berulang kali memenuhi permintaanmu, Yong. Giliranmu yang harus memenuhi permintaan Papa. Nikahi Jennie!"

Sekarang, aku tidak yakin akan kelanjutan rencana pernikahanku dan bos. Sepertinya, rencana itu hanya sebuah kemustahilan belaka. Aku dan bos tidak akan pernah bisa bersama.

"Taeyong! Kau pulang?? Kau dari mana saja, Nak?"

Saat keadaan sedang kacau begini, ahjumma datang. Aku takut beliau akan jatuh pingsan jika melihat suami dan putranya bertengkar hebat.

Dan itu karenaku.

"Mama.. Tolong jelaskan pada Papa, Taeyong nggak mau menikah dengan Jennie.

Taeyong nggak cinta sama Jennie. Jennie itu bukan wanita baik-baik.."


"Taeyong!! Berani sekali kau menjelek-jelekkan Jennie di hadapan Papa!!"

Oh tidak. Ahjussi kembali lagi dengan kemarahannya. Pertengkaran ayah dan anak ini tak akan  mungkin berakhir dengan sekali berkedip.

"Papa, Taeyong benar! Kenapa sih, Papa nggak percaya sama anak sendiri??"

"Ma! Pokoknya Papa tidak mau tahu, Jennie dan Taeyong itu harus menikah. Titik!"

Bos mengusap kasar wajah tampannya. Tak lama kemudian, ia menatapku dan menarik lenganku yang sedari tadi hanya terbengong memperhatikan perselisihan dalam keluarganya.

"Lihat Pa! Lihat baik-baik gadis yang ada di sebelah Taeyong!

Taeyong mencintai gadis ini. Dan Taeyong hanya mau menikah dengan gadis ini. Meskipun hal itu berarti Taeyong akan kehilangan semua yang Taeyong miliki, termasuk perusahaan, dan juga-- Papa!"

"Taeyong!!!"











Plakk.



















Tamparan keras mendarat tepat di pipi bos. Aku gemetar ketakutan. Sejauh itukah bos membelaku di depan papanya sendiri?




"Baiklah.. baiklah!! Kau sudah kurang ajar dan keras kepala Taeyong! Kemana sopan santunmu pada Papamu ini?? Hanya gara-gara gadis ini kau berubah sikap??

Sekarang terlihat kan.. mana yang kau sebut gadis yang tidak baik?" Bukan Jennie, gadis yang tidak baik itu adalah gadis ini!"




"Papa!!"


"Taeyong.. sudah Nak. Sudah.  Jangan dilawan. Sebaiknya kau bawa Sohyun pergi ke tempat lain.."

Taeyong percaya pada nasihat mamanya. Tanpa mempedulikan amarah papanya, ia pun membawaku keluar dan pergi ke suatu tempat yang aman.


















Bagaimana penyelelesaian dari masalah ini??


Tuhan.. tolonglah kami..











































To be Continued.

Satu atau dua chapter lagi mungkin akan segera berakhir.

Terima kasih kalian, yang udah mau baca cerita absurd ini..😆😆

Konfliknya hampir sama kayak di 'Lucid Dream' ya. Bedanya, disini Taeyong adalah seorang Bos yang berusaha menyelamatkan perusahaannya dengan dipaksa menikah bersama Jennie. Sampai dia melawan Papanya sendiri.

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro