22
"Kau yakin mau bekerja saja?"
Tanya Doyoung kepadaku ditengah rutinitasku sebagai pekerja kantoran. Selain dia menjadi atasanku, jangan lupakan satu hal, dia mencintaiku dan masih peduli padaku.
"Iya. Lagipula, aku sehat saja."
"Baru beberapa hari lalu kau jatuh sakit, mana mungkin bisa langsung sehat?"
Doyoung memutar kursi kerjaku hingga kini aku berhadapan dengan wajahnya manisnya.
"Kau nakal ya? Tidak mau menurutiku. Sebaiknya pulang dan istirahat di rumah."
Katanya sambil men'towel' pucuk hidungku. Aku tertawa geli dibuatnya.
"Memang, kenapa kalau aku nakal Oppa?"
"Kalau kau nakal..."
"Aku akan....."
"Ekhemm.!!"
"Inget!! Ini jam kerja!
J-A-M K-E-R-J-A!"
"Bukan jam pacaran!"
Dia datang lagi. Akhir-akhir ini, Bos tidak pernah absen dari keseharianku. Dimanapun aku berada, Bos selalu mengikuti. Ada saatnya aku merasa jengkel dan melupakan statusku sebagai bawahannya. Aku pernah berkali-kali memarahinya karena ia mengusikku dengan berbagai alasan. Tentu saja ini terjadi sejak insiden ciuman di apartemenku beberapa hari lalu.
Doyoung yang menyadari Bos Taeyong sedang berdiri melotot ke arah kami, segera ia pergi menuju kursi kebanggaannya.
Aku pun kembali terfokus pada komputerku. Hingga kelima jari itu terketuk di atas mejaku.
"A-ada apa Bos?"
Tanyaku seolah-olah gadis lugu.
"Nanti sepulang kerja, kau harus ikut aku ke rumah.".
"Apa?!"
"Tapi mau apa aku kesana?"
"Jangan banyak tanya! Mama yang mau ketemu dirimu."
Aku menatap Bos curiga.
Apa jangan-jangan Bos menyukaiku? Lalu membawaku ke rumahnya sebagai pacarnya dan meminta restu pada mamanya? Bisa jadi dia memberitahu mamanya kalau dia menyukaiku??!
Oh!! Papanya?? Bagaimana dengan Papanya yang terlihat galak itu?
Ahh.. pikiranku jadi parno semenjak perlakuan baik Bos padaku.
Tidak mungkin dia menyukaiku kan? Aku hanya terlalu pede.
"Kenapa melihatku seperti itu? Mau aku colok kedua bola matamu sampai keluar?"
Sadis sekali kalimatnya!
Aku menetralkan wajahku yang tadi sempat menatap curiga padanya. Bos memang sulit ditebak. Aku dikendalikan oleh sifat Bos yang labil dan anehnya aku mau-mau saja. Kenapa aku tidak lagi melawannya?
Benar. Ia sudah terlalu baik padaku akhir-akhir ini. Ia yang menolongku dan merawatku ketika sakit. Anggap saja diamku ini adalah bentuk balas budiku akan kebaikannya.
...........................
"Kau masih berhubungan dengan Doyoung?"
Bos memecah keheningan di dalam mobil dengan sebuah pertanyaan yang jawabannya saja sudah jelas.
"Entahlah. Aku pikir dia sudah memutuskanku malam itu. Tetapi kemudian, dia kembali dan seolah-olah tidak pernah mengatakan putus."
"Kalian masih terlihat seperti sepasang kekasih?"
Aku menaikkan sebelah alisku. Tunggu! Untuk apa Bos mengorek dan ingin tahu informasi privasiku? Hubunganku dengan Doyoung?
"Apa masalahmu Bos? Kenapa kau sangat ingin tahu?"
Benar juga. Mereka pacaran atau tidak, ngapain aku tanya-tanya?
Batin Taeyong.
"Bos??"
"Kok diem?"
Bos hanya melirikku sebentar lalu mengembalikan perhatiannya ke jalanan.
Memang aneh.
......................
"Ma, Pa.. Taeyong pulang..."
Wah. Ini kedua kalinya aku menginjakkan kaki di rumah Bos. Keadaannya selalu bersih dan nyaman. Rumahnya yang megah memang menyegarkan pandanganku.
"Duduklah. Aku akan panggilkan Mama."
Bos pun berjalan ke lantai dua, sementara aku segera menuju sofa dan merebahkan tubuhku seenak mungkin.
.
.
"Jadi kau tahu kalau anakku berhubungan dengan Jennie?"
Tanya Ahjumma yang membuatku heran. Maksudku, kenapa wajahnya jadi tidak menyenangkan seperti ini ketika menyebut nama Jennie?
Aku tahu, Jennie gadis tidak baik. Tapi, apakah ibu Bos juga sudah tahu seluk beluk Jennie?
"Aku tidak pernah suka dengan gadis itu. Dia teman anakku sejak sekolah menengah atas. Taeyong selalu membawanya ke rumah kami. Gadis itu sangat tidak sopan. Aku juga tahu, dia hanyalah gadis materialistis yang gila harta."
"Ahjumma tahu? B-bagaimana?"
"Bukan hanya Jennie yang aku kenal. Namun juga keluarganya. Mama Jennie... wah.. setiap kali ada acara arisan, dia selalu mengatakan bahwa kelak putrinya akan jadi pewaris keluarga Lee. Keluarga Taeyong. Aku tidak suka dengan sifatnya yang terang-terangan begitu. Lalu, Papa Jennie, dia mendekati suamiku dengan alasan kerjasama. Namun, aku juga bisa merasakan niat liciknya. Ia terus mensiasati bagaimana cara putri mereka bisa menikah dengan putraku. Tentu saja karena satu hal. Harta kami."
Mendengar cerita Ahjumma yang panjang lebar, aku baru sadar. Ternyata benar, kalau sifat anak memang tidak jauh dari sifat kedua orangtuanya. Sekarang aku jadi kasihan dengan Jennie. Andaikan dia dididik dengan benar, mungkin dia tidak akan sampai seperti sekarang ini.
"Kamu ya penyebab putraku putus dengan Kim Jennie?!"
Mataku dan Ahjumma langsung menyorot kepada suara datar nan menyeramkan yang menghampiri ruang tamu tempat kami mengobrol.
"Ahjussi.."
Aku berdiri dan membungkukkan badanku menunjukkan sopan santun.
Tapi, tanpa membalasku dengan seulas senyum, beliau berjalan angkuh di depanku dan dengan cepat mengambil tempat untuk mendudukkan badannya.
Aku yang masih ragu-ragu, akhirnya ikut duduk kembali.
"Saya kasih waktu kamu satu minggu. Saya merasa lega karena ternyata Taeyong berhasil mendapatkan Kim Jennie. Saya pikir kerjamu bagus juga "
Padahal waktu itu Bos sendiri yang menginginkan Jennie dengan mengajakku bernegosiasi.
Pikirku.
"Lalu, tidak lama kemudian Taeyong mengatakan dia putus dengan Jennie! Ada apa sebenarnya ini?"
Aku meneguk ludahku sendiri karena gugup. Ahjussi begitu menyeramkan..
"Ehmm.. Ahjussi.. s-saya.. saya mengaku salah. Pengelihatan saya akan perjodohan mereka tepat saat itu. Tetapi saya tidak tahu, bahwa Jennie memiliki keburukan yang tentunya tidak pantas untuk menjadikannya jodoh Bos Taeyong."
"Tidak pantas?"
"Kau pikir kau siapa? Apa kau Tuhan yang tahu mana yang pantas dan mana yang tidak pantas?"
Aku terdiam. Apa aku salah? Aku mengatakan apa yang aku rasakan. Manusia kan tempatnya salah dan lupa. Jadi, maklum kalau aku yang selalu dipandang perfect memilihkan pasangan hidup bisa salah juga.
"Pa... Jangan marahi dia. Lagian, Papa juga salah. Bagaimana mungkin Papa mau mengawinkan anak itu dengan gadis materialistis seperti Jennie?"
"Materialistis?? Kenapa kau selalu mengatainya yang tidak-tidak?! Apa kau juga termakan omongan gadis peramal ini?"
"Mama bisa merasakannya Pa. Jennie itu nggak cocok sama putra kita."
"Halahh!! Dasar wanita! Apa-apa selalu dipikir pake perasaan! Sekali-kali pakai logika dong Ma?? Lihat sendiri bagaimana Jennie secara nyata!"
"Papa saja yang tidak tahu. Mama berkali-kali juga sudah mengamatinya. Hasilnya tetep sama. Dia bukan gadis baik."
"Papa nggak percaya. Selama ini, Tuan Kim, Papanya Jennie, sudah mempercayakan Papa sebagai pemegang sahamnya. Beliau sangat baik."
"Papa yang bodoh.. Kenapa tidak pernah percaya sama Mama? Mereka itu hanya mau mengambil hati kita supaya kita menikahkan Taeyong dengan anak mereka. Papa sadar dong.. Papa selama ini juga terlalu mengekang kebebasan Taeyong memilih pasangannya. Sedikit-sedikit.. Papa pasti menjodohkan Taeyong dengan anak rekan kerja Papa. Bukankah itu egois? Mama nggak mau Taeyong stress karena masalah sesepele ini."
"Terserah mama lah! Papa pusing! Papa mau tidur!"
Perdebatan orangtua Bos membuatku jadi membayangkan, akankah dunia pernikahan serumit ini??
Namun orang bilang, pertengkaran dalam rumah tangga itu yang akan menjadikan cinta pasangan suami istri semakin bertambah.
Tapi aku tidak yakin dengan Papa Taeyong yang kelihatannya keras kepala.
Apa Bos kalau sudah menikah akan seperti Papanya juga?
Ngomong-ngomong, mereka mirip.
"Sohyun!"
"Apa yang sedang kau lamunkan?"
Aku memgerjapkan mata dan bangun dari dunia khayalanku yang mulai menggila.
"Eh.. iya. Nggak ada kok, Ahjumma."
"Berhubung sebentar lagi jam makan malam, bagaimana kalau kau makan disini saja? Temani aku memasak."
"Tapi Ahjumma..."
"Ya udahlah. Turutin saja permintaan Mamaku. Apa susahnya?"
Sahut Bos Taeyong yang tampak turun dari tangga. Sebuah kaca mata baca bertengger di hidungnya dan ia tengah berjalan sambil membaca berkas-berkas kantor.
"Dengarkan? Ayo. Kita memasak bersama!"
Aku tidak bisa menolak tentunya. Ahjumma sudah seperti ibuku sendiri. Dengan tersenyum canggung, aku pun mengekorinya menuju ke arah dapur.
.
.
"Wah.. kau pandai memasak ya?"
"Ah.. tidak juga, Ahjumma. Hanya beberapa resep saja yang bisa aku masak. Sampai-sampai, sepupuku bosan dengan menu makanan yang setiap hari aku siapkan."
"Kau tinggal bersama sepupumu?"
Tanya Ahjumma sambil memasukkan ikan tuna yang sudah dibumbui ke dalam wajan.
"Iya. Dia baru datang dari Jepang. Dan asal Ahjumma tahu, sepupuku sangatlahh cerewet."
"Oh ya? Kau harus lebih bersabar lagi. Itu masih saudaramu. Bagaimana nanti kalau Taeyong yang tinggal bersamamu? Dia 100 kali lebih cerewet!"
Apa maksud Ahjumma berkata begitu? Memangnya Bos akan tinggal bersamaku?
"Ma! Aku nggak secerewet itu! Sepupunya jauh lebih cerewet dan menyebalkan dariku!"
Mataku membelalak ketika aku menyadari sudah ada Bos yang berdiri di sampingku.
Karena kaget, tanganku yang tadinya mengiris bawang dengan santai malah ikut tergores pisau.
"Aw.. awh.."
"Gadis ceroboh!"
Bos langsung memegang tanganku, dan menghisap jariku yang berdarah karena pisau.
"Sohyun? Kau tidak apa-apa?"
Ahjumma ikut menghampiriku. Padahal ini perkara kecil, tapi kenapa membuat semua orang jadi khawatir??
"Bos.. aku baik-baik saja. Aku rasa kau berlebihan.."
Aku melepaskan tanganku dari Bos. Tapi Bos menariknya kembali.
"Jangan membantah. Luka seperti ini juga bisa infeksi. Sentuhanku akan membuatnya menjadi lebih baik.."
Bisa-bisanya Bos berkata begitu. Apakah ini sebuah gombalan?
"Mama seneng liat kalian begini. Mama jadi keinget masa muda Mama sama Papanya Taeyong. Kalau saja kalian menikah, mungkin kehidupan kalian akan seperti kami."
Aku terbatuk mendengar kalimat Ahjumma barusan. Menikah dengan Bos??
Yang benar saja!
"Ma, kalaupun Taeyong akan menikah dengan Sohyun, Taeyong nggak akan jadi seperti Papa yang suka cuek dan dingin sama Mama. Sebisa mungkin, Taeyong akan manjain Sohyun setiap waktu. Iya kan Sohyun??"
Aku membulatkan kedua mataku.
Anak dan Ibu yang sulit dipercaya! Apa yang mereka katakan sebenarnya??
.
.
.
.
Acara makan malam pun dimulai.
Aku lihat, Bos dan Papanya sudah duduk di meja makan. Aku dan Ahjumma mengangkat piring-piring makanan dan meletakkannya di atas meja.
"Kenapa Eonni nggak kelihatan, Ahjumma?"
"Jieun?"
"Dia berangkat ke New York dua hari lalu. Ada pertemuan dengan orang penting katanya."
"Oh.."
Sayang sekali, kakak Bos tidak hadir malam ini. Hanya dialah yang membuatku merasa nyaman duduk dan makan malam bersama keluarga ini.
"Hmm.. aroma makanan buatan Sohyun nikmat sekali. Sepertinya kau sudah siap menjadi istriku..."
Kalimat sambutan Bos dan smirk yang mencuat dari bibirnya mengejutkanku.
Kesekian kali aku terbatuk-batuk. Jangan lagi bertanya alasannya. Kalian sudah tahu.
"Iya dong.. Udah cantik, pinter masak, calon istri idaman bukan?"
Tambah Ahjumma yang semakin membuatku merinding.
"TIDAK. Sekali Jennie, tetap Jennie. Papa nggak suka Taeyong sama gadis selain Jennie."
Kata Ahjussi yang menyela pembicaraan antara Bos dan Mamanya.
Aku sampai lupa kalau ada beliau yang duduk menyeramkan di kursi paling ujung.
"Pa.. Taeyong sama Jennie itu sudah putus. Nggak ada hubungan apa-apa lagi."
"Papa tahu, Yong. Tapi Papa masih berharap kamu sama Jennie. Titik."
Ahjussi benar-benar keras kepala.
Batinku.
"Sudah Pa.. nggak enak diliatin Sohyun. Kita harusnya menyambut tamu dengan baik dong, bukan malah dengan berdebat seperti ini."
Papa Taeyong dan Bos yang tadinya beradu tatap, sekarang saling melepaskan diri. Mereka menyendok nasi masing-maaing dan mengabaikan kalau sempat berdebat.
Apa kalian memdengar suara krik-krik-krik..??
Ini makan malam yang selalu sepi seperti kuburan. Sama ketika pertama kali aku makan malam di rumah ini. Apa begini cara mereka hidup??
Aku sungguh tak bisa membayangkan bagaimana Bos dan calon istrinya nanti akan hidup berumah tangga!
To be Continued.
Did you miss me? Or this story?
😅😅
Akhirnya bisa up juga.
Maaf kalau part kali ini membosankan. Otakku masih bekerja mencari ide-ide bagus.. tp ngga bisa ketemu. Jadi nulis seadanya asalkan udah up.
Papanya Taeyong ternyata seorang shipper JenYong garis keras. Wkwk
Kalian pilih JenYong apa TaeHyun nih??
Next (?)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro