Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20


Tak terasa hari telah berganti. Giliran suasana kesibukan kantor yang melanda kegiatan para karyawan sejati. Termasuk juga aku.

Aku masih agak pusing karena kehujanan dua hari yang lalu. Istirahatku kemarin tak nyenyak. Namun semua terbayarkan oleh kehadiran kekasihku. Atau mungkin mantan kekasih?

Aku jadi teringat. Bukannya Doyoung sudah memutuskanku?

Benar ia berkunjung ke apartemenku mendadak kemarin. Itu pun hanya sebatas permintaan maaf tanpa mencabut kata putus yang terlanjur ia lontarkan.

Sayangnya, pria itu tak sedang di kantor. Pagi ini ia langsung pergi untuk urusan bisnis ke Changwon. Tentu saja dengan wajah babak belur yang ia dapat entah darimana. Dia sangat percaya diri akan setiap penampilannya. Aku iri.
.

.

Pandanganku kabur. Tulisan-tulisan yang terpampang nyata di layar komputerku seperti teracak-acak. Kepalaku masih sangat pusing.

Kuatlah Sohyun...

"Sohyun, berikan data keuangan, laporan pencocokan hasil pemasaran, beserta kontrak sponsor untuk produk terbaru kita kepada Bos. Aku sudah mengeceknya ulang. Hanya ada beberapa kesalahan dan aku sudah memperbaikinya. Oh ya, jangan lupa minta tanda tangannya ya."

Perintah Saeron padaku sambil membawakan berkas-berkas. Membuatku sedikit terkejut akan kehadirannya.

"Baiklah."

Yah.. memang selalu menjadi tugasku ketika mengumpulkan atau meminta tanda tangan berkas dan dokumen kepada Bos Taeyong. Dan Saeron adalah orang yang paling sering memintaku melakukan itu.

.

Lagi-lagi aku kembali dihadapkan dengan pintu ruangan ini. Sebelum aku mengetuknya, aku sempat terhenti dan berpikir.

Apa Bos masih marah padaku?

Marah tidak ya?

Apa aku langsung ketuk pintunya saja?


Baru saja aku mau mengetuk pintu kaca Bos,  suaranya sudah menggema di telingaku. Ia sadar ada seseorang yang berdiri linglung di depan ruangannya sejak tadi, mengangkat sikunya berkali-kali hendak menotok, tetapi hanya gerakan naik-turun yang dilakukan lengan orang itu.

"Masuk!"

Aku masuk. Seketika Bos membalikkan kursinya membelakangiku.


Dia marah.. bagaimana ini??

"B-bos.. aku mau..."

"Letakkan saja di meja!"

Kalimatku terpotong. Aku agak ngeri mendengar kalimatnya yang datar.

"T-tapi Bos... ada dokumen.. yang.. harus ditanda tangani."

"Letakkan saja di atas meja!"

Jawaban yang sama.

Oh tidakkk!! Dia marah sungguhan.. bagaimana kalau aku dipecatnya?

Karena tidak mau menciptakan suasana hatinya yang bertambah buruk, aku pun menanggalkan berkas ini di atas meja dan langsung pergi dari ruangan Bos.

Bukankah aku sebaiknya meminta maaf padanya?

Setidaknya ia tak marah lagi padaku.

Pintu kaca kubuka kembali. Bos sudah membalikkan lagi kursinya menghadap pintu sehingga aku bisa melihat wajahnya secara keseluruhan.

"BOS?!"




Bos yang termenung, kaget akan kedatabganku dan keburu membalikkan lagi kursinya.

Sayangnya, apa yang ia coba sembunyikan dariku sudah terpampang nyata.

Aku mendekatinya supaya bisa mengamatinya dari dekat. Aku menengok wajahnya yang masih mengahadap ke jendela.

Sejak kapan dia memakai masker hitam? Baru sepuluh detik lalu aku mencuri luka memar di wajah  tegasnya.

Memahami bahwa benda hitam tipis itu menghalangi pengamatanku, aku langsung mencabutnya.

Benar saja! Bos memiliki luka memar di area wajahnya. Mirip seperti Doyoung.

"Kalian bertengkar?"

Tanyaku curiga.

Bos diam saja. Artinya iya.

"Ya ampun Bos, kenapa bisa sampai begini sih?"

Aku menyentuh lukanya yang ada di bibir. Ia mendesis dan mengerang kesakitan.

Buru-buru aku keluar dan mencari kotak P3K.

.

.

.

"Hati-hati!!"

"Sshh.."

Aku dengan sabar dan telaten tengah mengobati luka memar di pipi, pelipis dan sudut bibir Bos.

"Salah Bos sendiri. Ngapain juga berkelahi dengan Doyoung?"

"Jangan salahkan aku. Salahkan dirimu yang memancing tindakanku."

"Aku? Kok bisa aku?"

Bos terdiam. Bibirnya seakan hendak menjawab namun tertahan. Bagai kata-kata yang sulit diungkapkan.

"Sudah."

"Sudah??"

"Iya. Aku sudah selesai mengobatimu."

"Yang disini? Disini? Disini? Disini?"

Bos memegangi perutnya. Kakinya. Lengannya. Bahunya. Hampir semua bagian tubuhnya.

"Banyak sekali?!"

"Memang."

Bos melepas jasnya dan akan membuka satu per satu kancing bajunya.

"Yak Bos! Kau mau apa?"

"Perut dan punggungku memar semua Sohyun.."

"Kalau bisa, obati saja sekalian."

"Tapi tidak dengan membuka bajumu dan menampakkan tubuh telanjangmu di kantor juga!"

Aku pun kesal dan menendang tulang betis Bosku.

"Aw aww aww... aaghh.. sakiit Sohyun!"

"Sakit ya?"

Aku tersenyum miring.

"Rasakan!"

Bos kembali mengancingkan kemejanya yang setengah terbuka.

"Boleh aku kembali ke mejaku?"

"Eh. Tunggu. Kau sakit? Wajahmu pucat."

Wah. Dia berhasil menebak. Bagaimana lagi aku menyembunyikan ketidakenakan badanku? Sungguh aku memaksakan tubuhku agar terlihat fit. Ujung-ujungnya Bos juga tahu masalahku hari ini.

"Aku baik-baik saja Bos."

Haccchuuuu!!!

Hacchuuuuu!!!

Uhuk..


Oh Tuhan! Kenapa timingnya tidak pas? Kenapa aku harus bersin dan batuk sekarang? Di depan Bos?

"Lihat kan? Kau batuk dan bersin-bersin. Kau pasti sakit."

"Aku baik-baik saja."

Kataku lugas. Diikuti tubuhku yang kini sudah berdiri dan akan kembali ke ruang pemasaran.

"Tunggu!"




























Bos menangkap pergelangan tanganku. Membawaku terduduk kembali. Kemudian, ia menempelkan telapak tangannya pada dahiku.

"Kau demam?!"

Aku kehabisan stok kalimat. Apalagi yang aku harus jelaskan? Untuk beralasan saja sekarang sudah mustahil. Ia tidak bisa lagi aku bohongi kalau aku sedang sehat.

Hal yang tak kusangka adalah, Bos spontan mengambil jasnya dan memakaikannya padaku.

"Ini! Ruangan ber-AC pasti tidak membuatmu nyaman. Pakai saja. Akan lebih hangat."

Katanya sambil merapikan jas di atas bahuku.

"Tidak usah Bos.. aku baik-baik saja. Kau berlebihan.."

Aku melepas jas yang baru saja ia sematkan. Dengan kesit, tangannya sudah menghentikanku.

"Jangan dilepas atau aku menciummu lagi!"

"Huh?"

Ancaman macam apa itu??

Aku sampai tidak bisa menutup mulutku saking tersentaknya.


"Apa lihat-lihat?"

Pasti bercanda. Ber-can-da. Bos memang kadang-kadang sangat receh.

Aku tertawa kecil. Tepatnya tawa yang dipaksakan. Menganggap apa yang dikatakan Bos itu sebuah guyonan garingnya.

"Jadi kau beneran mau aku cium?"


Mata Bos sudah membelalak sempurna dan kini tepat berada dekat di depan wajahku.  Menyeramkan sekali!

Bos memakaikan kembali jas yang baru aku lepaskan.

"Sohyun... karyawan baik tidak boleh melawan perintah Bosnya. Hal ketiga yang aku tidak suka dari karyawanku, Pem-bang-kang-an!"

"Mengerti?"

Dia menjadi Bos Taeyong yang pertama kali aku jumpai. Luarbiasa! Apa ini comebacknya? Atau imagenya memang suka berubah-ubah seperti empat musim?

"Ancamanku tidak pernah main-main Sohyun. Camkan itu!"

Peringat Bos sambil menepuk pelan salah satu pipiku. Dan menyapukan ibu jarinya pada bibir bawahku. Aku diam melongo.


Bos akan menuju ke meja kerjanya lagi berhubung kami duduk di sofa sebelah kiri.

"Ehm Bos?!"

Bos Taeyong terhenti sebelum mendaratkan pantatnya di kursi kebanggaan.

"Maafkan aku soal yang kemarin."

"Tolong jangan marah ya.."

Lanjutku dengan nada bicara yang semakin melemah.

"Lain kali, jangan menjelek-jelekkan Jennie di depanku. Perlu kau tahu, Jennie dan aku bersahabat sejak sekolah menengah atas. Aku sangat tahu tabiatnya. Lebih tahu darimu."

"Iya Bos."

"Tetapi..."

"Maafkan aku lagi. Aku hanya tidak ingin Bos terluka. Bos sudah seperti orang penting dalam hidupku. Aku cuma mencoba memperingatkan Bos saja. Kalau Bos mutlak tidak percaya, Bos bisa menyelidikinya sendiri sebelum Bos menyesal."

"Permisi Bos!"

.

.


.

.

Senja sudah menyapa. Pertanda jam pulang tiba. Sungguh, badanku semakin tidak enak saja. Aku menyandarkan kepalaku di atas meja. Kupejamkan mataku sejenak.

"Sohyun? Kau tidak apa-apa?"

Tanya Saeron sedikit khawatir.

"Iya. Aku tidak apa-apa kok"

Jawabku sambil mengangkat kembali kepalaku.

"Ya sudah. Aku pulang dulu ya. Donghyuck baru saja menjemputku."

Aku mengangguk.

"Ehm.."

"Daa Sohyun!"

Saeron menghilang dari balik pintu. Aku menyandarkan kepalaku ke meja seperti sebelumnya. Namun kali ini, Saeron menggangguku lagi dengan menepuk-nepuk punggungku.

"Kenapa kau kembali lagi?"

"Siapa yang kembali lagi? Aku baru saja kemari untuk menawarimu pulang bersama."



Eh? Suara Bos?



Cepat-cepat aku mengatur posisi. Ternyata Bos yang datang. Aku kira Saeron.

"Kau masih sakit?"

Aku tak menjawab.

"Ayo kita pulang."

Ajak Bos sambil menggandeng tanganku dan membawaku pergi.

..............................

Taeyong's POV

Seorang gadis sedang dalam keadaan lemah. Mana tega aku membentak dan memarahinya karena rasa perhatiannya padaku? Ia bilang aku termasuk orang penting dalam hidupnya. Bagaimana kalimat singkat itu seakan menjadi mantra yang menghentikan aktivitas otakku untuk berpikir perihal lain? Bahkan kalimat sesederhana itu mampu membuat bibirku melengkung ke atas selama berjam-jam.

Iya. Sekarang, ia sedang tertidur pulas di sampingku. Kondisinya memang menghapus bibit kemarahanku padanya. Aku tidak bisa! Dia sedang sakit  mana mungkin aku berdiam diri dan mengucilkannya untuk seharian ini?

Aku pun tak tega menyaksikan dia pulang sendirian.

Mendadak, perutku berbunyi keras karena sudah keroncongan. Saking kerasnya, itu berhasil membangunkan Sohyun dari terlelapnya.

"Bos? Perutmu.."

"Apa? Aku tidak dengar apapun!"

"Kau lapar ya? Kita bisa mampir makan dulu kalau Bos mau."

"K-kau tidak masalah?"

"Iyaa.."

"Baguslah. Sekalian juga kau harus makan. Biar tidak semakin sakit."

"Terserah Bos saja.."

Jawab Sohyun melirih.

.

.

.

"Kau aku pesankan sup saja ya?"

"Ehemm.."

Setelah acara pesan-memesan makanan, aku pamit kepada Sohyun untuk pergi ke kamar mandi sebentar.

Di perjalanan, aku mendengar sesuatu yang menyetopku.












"Wow?! Kau menjadikan mereka saling bertarung?"

"Iya."

"Kau memang jenius dan licik. Apa kau benar-benar hanya mengincar harta mereka?"

"Untuk apa lagi kalau bukan itu?"
"Ditambah lagi mereka sama-sama mapan. Yang satu jadi Bos besar, yang satunya jadi bawahan. Tapi bawahan yang sangat percaya pada setiap hasutanku. Dasar bodoh sekali."



Kedua wanita yang sedang berbincang itu saling tertawa. Justru, percakapan merekalah yang mengeluarkan kekecewaan dan kemarahan yang mengakar dalam hatiku. Aku ingin mendesaknya keluar sekarang juga.





Prok! Prok! Prok!












"So amazing! So clever! But, you're too dumb, so messy girl!"

Mereka berdua menatap kehadiranku dengan raut kegelisahan.

"Ta-Taeyong?!"


"Kau benar-benar rubah yang licik! Seharusnya aku percaya saja apa yang Sohyun katakan tentangmu. Tololnya aku yang malah mempercayai sikap palsumu itu."

"Taeyong.. apa maksudmu?"

"Berhenti! Jangan mendekat! Aku tidak sudi mencium aroma tubuhmu di sekitarku! Menjauhlah!"

Wanita itu langaung menyergapku. Memelukku sangat erat dan enggan melepaskannya.

"LEPASKANN!"

Terpaksa aku mendorongnya kuat sampai dia hampir terjatuh.

"Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya kau menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga!"

"Mulai sekarang, kita PUTUS! Kim Jennie.. Kau dan aku tidak pernah punya hubungan apapun lagi! Termasuk pertemanan!"

"Yak Taeyong! Taeyong!!"

"Tunggu!"

"Jangan pergi!"

"Dengarkan penjelasanku! Itu semua tidak benar!"

"Berhenti!!"

..

Aku menghampiri meja Sohyun dan menariknya pergi.

"Eh? Kau kenapa Bos?"

"Ayo kita pergi saja! Aku jadi tidak nafsu makan!"

"Tapi makanan ini sudah terlanjur tersaji.."












"ARRGGHH!!"

Sohyun berteriak tiba-tiba. Aku refleks menoleh padanya yang ada di belakangku.

"Jadi kau biang keladinya?! Huh??"

Astaga! Jennie menjambak rambut Kim Sohyun!

Sohyun kesakitan dan memegangi kepalanya kuat-kuat.

"Kim Jennie!! Menyingkirlah! Lepaskan rambutnya!"

"TIDAK! Sebelum kau mau mendengarkan penjelasanku!"

"Apanya yang perlu di jelaskan? Semua sudah sangat jelas!"

"Kau mendekatiku hanya karena harta dan tahta! Kau sungguh sangat rendahan!"

"LEE TAEYOONGG!!"

Jennie menghempaskan tubuh Sohyun! Gadis itu terbentur meja dan langsung pingsan!

Tanganku yang sudah mengepal, mencoba menahan gejolak emosi namun tidak bisa lagi!

Dengan tanpa ampun, aku menampar pipi Kim Jennie!
















PLAKK!!





















"Jangan kau berani-berani menyakiti Kim Sohyun, atau aku yang akan menyakitimu! Ingat itu!"

Aku segera mengangkat tubuh Sohyun dan membawanya masuk ke dalam mobil. Aku sangatlah cemas!!



































"Sohyunnn!! Aku tidak akan membiarkanmu lolos setelah kau merusak segalanya!! Awas saja!!"

"Aaaarrgghhhh!!!"








































To be Continued.





Good night chingu🎑🎑🌝🌝🌝🌕🌕 semoga mimpi indah.

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro