14
Setelahnya adalah hari-hari yang menyenangkan bagiku. Benar, Doyoung mengatakan kebenaran bahwa ia memintaku untuk memulai semua dari nol. Ia juga telah membuktikannya. Setiap hari, aku diantar dan dijemputnya kemanapun aku pergi. Kami masuk ke kantor bersama dan semua karyawan memperhatikan kedekatan kami. Beberapa ada yang tidak setuju. Namun, Doyoung meneguhkan perasaanku agar lebih kokoh. Jika ada orang yang tidak menyukai hubungan kami, maka Doyoung pasti menggenggam erat tanganku. Mengajakku tetap berjalan di tengah-tengah kesinisan mereka dengan dagu terangkat.
Kami juga makan siang bersama. Di akhir pekan, kami melakukan kencan seperti dulu masih pacaran. Betapa senang hatiku melihatnya telah kembali. Dan jangan lupakan kebiasaanku mencium pipinya yang manis.
"Sohyun, akhir pekan ini bagaimana kalau kita pergi nonton?"
"Terserah Oppa saja."
Kali ini aku tidak mau melakukan kesalahan lagi. Aku menyanggupi ajakannya dengan hati-hati. Lagipula, seminggu ini belum ada seorang klien pun yang menyewa layanan jasa dariku.
"Sohyun?"
"Ehmm?""
Doyoung yang sedari tadi berada di depan meja kerjaku mulai bersikap manja. Ia menggunakan telunjuknya dan mengarahkannya pada bibir tipisnya.
"Apa maksudmu Oppa?"
"Astaga.. apa kau tidak paham? Aku tidak percaya kalau kau gadis yang polos. Pasti kau menyaksikan ini setiap kali perjodohanmu berhasil."
Doyoung tersenyum miring.
Tentu. Tentu aku paham maksudnya. Matchmaker sepertiku tahu segala apa yang dilakukan oleh pasangan. Namun, bisakah ia mengingat tempat?
"Oppa.. ini di kantor. Apa Oppa gila?"
Kataku pada Oppa setengah berbisik. Mengingat semenjak tadi beberapa karyawan divisi pemasaran memperhatikan gerak-gerik kami.
"Kenapa? Mereka kan juga sudah tahu kalau kita berpacaran."
"Tapi tetap saja Oppa.."
"Baiklah... asalkan kau janji. Akhir pekan nanti kita akan..melakukannya."
Doyoung mengatakannya setengah malu. Sedangkan aku hanya mampu tertawa menyaksikan kekanak-kanakan dan kekonyolannya.
Aku pun mengangguk.
...........................
Pintu ruangan itu memang selalu dingin. Sedingin seseorang di dalamnya. Namun, belakangan ini sikapnya mulai menghangat padaku. Aku rasa, itu karena dia telah berhasil mendapatkan Jennie.
Bos dan Jennie telah berhasil aku jodohkan. Ah tidak! Sebenarnya aku tidak ikut andil dalam perjodohan mereka. Mereka sendiri yang sudah sama-sama terbuka. Bagiku, sedikit polesan dengan menentukan takdir percintaan mereka akan memberikan sebuah kesempurnaan.
"Bos? Apa kau di dalam?"
Tak ada jawaban walaupun aku mengetuk pintu berkali-kali. Aku mulai lelah berdiri, apalagi dengan higheels dan segala keformalitasan ini. Tanpa izin, aku pun membuka pintu ruangan Bos secara perlahan. Suara decitan pintu masih saja terdengar nyaring. Padahal aku mendorongnya begitu pelan dengan salah satu tanganku masih membawa setumpuk dokumen.
Dan betapa terkejutnya aku!!
Rupanya Bos dan Jennie sedang bermesraan di dalam sana. Mataku pasti sudah ternodai melihat pantat Jennie yang mendarat mantap pada pangkuan Bos. Tangan Jennie yang melingkar di leher Bos dan.. ya! Itu adalah situasi dimana kau akan segera melihat ciuman panas antar pasangan.
Aku menutup kembali pintu ruangan dengan tergesa.
Aku melakukan kesalahan dengan mengintip mereka di dalam sana.
Bodoh!
Aku mencaci diriku sendiri.
"Sohyun?"
Terdengar panggilan Bos dari dalam.
Aish.. Sial. Dia menangkap basah diriku!
Terpaksa kuputar kembali langkahku menuju ruangan Bos Taeyong. Baru saja masuk, tatapan Jennie sudah mengintimidasi.
"Apa yang kau bawa?"
"Ini berkas-berkas hasil rekap tim dari divisi pemasaran. Laporan untuk bulan ini."
Jelasku gamblang.
"Letakkan di atas meja."
"Lain kali, ketuk pintu dulu."
Aku sudah ketuk pintu Bos. Apa kau tuli? Ternyata cinta tidak hanya buta. Tetapi juga buta dan tuli secara bersamaan.
"I-iya.. maaf. Tadi aku sudah ketuk pintu dan tidak ada jawaban."
"Ya sudah. Pergilah.."
Aku pun melangkahkan kakiku keluar.
Aku sangat malu dan menyesal!
............................
Jam makan siang tiba. Aku mulai bosan, karena makan siang pada kesempatan ini, Doyoung tak dapat menemaniku. Ia sedang ada rapat penting dengan ketua masing-masing divisi. Dan pasti Bos Taeyong yang memimpin rapatnya.
Karena menu makan siang yang monoton di kantin, aku memutuskan untuk mencari pengenyang perut di cafe sekitar kantor.
.
.
.
.
Sepotong sandwich mentega dengan isian daging ham yang hangat telah tersaji di depan mata. Ditemani segelas iced cappucino creamy yang selalu menemani quality time ku setiap jam istirahat.
Perfect!
Melakukan aktivitas seorang diri tak begitu aku permasalahkan. Justru, dalam kondisi sendirian aku lebih banyak santai dan merasa nyaman.
"Hm.. enak."
Gumamku sambil terus menggigit potongan sandwich yang lembut di rongga mulut.
Tiba-tiba saja...
"Hey! Kembalikan minumanku!!"
Seseorang datang dan dengan lancang merampas cappucino kesayanganku. Beraninya dia!!
"Nakamoto Yuta?!"
Seruku ketika aku menangkap wajah tak asing yang ada di hadapanku. Lihat! Dia meminum cappucino-ku tanpa dosa.
Keusilannya memang tidak pernah hilang.
"Yuta! Kau.. Kapan kau kembali dari Osaka?"
"Kemarin sore. Kau kaget ya dengan kedatanganku?"
Setelah berhasil menghabiskan setengah gelas minumanku, kini tangannya dengan lihai mencomot sisa sandwich yang melekat di tangan kananku.
"Yutaaa!!"
"Hei. Aku lebih tua darimu. Bisakah kau lebih sopan?"
"Bagaimana aku sopan terhadapmu kalau kau memperlakukanku seperti ini? Aku tak percaya! Kapan kau berubah?"
"Seorang Nakamoto Yuta tidak akan mudah berubah kecuali ia sendiri yang menginginkannya."
Jawab Yuta enteng setelah itu ia menjilat jempol dan telunjuknya bergantian, berusaha mencecap dan menghilangkan bekas saus sandwich yang lezat itu.
"Muuach!"
.............................
"Kau kenapa Sohyun? Kok terlihat lesu begitu?"
Tanya Doyoung ketika kami dalam perjalanan pulang ke rumah. Pekerjaan kantor benar-benar melelahkan, ditambah lagi kedatangan Nakamoto Yuta yang selalu membawa keburukan.
"Dia kembali dari Jepang Oppa."
"Siapa?"
Doyoung tampak berpikir keras. Ia mencoba mengingat-ingat kembali siapa orang yang dinotice oleh Sohyun barusan.
"Oh.. anak itu? Anak yang berandal dan suka berkelahi sewaktu kau masih SMA?"
"Kenapa Oppa mengatainya seperti itu? Sebenarnya dia baik kok. Hanya saja.. sifat jahilnya itu yang bikin aku sebal."
"Ya sudahlah.. jangan cemberut gitu. Kan cantiknya jadi hilang.."
Oppa menenangkanku dengan mencubit pipi kananku. Apa aku selucu itu di manik bulatnya?
..........................
"Astaga!! Yutaaaaaa!!!"
Baru sampai di apartemenku yang cozy, pemandangan berantakan langsung menyambutku. Dan tentu saja, ini semua ulah sepupu bengisku, si Nakamoto Yuta.
Sudah aku bilang, kedatangannya selalu membawa keburukan. Sifatnya yang seenaknya dan sulit diatur akhirnya terbawa ke Seoul dan apartemenkulah yang jadi korban.
"Kumpulkan sampahnya. Bersihkan sampai bersih. Kenapa kau jorok sekali??"
Aku melihat plastik bekas makanan ringan berceceran di lantai. Karpetku yang bersahabat setiap kali aku pulang, kini terkotori dengan sisa-sisa rempahan keripik dan kulit kacang.
"Yuta!! Jangan letakkan kaos kaki di atas meja!!"
"Yuta!! Pakai atasanmu!! Kau selalu menggangguku dengan pemandangan abs mu itu! Bagaimana kalau aku khilaf??"
Yang ini aku bercanda.
Yuta yang aku kenal memang tipe cowok playboy. Di SMA saja ia berhasil mengambil hati para gadis. Ia bahkan sanggup mengencani lima gadis dalam semalam. Dan tak ada gadis yang melupakan pesonanya di SMA karena wajah dan ketampanannya telah mengguncang seisi sekolah. Ia juga pernah menjadi model perwakilan dari sekolah untuk sebuah majalah fashion pemuda masa kini.
Yah.. Nakamoto Yuta adalah ancaman yang nyata. Ia memang lebih tua dariku tetapi ia tak sedewasa pemikiranku.
Beginilah.. aku yang harus mengurus apartemenku yang sudah hancur seperti kapal pecah. Mengepel lantai, membersihkan karpet, menyedot debu, dan membersihkan meja. Sementara, Yuta asyik-asyikan merebahkan diri di sandaran sofa sambil meletakkan kedua kakinya di atas meja. Kedua tangannya juga asyik mengemil seuggang (prawn snack), makanan ringan rasa udang pedas manis yang kemarin aku beli di supermarket dengan sisa uang tabunganku.
"Jangan habiskan snack-ku!"
"Kau pikir aku membelinya pakai daun? Aku membelinya dengan mengambil uang tabunganku, bodoh!"
"Yakk!! Kau memanggilku bodoh?"
"Kau memang bodoh Yuta! Kau sepupu paling bodoh sedunia!"
"Ishh!! Awas saja kau! Aku akan menghabiskan seluruh snack-mu yang ada di kulkas!"
"Jangan berani-beraninya ya! Atau aku akan laporkan dirimu pada samchon!"
"Laporkan saja. Aku tidak takut. Weeks.."
Yuta menjulurkan lidahnya untuk mengejekku.
Ah terserah! Terserah! Aku lemas sendiri dibuatnya. Aku capai. Aku ingin istirahat.
Aku mengabaikan Yuta yang mencoba membuka isi kulkasku dan meraih semua snack yang ada di dalamnya.
Langkah kakiku tertuju pada satu tempat. Yaitu kasurku.
Dengan letih dan tak sabar, aku meletakkan segala peralatan bersih-bersih. Membuka pintu kamar yang selalu aku nantikan di jam pulang. Dan apa yang aku dapati?
"YUTAAA!!!!!! Singkirakan pakaian dalammu!!"
"KAU MEMBUAT MATAKU SEMAKIN TERNODAI! DASAR SEPUPU LAKNAT!!"
To be Continued.
Akhirnya.. Nakamoto Yuta aku munculkan juga. Wkwk...
Selamat menikmati. Perjalanan masih panjang.
Taeyong.. bikin aku sakit hati nih..😭😭😭
Mengapa dari sekian banyak foto editan di Internet, author nggak nemu editan foto Sohyun sama Taeyong yang bisa seperfect itu?
Ahaha.. lupakan!
Next (?)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro