Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 11b

Ia mengajak Alexi dan dua temannya masuk ke dalam ruko. Mengantar mereka berkeliling dan membiarkan mereka bermain-main. Ia menjawab semua pertanyaan anak itu, tentang pekerjaan dan semuanya. Hal-hal polos yang ditanyan oleh anak-anak.

Alexi yang awalnya tidak mau saat ditawari es krim, tidak menolak saat Pendi memberi satu bungkus besar cemilan kentang. Satu anak masing-masing mendapatkan satu. Puas bermain di ruko, mereka ijin pulang karena takut dicari mamanya.

"Ini bawa makanan sisanya untuk mamamu." Gael memberikan satu bungkus pada Alexi.

"Terima kasih, Om. Mama pasti suka."

Alexi setengah berlari meninggalkan Gael bersama dua temannya. Teriakan mereka hilang di kelokan gang. Pendi mendekat dan menepuk punggung Gael.

"Anak itu, cara ketawa, cara makan, kenapa mirip banget sama kamu," decak Pendi. "Lihat nggak kalau dia bilang kurang suka bawang puting? Bukannya kamu juga?"

Gael menghela napas. "Memang, tapi hanya kebetulan. Masa, iya, anak orang mirip aku."

"Iya, sih. Kecuali kamu kawin sama emaknya."

Itu mustahil ia lakukan, pikir Gael muram. Karena satu-satunya orang yang ia nikahi adalah Freya. Seingatnya, mantan istrinya tidak sedang mengandung saat pergi. Mungkin, kalau waktu itu Freya sudah hamil, barangkali anak mereka memang seusia Alexi.

Kedatangan Said mengalihkan pikiran Gael. Laki-laki itu menyapa keras dan mendatanginya. "Pak Gael. Apa kabar?"

Gael mengangguk. "Kabar baik, Pak Haji."

"Sudah mulai rapi, ya?" Said mengedarkan pandangan ke sekeliling. Menatap langit-langit dan terlihat puas. Rukonya yang semula terlihat usang, kini terlihat berbeda. Sangat rapi, bersih, dan seperti baru. Ia menepuk tas hitam yang dibawa di pinggang.

"Sekitar 90 persen," jawab Gael.

Said menatap laki-laki tampan di depannya, tersenyum kecil. "Pak, waktu itu Anda bilang mau rekrut orang-orang di sini untuk jadi pegawai?"

Gael mengangguk. "Iya, Pak."

"Saya sudah punya beberapa kandidat." Said mengeluarkan beberap map dari tas hitam dan menyerahkan pada Gael. "Ini adalah orang-orang yang saya rasa cocok. Beberapa di antaranya hanya lulusan SMU tapi nilainya bagus."

Gael menerimanya. "Baik, sampai di rumah saya periksa. Terima kasih atas bantuannya, Pak."

"Ah, nggak seberapa. Saya senang membantu orang."

Said tertawa terkekeh-kekeh. Ia suka menjadi pusat perhatian dari orang-orang, terutama penghuni kontrakan dan tetangga di kampung. Saat tahu ia membuka lowongan kerja untuk di ruko, berbondong-bondong orang datang membawa lamaran. Namun, tidak semua ia terima dan beberap ditolak karena faktor umur.

Gael menyimpan lamaran di tas, memastikan tidak ada yang tercecer. "Pak Haji, kontrakan belakang itu punyamu juga?"

Said mengangguk. "Benar, Pak."

"Ada berapa pintu?"

"Dua belas tapi yang dua sedang dalam perbaikan, jadi yang dihuni sepuluh."

"Wow, sangat banyak."

"Cukuplah untuk makan, Pak."

Sebenarnya, Gael ingin bertanya tentang Freya tapi ditahan. Karena ia tidak mau menimbulkan gosip yang akan membuat susah nantinya. Ia juga penasaran dengan laki-laki yang menjemput Freya tadi malam. Siapa dia? Apa hubungannya dengan mantan istrinya. Kalau ingat kejadian bagaimana Freya meninggalkannya untuk berboncengan dengan laki-laki lain, amarah dan kecemburuan membakarnya.

Menghela napas panjang, Gael ingat malam ini harus pergi ke rumah orang tuanya. Kalau tidak, bisa jadi ia akan datang bar untuk menanyakan semuanya pada Freya. Tapi, percuam juga ia melakukan itu karena seingatnya, Freya malam ini menyanyi di kafe lain. Ia ingat sekali jadwal Freya sampai di luar kepala.

Said menghampiri Pendi dan keduanya bicara soal wall paper untuk dinding. Gael menatap halaman yang panas, bertanya-tanya apa yang menahannya untuk tidak datang ke kontrakan belakang dan menemui Freya. Barangkali, ketakutannya kalau wanita itu akan menghilang lagi, membuatnya menahan diri.

"Laki-laki itu perhitungan sekali," ucap Pendi saat Said meninggalkan ruko.

Gael menoleh. "Kenapa?"

"Banyak hal harus bayar, sama sekali nggak gratis."

"Bisa jadi itu sumber penghasilannya."

"Memang."

"Pendi, kamu besok datang ke acara orang tua Luci?"

Pendi mengernyit. "Acara apa?"

"Hari jadi pernikahan sepertinya. Kamu bisa menemaniku karena sepertinya, orang tuaku nggak bisa datang besok."

Pendi berpikir sesaat lalu mengangguk. "Boleh juga. Lagipula besok nggak ada acara."

"Baguslah, jangan lupa pakai jas. Acaranya di hotel."

Pendi mengerang. Ia paling tidak suka berpakaian resmi semacam jas. Itu membuatnya gerah dan tertekan. Namun, demi Gael, ia akan memakainya. Mendadak ia teringat sesuatu.

"Eh, malam ini kita ke bar? Ketemu mantanmu?"

Gael menggeleng muram. "Nggak, aku harus pulang. Mamaku ingin bicara sebelum besok mereka ke luar kota."

"Oh, baguslah. Aku juga ada rencana lain."

Pendi menghilang saat ponselnya bergetar. Laki-laki itu menerima panggilan dengan wajah dan suara yang cerah. Gael punya dugaan kalau sahabatnya sudah punya kekasih, hanya saja belum memberitahu siapa orangnya.

**

"Mamaaa!" Alexi berlari menghampiri sang mama yang sedang menjemur pakaian di halaman yang panas.

Freya mengibaskan pakaian terakhir, menggandeng anaknya menuju teras yang teduh. "Kamu bawa apaan?" tanyanya sambil menatap kantong yang dipegang anaknya.

"Cemilan dari Om."

"Om siapa?"

"Itu, yang ada di depan."

Tangan Alexi menunjuk ruko di seberang kontrakan. Freya mengernyit heran. "Bukannya mama bilang nggak boleh sembarangan terima makanan dari orang asing?"

Alexi mengangguk. "Iya, Mama. Tapi, Alexi kenal," ujarnya dengan bangga.

"Oh, kenal di mana?"

"Di mall. Wa-waktu itu, kita ke mall. Trus, Alexi ketemu Om itu di sana, lagi main bola."

"Kamu ketemu Om itu?"

"Iya, Mamaaa." Alexi menjawab dengan nada diayun.

"Sekarang Om itu ada di ruko depan?"

"Beneraan Mamaaa."

"Baiklah, mama paham. Sana, kamu minum dan ganti baju. Keringetan."

Sepeninggal anaknya, Freya duduk di teras. Membuka kantong palstik dan menemukan beberapa bungkus cemilan. Ia mengernyit, cemilan-cemilan ini mengingatkannya akan Gael. Laki-laki itu suka segala sesuatu yang berasa rumput laut. Kesukaannya sama persis dengan Alexi. Ada seorang laki-laki lain yang ternyata punya kesukaan yang sama, ia merasa semuanya sangat aneh dan unik.

Ia membuka sebungkus kentang rasa rumput laut dan sedang makan saat ponselnya bergetar. Ada pesan dari Bari. Laki-laki itu mengatakan, besok ada show di sebuah pesta yang diadakan di hotel bintang empat. Selain dirinya dan Elox, ada juga penyanyi terkenal ibu kota. Ia merasa grogi seketika.

"Kamu dan Elox pengisi suara tetap. Trus, bintang tamunya penyanyi ibu kota. Bayarannya sangat tinggi, pesta orang kaya dan berpengaruh."

Freya menyetujui tanpa banyak cakap. Selesai membalas pesan Bari, ia bergegas masuk dan berganti pakaian. Ia memesan ojek online dan membawa anaknya serta. Show besok berada di tempat mewah dengan bayaran tinggi, ia harus berpenampilan bagus. Ia meminta ojek membawanya ke butik langganan, tempat biasa menyewa pakaian. Ia tidak boleh berpenampilan biasa saja untuk esok, dan membuat malu. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro