PAKET BARU YANG MENYULITKAN
RONI DAN ELENA MEMBERSIHKAN berkas-berkas yang menumpuk di gudang. Debu beterbangan diudara membuat keduanya terbatuk-batuk.
"Debunya tebal sekali!" Seru Elena, tangannya memegang sebuah map berwarna biru
"Yah....maklum saja. Yang kemarin ngebersihin kan si Eko"
Elena menyentil kening Roni "kamu ini, masih untung kan dia mau ngebersihin?"
"Iya juga sih"
Suara jatuh berdebum mengagetkan keduanya. Roni melirik asal suara dan mendekatinya. Sebuah map tebal berwarna hitam tergeletak di lantai dengan debu yang menyelimuti. Sederet kalimat berwarna merah darah tertulis di bagian samping map itu
"THE....KILLER" gumam Roni. Tangannya membuka map itu. Matanya membelalak.Elena yang mengintip disebelahnya ikut tercengang
"Kenapa Master Puppet juga ada di map ini?" Ucap keduanya
÷÷÷÷÷
Keduanya saling bertatapan. Elena merasa jantungnya melompat ke udara saat mendengar suara berdebum kencang dari arah luar gudang. Roni menarik lengannya dan berlari keluar.
Mata mereka tertuju pada Eko dan Rinka yang berdiri didepan pintu. Kedua orang itu terlihat kacau balau, terutama Eko yang bertelanjang dada.
Sontak, Roni menutup kedua mata Elena dengan tangannya.
"Jangan lihat dadanya! Cukup lihat punyaku saja" ucap Roni
Eko mendengus "sialan kau! Memangnya cuma kamu yang dadanya kotak-kotak?"
Ren, Kirana, dan Budi tertawa terbahak-bahak saat melihat perkelahian-yang mempermasalahkan dada pria- antara Eko dan Roni. Rinka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalian ini...."gerutu Rinka
÷÷÷÷÷
Malam menjelang, bulan bertengger diatas langit. Burung-burung sudah kembali kerumahnya masing-masing. Meski tinggal dibawah tanah, mereka tetap bisa melihat siang dan malam walau hanya lewat monitor cctv permukaan. Dengan catatan, cctv itu milik mereka sendiri.
Eko memeriksa rekaman cctv yang ada di kantor kepolisian. Tepat jam 12 malam ada seseorang yang memakai jubah datang sambil membawa kotak kayu. Kali ini kotak itu berukuran besar.
Eko menoleh saat mendengar suara pintu yang terbuka, Rinka berdiri di ambang pintu. Tangannya terlihat membawa dua cangkir.
Kemudian, gadis itu masuk dan berdiri di samping Eko.
"Kau tidak tidur?"
Rinka menggelengkan kepala matanya menatap balik Eko "kau sendiri?"
Eko mendengus, kepalanya bersandar di kursi
"Tak bisa tidur"
Rinka menyodorkan salah satu gelas yang dipegangnya
"Mau?"
"Boleh juga"
Eko meneguk es kopi itu sambil tersenyum "terima kasih"
"Tak masalah, omong-omong kau sedang apa tengah malam begini?"
Eko mengusap bibirnya dengan lengan baju dan menunjuk monitor "cuma melihat keadaan kantor polisi malam ini, aku sangat yakin besok pagi akan ada paket baru di sana."
÷÷÷÷÷
Inspektur James, Andi, Roy, dan Erick menatap kotak kayu di hadapan mereka dengan tatapan horor. Bagaimana tidak? Ada sesosok mayat yang hangus tergeletak didalamnya.
"Pagi-pagi begini aku sudah disuguhi dengan pemandangan horor" keluh Andi
"Ini resiko pekerjaan" sahut Roy
"Sudah 9 tahun aku bekerja, Roy. Tapi aku belum pernah menemui hal sekejam ini" balas James
"Cepat panggil seluruh petugas forensik kesini!" Teriak Erick dengan nada kesal "si pengirim ini sudah sangat keterlaluan!!"
Tak berapa lama, selusin petugas forensik datang dan mengangkut mayat itu.
"Hei, itu kan mayat korban ledakan di bandara kemarin?" Tanya Andi
Erick tersentak dan langsung mengambil handphonennya dalam waktu lima menit, sebuah pesan sudah terkirim.
"Hei semuanya, aku merasakan ada firasat buruk tentang mayat itu" ucap Erick
"Firasat buruk?" Tanya James sambil menggaruk kumisnya
Erick menepuk bahu James sambil tersenyum "ah, abaikan saja. Bagaimana kalau kita lembur lagi malam ini? Gudang arsip mulai berdebu tuh!"
Andi bersorak girang "bagus! Aku bawa stok tambahan keripik buat di ruangan, aku ikut!"
"Aku juga!" Seru Roy "sudah lama tidak membuka arsip di gudang"
Mereka berjalan santai masuk kedalam ruangan divisi kejahatan berat tanpa menyadari bahaya yang sedang mengintai...
÷÷÷÷÷
Suara getar dari arah meja berhasil membangunkan Elena di pagi hari. Ditambah dengan dada Roni -yang keras bagaikan batu- menempel diwajahnya. Sudah puluhan kali dia terbangun dengan wajah memerah karena Roni. Lelaki itu sangat suka bertelanjang dada saat tidur (authornya langsung mimisan).
Dan Roni tak mau Elena tidur sendiri. Jadi mereka tidur seranjang.
Roni menggeram dalam tidurnya dan sedetik kemudian matanya terbuka. Tatapannya tertuju pada Elena yang menatapnya
"Handphonemu bunyi tuh" ucapnya sambil menguap
Roni mengambil handphonenya dan melihat satu pesan yang baru masuk
"Ada telpon masuk?" Tanya Elena
"Bukan, ini pesan. Dari ayah."
"Apa katanya?"
"Di kantor datang paket baru"
÷÷÷÷÷
Eko menggebrak meja dengan kesal. Rasa khawatir dan marah bercampur dalam benaknya. Di atas meja, sebuah map tebal berwarna hitam tergeletak dalam keadaan terbuka.
Terbuka pada halaman kedua. Halaman itu menampilkan gambar '?'. Diatasnya tertulis kalimat 'Anonymous Killer' dengan sangat jelas.
Rinka, Elena, dan yang lain masuk ke gudang tempat Eko "bertapa".
"Ada apa Eko?!" Tanya Rinka, wajahnya terlihat cemas.
"Roni" bisik Eko "ayahmu dan polisi lain dalam bahaya"
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
Vote dan komennya saya tunggu. Cerita ini sepi komentar nih....lanjut gak ya?
Tambahan: yang bab sebelumnya itu ada sedikit typo: Euforia mestinya Eurofia
Maaf!! :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro