Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MBP | Part 3 - The Hiding Truth

3 : The Hiding Truth


"Jadi, sejak kapan kalian sudah saling mengenal?"

Pertanyaan Olivia Leonidas yang terlihat duduk di hadapannya membuat Anggy menyunggingkan senyum. Senyum kaku sebenarnya, mengingat jenis kebohongan apa yang telah Anggy katakan pada Olivia.

Ketika Olivia meneleponnya sebelum ini, Anggy dengan mudahnya mengiakan perkataan Olivia. Benar sekali, Anggy memang mengaku pada Ibunda Javier jika apa yang media telah beritakan itu benar adanya. Jangan tanyakan kenapa, tentu saja hal itu tidak lepas kaitannya dengan ego Anggy yang membuatnya ingin membalas Javier.

"Belum lama ini, Mrs...," jawab Anggy kikuk.

Sebenarnya Anggy sedikit merasa bersalah ketika dia harus membohongi wanita bermata cokelat dengan binar harapan di matanya ini. Bagaimana ya ... Olivia terlihat terlalu senang dengan harapan yang meroket. Anggy tidak tahu bagaimana jadinya jika Olivia mengetahui jika ini hanyalah kebohongan yang dilakukan Anggy karena sikap anak wanita ini sendiri.

"Ceritakan padaku, please...."

Anggy tertawa garing. "Sebenarnya awal pertemuan kami tidak berjalan baik. Javier mengetahui jika aku yang telah menuliskan berita tentang Angeline. Itu membuatnya sangat marah dan membuatku berpikir jika dia pasti akan sangat membenciku. Tetapi, ternyata..." Anggy menggantung ucapannya, sementara benaknya berasap ketika kepalanya mengingat apa yang Javier lakukan setelah itu.

Lelaki itu memanipulasi semuanya, membeli tempat kerjanya, dan mencoreng namanya. Hell! Memang menjadi calon istri seorang Leonidas bisa menjadi kebanggaan bagi seseorang, tapi bagi Anggy itu menjadi suatu kutukan. Javier dan dramanya. Lelaki itu telah berhasil membuatnya dikenal sebagai wartawan paling tidak berkompeten di negara ini.

"Tapi, ternyata dia langsung melamarmu?" kekeh Olivia yang membuat Anggy mengangguk pelan. Anggy memang sengaja membuat cerita yang tidak terlalu melenceng jauh. Apa yang dikatakannya terdengar mendekati realita. Minus lamaran Javier padanya yang hanya berdasarkan balas dendam lelaki itu terhadapnya.

Olivia terdengar tertawa kecil melihat jawaban Anggy. Wanita berparas keibuan itu kemudian meraih tangan Anggy di atas meja kemudian menggenggamnya hangat. Dan, harapan besar tercetak di raut wajah Olivia begitu mendapati sebuah cincin melingkar di jari manis Anggy.

"Rupanya cinta pada pandangan pertama, ya.... Aku tidak pernah menyangka jika hal itu bisa terjadi pada Javier-ku," ucap Olivia dengan mata berbinar.

Anggy tidak berbohong jika misalkan ia berkata binar di mata cokelat Olivia membuat wanita itu semakin terlihat cantik saja. Umur wanita ini mungkin sama dengan umur Ibunya, tapi entah kenapa penampilannya membuat Olivia tampak lebih muda di mana dress maroon yang ia kenakan melekat pas di tubuh rampingnya. Dan dress itu harus Anggy akui sangat cocok dipakai di tempat ini, berbanding terbalik dengan dirinya yang dengan bodohnya memakai pakaian kerjanya ketika dia menemui Olivia di restoran Perancis pilihan Olivia.

"Aku juga tidak menyangka bisa mendapatkan lamaran dari seorang laki-laki dengan cara sangat ajaib." Ini kali pertama Anggy mengeluarkan suaranya tanpa ditanya, dan itu sukses membuat Olivia tertawa pelan mendapati kelakuan ajaib putranya. Sangat sayang bagi Olivia yang tidak bisa membaca pikiran, karena ia menjadi tidak tahu suara apa yang berkelebat di pikiran Anggy sekarang.

Lamaran yang bagus, Jav. Tapi, maaf, bukan aku yang akan melalui mimpi buruk, tapi kau sendiri. Dasar sialan!

"Dia memang sangat ajaib. Aku juga sebenarnya tidak bisa menebak ke mana pikiran Javier." Ucapan Olivia membuat Anggy menatapnya penuh ketertarikan.

"Benarkah?"

Olivia mengangguk antusias. Sebenarnya Olivia juga sangat heran mendapati kenyataan di mana ia merasa sangat mudah dekat dengan Anggy, padahal biasanya ia sangat anti dengan orang asing. Well, bisa jadi Javier merasakan hal ini yang kemudian membuatnya tanpa berpikir panjang memilih untuk segera melamar Anggy, bukan?

"Terakhir kali aku takut dengan kondisinya. Javier sangat pintar menutupi perasaannya sendiri dan itu membuatku tidak tahu harus berbuat apa sementara wanita yang ia cintai sejak lama ternyata lebih memilih lelaki lain dibandingkan dia. Aku hanya takut jauh di dalam benaknya, Javier sangat terluka." Olivia menatap wajah Anggy lekat untuk mencari perubahan emosi Anggy. Dan ketika ia mendapati jika Anggy terkesan tidak masalah atas ini, Olivia melanjutkan kata-katanya lagi. "Namun, kehadiranmu membuatku lega. Paling tidak, Javier sudah bisa membuka hatinya untuk wanita lain. Tapi ngomong-ngomong, kau sudah tahu mengenai Angel dan Javier, bukan?"

Walaupun Anggy belum sepenuhnya tahu, wanita itu mengangguk. Dan Olivia mengembuskan napas lega atas itu.

"Javier sangat mencintai Angeline, aku bisa melihatnya sejak dia kecil. Tapi, ya ... begitu, rupanya Angel lebih memilih untuk bersama lelaki lain," ujar Olivia yang membuat wajah Anggy langsung pias.

Jadi kata-kata Javier...

God! Anggy masih ingat betul perkataan Javier mengenai artikelnya yang lebih banyak berisi hal fiksi. Dan, saat ini sepertinya Anggy berhasil mengetahui salah satu dari hal fiksi itu sendiri, Javier tidak mungkin membuang Angel hanya karena skandalnya jika memang lelaki ini mencintai wanita itu. Tapi, bisa jadi skandal yang diciptakan Angeline mengenai kematian dirinya lebih dikarenakan Angelinelah yang meninggalkan Javier untuk lelaki lain.

Poor you, Javier! Kau mencintai orang yang salah.

"Kenapa wajahmu seperti itu, Anggy? Tidak usah takut, sekarang yang Javier pilih adalah dirimu. Dengan lamaran yang dia berikan padamu, aku tiba-tiba sangat yakin ... jika Javier benar-benar telah melupakan Angeline. Dia telah menemukan cintanya yang lain...."

Perkataan Olivia membuat Anggy tersenyum kaku lagi. Karena pada nyatanya, Javier melamarnya bukan karena cintanya pada Angeline sudah hilang. Tetapi lebih karena rasa cinta itu masih ada dan masih sangat besar. Hal itu yang membuat Javier rela melakukan apa pun untuk melindungi kesayangannya itu.

Tapi, sayangnya kau mencari musuh yang salah, Javier. Anggy bergumam dalam hati sebelum meminum jusnya. Di detik selanjutnya, Anggy kembali mendengarkan perkataan Olivia yang saat ini berkata jika ia akan menelepon Javier untuk bergabung bersama mereka.

***

Javier menolak panggilan Ibunya karena ia sudah tahu apa yang akan Ibunya katakan dan tanyakan. Pasti soal wanita sialan itu tadi, apa lagi memang?

"Kediaman Stevano...," ujar Javier pada supirnya yang dijawab oleh anggukan patuh.

Anggy Putri Sandjaya. Nama ini terus berputar-putar di kepala Javier. Dia tidak habis pikir, kenapa ada wanita seperti itu di dunia. Keras kepala, membalik setiap ucapan yang Javier lontarkan, dan yang paling menyebalkan: wanita itu terus mengejek Javier tentang bagaimana Javier mengucapkan namanya.

"Put-li." Tanpa sadar Javier mencoba untuk mengeja nama wanita itu sembari menatap pemandangan di luar kaca mobilnya.

Javier bertanya-tanya dalam hati mengenai di mana letak kesalahan yang ia lakukan ketika mengucapkan nama itu. Hingga kemudian rasa penasaran yang Javier rasakan membuat Javier memutuskan untuk membuka Google Translate di ponselnya dan mengetikkan nama wanita itu dalam mode bahasa Indonesia.

"Putri." Suara narator yang terdengar ketika Javier menekan tombol sound membuat Javier mengernyit.

Apa katanya tadi?

"Putri." Suara itu terdengar ketika Javier memencet tombol sound lagi. Pada detik itu akhirnya Javier dapat menyadari letak kesalahan dalam pengucapannya dan mencoba mengatakan nama itu dengan lidahnya sendiri.

"Put-li." Ish! Kenapa susah sekali?! batin Javier ketika ia merasakan lidahnya tersangkut ketika mengatakan nama ini.

"Putri." Javier menekan tombol sound dan suara itu keluar sekali lagi.

"Put-li," ulang Javier mengikuti.

"Putri."

"Put-li!" Gez ... apa yang salah di sini?!

"Putri."

"Put-li!! Argh! Masa bodohlah. Dasar nama aneh!"

Javier menjadi kesal sendiri di saat ia merasa gagal mengeja kata itu untuk kesekian kali. Namun, kemudian, kekesalan Javier semakin bertambah menyadari ia telah melakukan hal bodoh sejak tadi. Pertama, kenapa ia harus bersusah payah berlatih menyebutkan nama wanita sialan itu? Dan yang kedua, kenapa tanpa sadar ia mengikuti anjuran wanita itu dengan menggunakan Google untuk mengetahui cara pelafalan nama Putri? Baik, anggap saja Javier sudah tertular virus gila dari Anggy.

"Kita sudah sampai, Tuan Muda." Ucapan supir menyadarkan Javier jika saat ini ia telah sampai di mansion Stevano.

Mansion Stevano selalu tampak besar dan megah meskipun pada awalnya mansion ini hanya ditempati Justin Stevano sebelum kemudian Angel pindah kemarin karena suatu alasan.

"Javier...."

Javier lantas tersenyum mendapati jika seseorang menyapanya begitu ia memasuki mansion ini. Di depannya, Angeline Neiva Stevano terlihat sedang menatapnya dengan senyum yang merekah yang terlihat cantik.

Bagaimana aku tidak mencintaimu, Angel? batin Javier dalam hati.

"Kau sedang apa, calon istri?" sapa Javier dengan nada jahil.

Angel lantas terkekeh. "Calon istrinya Rafael?" ucapnya geli.

Javier tersenyum kecut, sementara tangannya meraih undangan pernikahan yang terletak di meja depan mereka. "Kau yakin ini tidak salah cetak, Angel?"

Nada yang disertai pandangan serius Javier ketika membaca undangan itu membuat Angel segera mengambil salah satunya. Kemudian dahi Angel langsung mengerinyit menyadari jika tidak ada yang salah di sana. "Apa yang salah? Tanggal dan tempatnya sudah benar."

Senyuman Javier mengembang lagi, "Namanya salah, Angel. Kesalahan fatal. Seharusnya di sana tertulis Javier Mateo Leonidas, bukan Rafael Marquez Lucero."

Mata Angel langsung terbelalak. "Tidak lucu, Jav!" katanya, setelah itu barulah tawa Angeline terdengar ketika ia menyadari betapa konyolnya Javier.

Dan Javier menatap Angel lekat untuk merekam dalam pikirannya mengenai bagaimana tawa Angelnya. Setelah itu barulah Javier mengalihkan pandangan matanya.

Lepaskan dia, Jav.... Biarkan dia bahagia....

"Javier...." Panggilan Angel membuat Javier kembali menatap wanita bermata biru itu. Dan Angel juga sedang menatapnya dengan pandangan lekatnya. "Kau tidak perlu melakukan itu...," ucap Angel dengan nada pelan. "Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu memunculkan skandal lain untuk menutupi skandalku," tambah Angel lagi yang malah dibalas Javier dengan gelak tawanya.

"Maksudmu pemberitaan tadi siang?" Javier memastikan. Padahal tanpa perlu dipastikan pun Javier sudah tahu jika hal dimaksud Angeline adalah pemberitaannya dengan Anggy.

Angel mengangguk. "Jangan membuat namamu tersangkut skandal hanya karena aku, Jav. Sudah cukup semua yang sudah kauberikan padaku selama ini. Jangan kautambah lagi, aku tidak tahu bagaimana cara untuk membalasnya, Jav...."

Javier menggeleng pelan sembari tergelak pelan. "Kalau begitu, kau kabur saja denganku dan biarkan Rafael berdiri menunggumu di altar sendirian."

"Javier...."

"Iya, Angel.... Aku tahu," potong Javier cepat. "Aku tidak melakukan ini untukmu. Aku melakukannya untuk diriku sendiri." Javier tersenyum kecut ketika mengatakan ini.

"Maksudmu, Javier?"

Javier memandang ponselnya sebentar dan mengernyit melihat pesan yang masuk ke sana. Setelah itu Javier menatap Angel lagi dengan pandangan teduhnya. "Aku membuat skandal itu bukan untuk membantumu. Aku melakukannya karena aku menginginkan seseorang."

Kebohongan itu mengalir lancar dari mulut Javier. Dan itu membuat raut penasaran di wajahnya tidak bisa Angel sembunyikan.

"Aku menginginkan Anggy Sandjaya, Angel. Dan aku tidak menggunakannya sebagai alat untuk menutupi skandalmu. Tapi aku yang menggunakan skandalmu untuk membuatnya menjadi milikku."

Dan Javier sengaja tidak menyebutkan nama tengah Anggy yang sanggup membuat lidahnya terpelintir. Tidak lagi. Tidak ketika ia sedang berbohong saat ini.


***

Author note : 

Cara pengucapan nama Javier pake bahasa Spanyol ya, jadinya dibaca Havie;

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro