
Six
Jangan menilai buku dari cover. Jangan menilai seseorang hanya dari tampangnya saja.
-----
"(FULL NAME)!!!"
Seruan melengking dari guru BK kesayangan murid-murid.
"Kemari kamu! Jangan kabur!" Wanita berkacamata itu berhasil menangkap (Name).
"Aduh buu, maaf yaa. Lepasin dong buu. Janji deh besok-besok nggak telat lagi," (Name) memelas.
Tetapi, tentu saja itu tidak mempan. "Apa yang besok-besok! Ibu sudah tidak percaya janji manismu itu (Name). Kamu itu telat SETIAP hari. Sudah, karena mood ibu sedang bagus, ibu beri hukuman yang ringan. Setelah bel pulang sekolah nanti, bantu tukang sapu sekolah untuk membersihkan halaman belakang sekolah."
-----
Srek! Srek! (Name) menyapu daun-daun kering dengan wajah tertekuk.
"Bu Ying nyebelin banget deh. Padahal kan cuma telat 6 hari dalam seminggu. Apanya yang setiap hari coba," (Name) menggerutu, tetapi tangannya tetap telaten membersihkan.
"Aduh... Dimana ya..." Ditengah-tengah asyik menggerutu sambil menyapu, (Name) mendengar sebuah suara dari arah pohon.
(Name) perlahan mendekat karena penasaran. Siapa yang masih berada di sekolah jam segini? Nggak mungkin hantu kan?
Seorang gadis berjilbab merah muda seusianya duduk bersimpuh dibawah naungan pohon. Gadis itu tampak sibuk mencari sesuatu diantara rumput dan tanah.
"Yaya?" Gadis itu menoleh. "Kenapa masih ada disekolah jam segini? Nggak mungkin kamu juga dihukum sepertiku kan?" Pasalnya, Yaya adalah gadis paling disiplin, dan semua orang tahu itu.
Yaya tiba-tiba terisak kecil. "(Name)... Tolong aku... Aku kehilangan liontinku. Sepertinya saat istirahat tadi nggak sengaja terjatuh saat aku makan disini," terlihat telapak tangan gadis itu kotor karena sibuk nangis dan mencari.
Kasihan... Tapi, hukumanku belum selesai. Kalau aku bantu sekarang, nanti aku pulang semakin larut. Aduh, mau dibiarin nggak tega... Tapi kalau dibantu..., (Name) menghela napas dan tersenyum ramah. "Sini kubantu," gadis itu jongkok disebelah Yaya yang bersimpuh.
15 menit berlalu, akhirnya mereka menemukan liontin yang Yaya cari.
Yaya tersenyum dengan air mata yang Masih mengalir, memeluk erat liontin perpaduan orange-pink. "Terimakasih banyak (Name)! Terimakasih!" Yaya memeluk (Name), kemudian melepaskannya.
"Sepertinya itu liontin yang sangat berharga ya?" (Name) memperhatikan liontin. Sedikit penasaran, karena katanya itu sangat berharga. Bagi pribadi (Name) tidak ada suatu benda yang sangat-sangat berharga, apalagi itu hanya sebuah kalung dengan liontin bulat. Walau bentuknya cantik.
"Ini liontin pemberian dari Boboiboy sebelum dia koma," Yaya mengelus liontin miliknya.
(Name) menatap Yaya dengan pandangan yang susah untuk dijelaskan. Ia sedikit tak mengerti, mengapa Yaya sangat menyukai-mencintai Boboiboy, hingga mau menunggu sang pemuda sadar dari koma-yang kata orang-orang sudah dua bulan lamanya. Sedangkan kedua orang tuanya saja berpisah ketika ia kecil, karena ayah dan ibu (Name) sama-sama memiliki selingkuhan.
"Ah iya, kudengar kamu dihukum membersihkan halaman ini? Maaf sudah menyita waktumu. Karena kamu sudah membantuku, mari kubantu juga membersihkan ini,"
Sebuah dering telfon menginstrupsi mereka berdua. Itu berasal dari ponsel Yaya. Yaya meminta izin untuk mengangkat telfon.
"BOBOIBOY UDAH SADAR?!" Yaya membelalak tak percaya. "Iya ma, Yaya segera kesana," Yaya langsung mematikan telfon dan memandang (Name) dengan senyum yang sangat lebar serta air mata yang kembali menggenang pelupuk matanya. "Ayo (Name), kita cepat selesaikan hukumanmu."
"Kamu pulang duluan saja Ya," (Name) menolak. Yaya pasti sangat ingin segera bertemu kekasihnya. Meski (Name) masih belum mengerti akan perasaan itu, tapi ia menghargai orang yang memilikinya. "Aku akan menyelesaikan ini sendiri, lagipula, tinggal sedikit lagi kok."
"Tapi-"
"-Udaah, pergi duluan ajaa. Sana sana. Boboiboy menunggumu lhoo," (Name) mendorong Yaya untuk segera pergi.
Yaya memeluk (Name) erat. "Terimakasih banyak (Name)! Terimakasih!" Yang dibalas tawa oleh (Name). Kemudian gadis berkerudung itu segera berlari pergi.
(Name) melanjutkan hukumannya. Tanpa ia sadari sepasang mata Zamrud beriris Topas kuning memperhatikan apa yang terjadi.
"(Name)!!" Sori berlari mendekati (Name).
"Lho?! Sori? Kenapa belum pulang?"
"Hehe, tadi udah pulang kok. Terus bekal Sori ketinggalan dikelas, jadi balik lagi deh~ Daripada diomelin kak Glacy?" Bohong. Sang pemuda belum pulang sama sekali karena menunggu (Name) yang sedang dihukum.
(Name) hanya mengangguk paham.
"(Name), Sori bantu ya?"
"Eh, Sori nggak pulang duluan aja?"
"Nanti aja, Sori mau bantu (Name) dulu. (Name) kan pacarnya Sori!" Sori tersenyum lebar.
(Name) tersipu ketika Sori mengatakannya tanpa beban. "T-terserah Sori deh!" Ia melanjutkan menyapu dedaunan kering.
"(Name)."
"Hm?"
"Sori sayang (Name)."
-----
Banyak yang bilang, (Name) adalah gadis nakal yang suka bolos dan blak-blakan. Tapi menurut Sori, (Name) bukanlah sosok yang seperti itu. (Name) itu penyayang dan penuh kasih, hanya saja (Name) tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
-----
Hehehe.... Up up up! Kejar tayang tiga tahun lalu T^T Huhuuu
Semogaa kalian suka yyaaa<3
Mohon kritik dan saran.
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen🦋💖⭐
Phaii phaii!!!
Salam manis,
-KetapiChi-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro