Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Saran Ardan

HAPPY READING!

Memang Drana itu bocil kematiannya Ardan. Manager ini sudah bertahan dengan 'ketantruman' si artis papan atas itu selama sekitar dua tahun. Bahkan tiba-tiba entah angin dari mana Drana sudah punya pacar yang bahkan Ardan tidak tahu.

"Gue bilang dulu sebelum lo ngomel lagi," ujar pria berkacamata itu setelah mereka duduk di sofa abu-abu yang ada di ruang tamu.

Drana mengangguk paham membuat Ardan melanjutkan bicaranya, "Kita enggak bisa buat publish pacar lo sekarang. Gue enggak tahu juga kapan lo bisa publish yang pasti enggak ada kata-kata publish hubungan."

Drana sudah cemberut begitu mendengar ucapan manager yang sudah dia perlakukan seperti babu sendiri, eh teman maksudnya.

"Gue punya saran yang mungkin bisa membuat lo seneng," kata pria yang belum mandi tersebut menarik perhatian Drana.

"Lo boleh ketemuan sama dia. Gue yang atur untuk tempat ketemu dan yang lainnya asalkan tadi. Backstreet enggak pake publish hubungan." Managernya mulai membuka ponselnya dan melihat agenda bocil tantrum untuk seminggu ke depan.

"Mungkin kita bisa ketemu pacar lo setelah shooting di restoran yang buat lo promosi film lo. Lo punya waktu istirahat tiga jam." Ardan menganggukkan kepalanya sembari mengetik di ponselnya sepertinya sedang membuat jadwal baru untuk Drana.

"Lo bisa ketemu duluan sama dia. Dia kerja di sana." Drana jadi tersenyum membayangkan wajah sang pemilik hatinya membuat managernya menatap anak tantrumnya itu dengan geli.

"Siapa namanya?"

"Ina. Butuh fotonya?" tanya Drana yang sudah bersiap menghidupkan ponselnya dan mencarikan foto Ina yang sudah memenuhi memori ponselnya.

Ardan langsung menolak dan menunjukkan sebuah foto yang bahkan Drana baru saja melihatnya. "Minta." Drana menyodorkan telapak tangannya seolah foto tersebut bisa dia pegang.

Kacamata bulat frame hitamnya sedikit turun membuat dia membenarkannya berulang-ulang kali. "Saran gue harus lo lakuin, deal? Kalau lo deal gue kirim fotonya." Drana menganggukan kepalanya berulang kali seperti anak kecil membuat Ardan menghela napas pasrah. Ardan kemudian mengirimkan foto tersebut ke kontak Drana dan mengambil jaketnya sendiri kemudian berdiri dirinya ingin pulang sekarang. 

"Dengerin kata gue mulai dari sekarang. Lo langsung tidur jaga wajah lo biar enggak ada mata panda berhenti buat olahraga gila-gila an, ilang-ilangan. Jangan lupa buat bangun jam enam pagi besok gue dateng ja-" Dentuman pintu membuat Ardan menghentikan nasihat dan omelannya kini dirinya sudah berada di luar apartemen Drana karena hendak pulang ke rumah tidak disangka dirinya benar-benar tidak dibiarkan untuk mengomel sampai selesai oleh bocil kematian itu sendiri.

"Gue besok dateng jam tujuh." Ardan melanjutkan bicaranya tidak peduli artis papan atas itu mendengarnya atau tidak yang penting Ardan menyampaikan pesannya sampai selesai tidak terjeda di tengah-tengah kalimat. Dia kemudian bergegas untuk pulang mengingat ini adalah waktu dimana dirinya harus menyusun jadwal untuk Drana besok dan tidur untuk menyiapkan energi menghadapi dunia esok hari.

***

Wajahnya berwarna hijau dengan mata yang terpejam dan tubuhnya yang sudah menempel lekat dengan kasur yang baru saja dia ganti spreinya. Ponselnya berdering membuat kedua matanya terbuka dan tangannya berusaha untuk mengambil ponsel yang entah ada di mana. 

"Siapa, sih ganggu malem gue aja." Ketika ponsel tersebut menampilkan sumber omelan Ina. Ina langsung duduk di atas kasur begitu melihat notif yang sangat tidak biasa muncul di saat malam hari seperti ini. 


Drana real ga halu

Siapa sih ini kok cantik banget 

Hei, dapet fotonya darimanaaa

Gila sih malu banget. Muka gue mana begitu lagi 

Kenapa? Cantik kok 

Soalnya pacar Drana 

Oh, jadi kalau enggak pacarnya Drana ga cantik?

Cantik juga. Tapi masa secantik ini enggak jadi pacar aku?

Gila, artis emang tukang akting ya 

gombal terus

udah berapa cewek yang digombalin hari ini?

Baru satu ga ada niatan nambah sih 

soalnya cewek aku yang ini cantik 


Ina jadi mau guling-guling di kasur rasanya, namun niatnya diurungkan karena dia masih ingat bahwa masker yang dia gunakan akan retak nantinya kalau dia terlalu banyak tingkah. Seandainya dia bisa menelepon Drana dan mendengar suara yang membuat dia rindu itu pasti sekarang dia sudah menempelkan ponselnya ke telinganya. 

Lagi asik-asiknya chatting an dengan pacarnya sebuah ketukan pintu membuat perempuan yang berbaring duduk dengan tenang langsung menyimpan ponselnya secara refleks. Tanpa ada yang tahu dan itu sebuah ketidaksengajaan kecil yang membuat hidup Ina akan berubah selamanya. 

"Ada apa, bu?" tanya Ina sembari sesekali menekan maskernya yang sudah mengering. 

"Memang ibu harus ada keperluan dulu baru boleh masuk ke kamar anak sendiri?" tanya ibunya dengan dasternya. Ina meringis kemudian menggelengkan kepalanya. 

"Gimana proses perkembangan kamu sama Cio?" tanya ibunya membuat perempuan dengan masker hijau itu menatap ibunya tidak suka. 

"Dia udah bisa masak terus bantu banget di dapur," jawab Ina berusaha untuk tidak menjawab dengan jawaban yang diinginkan oleh ibunya. 

Wanita dengan daster merah itu menghela napas, "Kamu tau, kan maksud ibu? Jangan jawab yang enggak jelas Ina." Wanita itu memperingatkan anaknya membuat Ina jadi cemberut lagi. 

"Ina enggak suka sama Cio, Bu." Ina merajuk tampak maskernya sudah retak karena dia sudah cemberut dan berbicara dengan nada kesal sedari tadi. 

"Besok ketemu sama anak temen ibu, ya. Besok hari sabtu kalau enggak minggu," ujar ibunya membuat maskernya benar-benar retak. 

"Ibu mau jodoh-jodohin aku sama anak dari temen ibu?" tanya Ina dengan nada yang sudah agak meninggi membuat ibunya langsung memukul lengan anaknya, memperingatkan agar tidak bertindak tidak sopan. 

"Ina udah besar, Ma. Ina juga bisa cari pacar sendiri." Ina merajuk bibirnya sudah maju beberapa senti karena tidak suka dengan pembicaraan ini. 

"Ya, udah. Buktiin kalau kamu bisa cari. Kalau kamu udah ada pacar Ibu juga lega, kan." Ibunya berdiri dan berkacak pinggang karena emosi menatap si anak dengan alis yang sudah hampir menyatu. 

'Permisi Ibu. Maaf menyela obrolannya' Suara dari ponsel Ina membuat kedua orang itu langsung menatap ke sumber suara. Ina sama sekali tidak tahu sejak kapan dia menelepon Drana. Habislah riwayat Ina hari ini. Ina akan langsung mencari hotel terdekat untuk tidur malam ini karena dia yakin akan diusir sebentar lagi. 

"Siapa itu, In?" tanya ibunya sudah menurunkan kedua tangannya yang tadi berkacak pinggang. Ina melihat ke ponselnya dengan was-was hendak mematikan panggilan teleponnya, namun tangan ibunya lebih cepat dari tangannya. 

"Kamu siapa? Kok menghubungi anak saya?" tanya ibunya membuat Ina sudah menampilkan raut muka yang tidak bisa dikondisikan. Wajahnya sudah pucat pasi rasanya ingin bumi ini menyedotnya saja ke inti bumi agar dirinya tidak berada di sini lagi. 

*** 

28 Oktober 2023 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro