Tetangga Menyebalkan - 3
Keesokan harinya, sengaja, aku berjalan melewati rumah besar bertingkat tiga milik Pak Danu saat berangkat sekolah. Aku melirik ke dalam celah pagar di depanku. Kosong. Tidak ada tanda-tanda keluarga Pak Danu. Saat aku berbalik, aku terkejut. Melihat Badru sudah berdiri di belakangku. Aku tergagap, malu, sekaligus bingung. Dari mana datangnya lelaki itu?
"Ngapain ngintip pagar rumah? Mau maling, ya?"
Aku mengindahkan perkataan pedasnya, berjalan menghampirinya. "Barusan jalan mana?"
Dia menunjukkan pintu di samping gerbang rumahnya yang panjang, lebar, dan tinggi itu. Tepat di sampingku mengintip. Ah, sialan, dia pasti makin besar kepala. Kulayangkan senyuman ramah, menepuk pundaknya sok akrab. "Berangkat bareng, yuk!"
Dia melirikku tajam, tak suka. "Gak ada untungnya."
"Jahat. Tetangga jahat. Dasar sombong."
Masa bodoh dia mau tersinggung atau mengadu, aku tidak peduli. Kuhentakkan kaki berjalan meninggalkannya. Siapa pula yang mau berteman dengannya. Tetangga yang lain pun tidak ada yang berminat.
"Drama banget. Marah, ngambek, dasar cewek banget."
Aku membulatkan mata. Kulihat dia berjalan menyusul di sampingku. Entahlah, bukannya marah atau kesal. Punya tetangga seperti ini harus diberi pelajaran. "Badru,"
"Apa?"
"Besok kita berangkat bareng lagi, yuk."
Dia terdiam. Lama. Sampai kita naik angkot pun, dia masih tidak menjawab ajakanku. Ah, sudahlah, kenapa aku berharap sekali pada manusia sombong ini.
Setelah kami tiba di depan gerbang sekolah, dan sepanjang perjalanan itu dia masih mengacuhkanku. Aku menghela napas, membuang harapan sialan itu dengan senyuman. Senyuman pahit yang bersumber dari rasa aneh. Rasa yang timbul dari sini. Dari hati.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro