Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tetangga Menyebalkan - 1

"Kamu jangan terlalu deket sama anaknya Pak Danu. Mereka itu orang berada, Nan. Gak sama kayak kita. Tetangga aja udah pada tahu gimana sifat sombong mereka."

Pukul setengah tujuh pagi. Dan aku masih harus mendengarkan omelan Ibu tentang keluarga tetangga sebelah, Keluarga Pak Danu. Orang kaya yang tidak tahu warga, tetangga, dan tata krama. Semua profesi anak-anaknya terpandang hebat. Kecuali anak bungsunya, Badru. Kebetulan dia seangkatan dan satu sekolah denganku.

"Nan? Didengerin gak apa kata Ibu barusan?"

Aku menghela napas, tersenyum kemudian mencium tangan Ibu. "Aku berangkat ya, Bu."

Kurasakan tangan Ibu mengusap rambutku, "Belajar yang benar. Jangan mau kalah sama anaknya Pak Danu. Walaupun kita orang miskin, tapi otak kita jangan ikutan miskin ilmu."

Aku tertawa, memberi salam berlalu meninggalkan rumah. Hari yang cerah, tapi tidak secerah hatiku dan isi dompetku saat ini. Ah, sialan.

Sudah beberapa meter aku berjalan meninggalkan rumah, melewati gang-gang sempit, sampai akhirnya tiba di jalan tempat dimana angkot berlalu lalang. Bukan jalan raya, tapi semacam jalan penghubung antara jalan raya dengan kampung.

"Tumben lama."

Aku terkejut, menoleh ke arah Badru, anak bungsu Pak Danu yang kini berjalan mendekatiku. "Ngapain kamu nunggu angkot di sini? Bukannya Bapak kamu punya mobil? Kenapa gak dianterin? Atau naik motor gitu?"

"Pengen aja sih naik angkot. Biar merakyat."

Aku menelan ludah. Sombongnya, dasar orang kaya. Mereka bisa saja melakukan apa yang mereka mau sesuka mereka. Termasuk merendahkan orang secara tidak langsung.

Tidak lama kemudian angkot jurusan sekolah kami menepi. Tanpa banyak bicara aku langsung memasuki angkot, duduk di dekat pak supir agar bisa cepat turun dari angkot. Sesaat aku melihat Badru, dengan seenaknya dia menghalau anak SMP di sampingku, dan memilih duduk di sampingku. Sialan. Ada apa dengan manusia ini?

Aku menggeser posisi duduk menjauh, malas sekali jika harus berdekatan dengannya. Tapi anehnya, aku penasaran sekali dengan sikapnya yang tiba-tiba "merakyat" seperti ini.

"Jangan diliatin. Bukannya percaya diri, tapi jangan sampai matanya fokus sama wajah orang. Bikin ilfeel tahu, gak."

Aku tersadar! Ya Tuhan, kenapa aku sampai tidak sadar memperhatikannya sedekat ini. Di depan umum pula. Aku mendelik sebal, mengacuhkan aktivitasnya yang kini tengah memainkan ponsel pintar masa kininya itu. Yang aku tahu, ponsel itu barusaja launching di iklan-iklan televisi. Dasar orang kaya, kalau mau "merakyat" pakailah ponsel berantena, tidak berwarna, dengan tombol besar-besar.

Sesampainya di depan gapura, kami harus berjalan sekitar empat ratus meter melewati satu kampung sebelum tiba di depan gerbang sekolah. Memang lumayan menguras tenaga, hitung-hitung olahraga. Jika sudah terbiasa, pasti rasa lelah akan tidak terasa.

Aku melirik Badru, dia ikut berjalan di sampingku tanpa menyewa ojek yang berjejer saat kami turun dari angkot. Aneh, orang kaya seperti dia mau jalan kaki?

"Biasa aja kali liatnya."

Aku mengerjapkan mata. Kutepuk jidatku gemas, kenapa pula aku selalu tidak sadar memperhatikannya terlalu lama. Sudah tahu dia sering besar kepala. Aku mendelik sebal, berjalan lebih cepat meninggalkannya menuju gerbang sekolah. Penasaran, aku menoleh ke belakang, melihat Badru berjalan santai menggunakan headset di telinga. Sialan. Kupikir dia akan memintaku berhenti, ternyata tidak.

Ya Tuhan, kenapa aku jadi penasaran seperti ini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro