Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 3

Krystal hanya tersenyum canggung dan berlalu pergi. Tidak menyapa Albirru balik, takut kalau lelaki tampan itu malah membicarakan tentang dirinya yang berniat menggoda malam itu.

"Lo tau dia?" tanya Riki yang bergeser ke tempat duduk milik Krystal tadi.

Lelaki dengan kemeja hitam itu mengedikkan bahunya. Kemudian duduk di sebelah Riki. "Pernah liat doang sekali."

"Ternyata bisa melek juga kalo ada cewek cantik," balas Aldo yang membuat Vicky dan Riki tertawa.

"Engga ada yang cantik gue juga bisa melek, bego! Lo pikir gue buta apa," balas Albirru sewot.

Kepalanya menoleh pada dinding kaca, melihat Keystal yang baru saja menaiki mobil. Albirru terkejut ketika kembali bertemu dengan Krystal tapi dengan sisi yang jauh berbeda. Kryatal malam itu terlihat sexy, panas, dan liar. Namun hari ini sebaliknya, Krystal sangat cantik dan manis.

"Kita gak pernah liat lo bawa gandengan, makanya heran lo bisa tau cewek," balas Riki menimpali.

Albirru mendesah pendek. Sudah biasa dengan celetukan teman-temannya yang kurang ajar ini.

"Itu tadi namanya siapa?"

"Sama kayak nama karakter lo," jawab Vicky. "Krystal."

"Woah," seru Albirru. "Beneran ada yang namanya Krystal di sini? Kirain cuma idol korea itu doang."

"Cantik, gak? Mau gue gebet nantinya," ujar Riki dengan wajah songongnya.

Sementara Albirru mengerutkan dahi. "Setau gue lo masih jadi tunangan Kania."

"Hanya tunangan, bukan suami," balas Riki tak peduli.

Albirru memutar bola mata malas. Dia sempat berpikir kalau Riki tidak akan menjadi playboy kembali setelah bertunangan. Namun, ternyata sama saja. Teman paling brengsek ini tidak pernah kapok.

***

Krystal menyentuh dadanya dengan kedua tangan. Merasakan dentak jantungnya yang masih berdebar dengan cepat. Baru kali ini dia sengaja mendekati cowok yang tidak dikenal. Untuk mengejar hartanya pula.

Kalau saja bukan karena tidak menemukan jalan lain untuk mendapatkan uang, Krystal tidak mungkin melakukan hal gila seperti ini.

"Kira-kira gue bakalan dihubungin, gak, ya?"

Krystal melihat layar ponselnya. Belum ada pesan sama sekali dari Riki. Kalau lelaki kaya itu tidak menghubunginya, terpaksa Krystal harus menemui target kedua.

Mobil yang dinaiki Krystal turun di depan indomaret yang hanya berjarak sepuluh menit dari Very Cafe. Wanita itu mengeluarkan selembar uang lima ribu rupiah dan segera keluar. Dia tidak bisa pulang dengan mobil, bisa-bisa sisa uangnya habis.

Rasa panas dari teriknya matahari membuat Krystal ingin beristirahat dulu di kursi depan indomaret. Tenggorokannya kering karena memang belum dilewati air sejak tadi. Di cafe pun dia tidak bisa pesan minuman karena sedang hemat.

Benar-benar miris. Padahal dulu Krystal tidak pernah berpikir kalau mau membelanjakan uanganya.

"Kakak?"

Krystal menoleh, menemukan Kaisar yang baru saja keluar dari indomaret. Wanita itu mengernyit bingung, perasaan sekolah adiknya cukup jauh dari wilayah ini. Dan ini juga belum waktunya pulang.

"Lo bolos sekolah?" tanyanya dengan suara lantang. Membuat Kaisar jadi malu sendiri.

Pemuda berusia tujuh belas tahun itu berdecak, Krystal memang terkadang tidak bisa mengontrol volume suaranya.

"Jawab gue!"

"Engg bolos." Kaisar menunjukkan tiga kotak rokok di dalam kresek. "Disuruh pak guru beliin ini."

Krystal berdecih. Tidak percaya begitu saja dengan jawaban Kaisar.

"Perasaan ada indomaret yang lebih deket dari sekolahan, ngapain jauh-jauh ke sini?"

"Karena disuruh beli pakek motor, sekalian aku manfaatin lah buat jalan-jalan juga," ucap Kaisar sembari menunjuk sepeda motor matic di depan indomaret. Krystal ikut melihat, masih sedikit ragu tetapi melihat Kaisar yang berjalan menghampiri, Krystal jadi percaya.

"Beneran?"

Kaisar menarik lengan kakaknya. "Iya, ayok pulang."

Sesampainya di rumah, Krystal mendengar notif masuk di ponselnya. Wanita itu tidak bisa menahan senyum ketika yang mengirimi pesan adalah Riki. Bukan pesan yang berisi basa-basi, Riki mengiriminya pesan sebuah ajakan untuk bertemu nanti malam.

Tentu saja Krystal senang bukan main. Ternyata dia memiliki pesona yang bisa membuat lelaki dengan cepat jatuh padanya.

"Ngapain senyum-senyum sendiri?"

"Kepo."

Kaisar memasang wajah aneh mendengar jawaban menyebalkan Krystal. "Dasar aneh."

Krystal mengedikkan bahunya tak peduli. Dengan langkah riang, wanita itu memasuki kamar. Membuka lemari dan langsung mencari baju yang sekiranya pantas digunakan untuk acara makan malam nanti.

Dia sudah seperti remaja yang baru saja mengalami cinta pertama karena terus tersenyum.

***

Karena masih ada urusan yang harus diselesaikan, Riki meminta Krystal menunggu lebih dulu. Wanita bergaun biru itu pikir Riki akan lama, ternyata tidak sampai sepuluh menit menunggu pria itu sudah datang.

"Sorry buat kamu nunggu," ujar Riki dengan wajah bersalah.

"Engga apa-apa. Bentar kok nunggunya," balas Krystal santai.

"By the way, kamu cantik."

Setiap wanita akan senang mendengar pujian tersebut, termasuk Krystal. Meski mengetahui kalau dirinya memang cantik, tapi tetap saja dia merasa senang ketika dipuji.

"Thank you."

"Aku udah pesen makanan tadi," kata Riki. "Sebentar lagi pasti akan disajikan."

"Kamu gercep juga jadi cowok." Krystal memainkan ujung rambut ponytail miliknya.

"Karena biasanya cewek engga tau mau makan apaan, jadi aku selalu inisiatif pesan sendiri," balas Riki sembari terkekeh.

Krystal mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Dia merasa apa yang dilakukan Riki sangat cerdas dan juga gentle. Riki benar-benar tipe pria yang engga mau ribet dan Krystal menyukainya.

"Keren banget, pasti cewekmu suka," komentar Krystal.

"Kalau kamu gimana? Apa suka juga?"

Cerdas dan to the point. Krystal menyimpulkan Riki orang yang seperti itu. Lelaki itu tidak menyangkal ucapan Krystal, yang berarti dia mengakui kalau sudah memiliki pasangan. Krystal menyukai lelaki yang seperti itu, tidak berbohong dan memilih jujur.

Namun, terkesan mistrius karena tidak memberikan jawaban yang pasti.

Riki menaruh sebuah paperbag dengan logo brand mewah di atas meja.

"For you."

"For me?" tanya Krystal tak percaya.

Krystal langsung membuka isinya. Hatinya tidak bisa untuk tidak berbunga ketika melihat tas limited edition yang memang ia incar. Krystal berdecak kagum. Lelaki kaya dan pengertian memang tidak pernah mengecewakan.

Di pertemuan pertama saja sudah memberikan impression yang bagus. Wanita mana yang akan menolak lekaki seperti Riki?

"Thank you. Kamu so sweet banget."

Riki tersenyum. "Langsung saja, aku suka sama kamu."

Krystal menatap Riki tak percaya. Wajahnya melongo dengan mulut sedikit terbuka. Ungkapan yang sama sekali tak terduga itu membuat jantung Krystal berdebar. Semakin excited dengan apa yang akan terjadi selanjutanya.

"Cepat sekali."

"Tapi aku sudah bertunangan. Mau menjadi selingkuhan?"

Well, menjadi selingkuhan bukan lah hal yang buruk bagi Krystal saat ini. Hubungan akan membuat Riki lebih loyal padanya. Lagi pula Krystal juga tidak membutuhkan cinta atau pun perhatian. Dia hanya membutuhkan uang.

"Sounds good."

***

Krystal berjalan senang keluar dari restoran. Hari pertama memancing dia sudsh berhasil mendapatkan tangkapan besar. Wajah dan auranya memang patut untuk dikasih bintang lima.

Andai saja Riki tidak ada urusan dengan temannya, Krystal pasti sudah kembali merasakan naik mobil mewah.

"Baru menemui sugar daddy?"

Krystal menghentikan langkah. Menatap Albirru yang berdiri di depannya dengan satu tangan tenggelam dalam saku celana. Tampan dan berkharisma namun tidak bersahabat.

"Temen lo belum setua itu untuk disebut sugar daddy," bantah Krystal tenang.

Albirru tersenyum sinis. Ia menatap paper bag yang ada di tangan Krystal. Kebiasaan Riki adalah selalu memberi hadiah untuk memanangkan hati lawan jenis. Dan Krystal yang tampak seperti gold digger itu pasti terjerat.

Albirru yakin dengan hal itu.

"Masih banyak cara lain untuk mendapatkan uang dari pada menjadi simpanan."

Lelaki itu berjalan mendekat. "Pada akhirnya lo akan sama kayak sampah. Dibuang."

Krystal memainkan lidahnya dalam mulut. Merasa dongkol luar biasa dengan apa yang dikatakan Albirru. Dia memang tidak berharap Riki akan serius namun tetap saja rasanya sakit kalau dirinya disamakan dengan sampah.

"Elo siapa sampek bisa bilang gitu, hah?" tanya Krystal tanpa menyembunyikan raut wajah tak sukanya.

"Oh, lo belum tau gue?" Albirru mengangkat alisnya menunggu jawaban.

"Gue nggak perlu tau siapa lo, pasti nggak penting," balas Krystal sewot.

Dipertemuan pertama dia kira Albirru adalah cowok kalem yang cool, tenyata malah kebalikannya. Lelaki itu seperti memiliki lidah dari cabai, sampai-sampai kalimat yang dikeluarkan dari dalam mulutnya selalu pedas.

"Kalau gitu ngapain nanya siapa gue," balas Albirru yang nggak mau kalah juga.

"Lo beruntung punya wajah cantik," kata Albirru lagi. Tangan lelaki itu mengetuk pelipisnya dua kali. "Karena nggak ada apa-apa di kepala lo yang bisa dibanggakan."

Setelahnya, Albirru pergi begitu saja melewati Krystal yang cengo dibuatnya. Wanita itu berbalik, menatap kepergian Albirru dengn mulut menganga tak percaya.

"That's mean, bruh. Did you just call me dumb?" tanya Krystal dengan suara sedikit berteriak. Namun, Albirru tidak juga berbalik. Lelaki itu hanya mengangkat tangan, menunjukkan ibu jarinya. Membuat Krystal langsung mengumpat kasar.

Dia tidak akan mau lagi bertemu dengan Albirru setelah ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro