Bab 24
Atas permintaan Krystal, akhirnya pasangan suami istri itu berangkat ke Malang naik kereta. Menempuh waktu kurang lebih lima belas jam, tentu saja membuat Albirru dan Krystal merasa sangat kelelahan. Karenanya mereka berdua memilih beristirahat dulu di homestay yang sudah mereka sewa.
"Kamu nggak mau mandi?" tanya Krystal yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia sudah tidak tahan dengan bau badannya sendiri, makanya meski merasa lelah Krystal tetap mandi terlebih dahulu sebelum istirahat.
Albirru yang sedang sibuk bermain game di ponsel itu menggeleng. Kemudian menyuruh Krystal duduk di sofa sebelah dirinya. "Nanti aja, duduk dulu sini."
Wanita itu menggeleng. "Mau ganti baju dulu."
"Oke."
Albirru beranjak menghampiri balkon, menatap betapa indahnya Kota Malang yang bisa ia lihat dari sini. Suasana Batu yang dingin namun menenangkan ini membuat kepala Albirru seketika penuh dengan ide baru.
Merasa sayang kalau tidak segera dia tulis, Albirru segera kembali meraih ponselnya di atas meja. Mengetikkan beberapa kalimat yang terlintas di benaknya. Krystal yang sudah lebih segar dan wangi dari sebelumnya mengintip dari balik bahu sang suami.
Kemudian mengangguk mengerti. "Lagi dapat ide, ya?"
Albirru tidak menyahut. Hanya sibuk mengetik dan Krystal mendengus karena diabaikan. Meski begitu dirinya tidak merasa kesal, dia paham kalau menjadi seorang komikus memang selalu kedatangan banyak ide. Dan akan sangat rugi sekali kalau diabaikan begitu saja tanpa di catat.
Krystal berjalan ke dapur. Menyeduh kopi di dua mug kaca yang sudah di sediakan. Kemudian wanita cantik itu kembali mendatangi sang suami. Melihat Albirru yang sudah tidak lagi memegang ponsel membuat Krystal langsung mengulurkan mug.
"Makasih," ucap Albirru dengan senyum manisnya.
Krystal balas tersenyum. "Sejak kapan jadi komikus?"
Albirru menarik Krystal untuk duduk di sebelahnya, kemudian merangkul bahu sang istri. "Suka gambarnya sejak kecil, sih. Tapi baru menekuni pas masih SMA."
"Kata Kaisar karya pertama langsung booming." Krystal teringat dengan bagaimana excited-nya Kaisar sewaktu menceritakan Albirru. Adik lelakinya itu langsung sangat bahagia mengetahui orang yang selama ini jadi favoritnya akan menjadi kakak iparnya.
Albirru terkekeh. "Untungnya begitu. Nggak nyangka juga, sih, awalnya."
Albirru menoleh, merapikan rambut istrinya. "Kalau kamu sukanya apa?"
"Hm?" tanya Krystal dengan alis terangkat sebelah. Tapi lalu berkata, "Oh, uang kalau aku."
Tidak mengherankan bagi Albirru. Dia sudah menyelidiki Krystal sebelum memutuskan menikahi wanita itu. Dan wajar kalau Krystal suka menghamburkan uang memgingat dia hidup tanpa beban dulu.
"Selain itu apa nggak ada lagi? Kegiatan gitu?" tanya Albirru kembali. Karena dia tidak pernah melihat Krystal melakukan sesuatu yang bisa dibilang hobby.
Krystak menyentuh dagunya, nampak memikirkan kegiatan apa yang dia sukai.
"Shopping, sih," balas Krystal sembari terkekeh.
Albirru langsung mendengus dan membuat Krystal semakin tertawa. Kalau dipikir-pikir memang tidak ada hal lain yang Krystal suka selain uang dan shopping. Sejak dulu dia tidak pernah memiliki hobi seperti anak lain yang suka menggambar atau bermain alat musik.
Krystal tidak pernah memiliki antusias dalam hal selain uang dan shopping.
"Olahraga sukanya apa?"
"Nggak suka olahraga," jawab Krystal santai. "Aku tuh sukanya cuma uang sama belanja. Oh, rebahan juga, sih. Tapi jangan salah paham, aku gini-gini cukup pintar, lho. Nggak pernah tuh aku dapat nilai dibawah delapan dulu. Lulus kuliah juga dengan IPK yang bagus," ujar Krystal.
"Kok bisa?" tanya Albirru heran. "Kamu suka belajar?"
Krystal tersenyum lalu menggeleng. "Nggak. Papa nyogok sekolah sama kampus."
Albirru menutup mata sembari menarik napas dalam. Kalau saja bukan karena Krystal istrinya, Albirru pasti sudah membuang wanita ini ke tempat sampah.
Melihat wajah suaminya yang seperti menahan kesal membuat Krystal menyemburkan tawa. Bahkan sampai menepuk pundak Albirru.
"Bercanda, ih. Aku belajar tahu meski dengan rasa malas yang luar biasa," kata Krystal menjelaskan. "Karena syarat aku dapat uang dari Papa tuh harus pinter biar dapat nilai bagus di sekolah," lanjutnya.
Albirru menoleh pada Krystal dengan wajah datar. Tak mau langsung percaya kali ini. "Yang bener?"
"Bener, lah," jawab Krystal pongah.
Albirru mendengus, lalu melirik ponselnya yang berdering. Ada nama sekretarisnya yang tertera, membuat Albirru mau tidak mau mengangkat telepon itu. Krystal yang mengerti langsung kembali diam, menatap Albirru yang fokus berbicara dengan ponsel menempel di telinga.
Kalau dipikir-pikir Albirru selama ini memang terlihat sibuk sendiri. Sering begadang mengejar deadline komik, juga sering pergi ke luar kota untuk melihat perkembangan restoran. Krystal dulu tidak mempermasalahkannya, tapi, sekarang dia jadi merasa kasihan.
Suaminya itu bekerja terlalu keras.
"Sorry ada hal penting tadi," ucap Albirru setelah sambungan teleponnya terputus.
"Kamu keren banget, sih," ujar Krystal memuji. Dia mendekati Albirru dan memeluk suaminya itu dengan mesra. "Terima kasih sudah bekerja keras, sayang."
Albirru mematung, tertegun dengan kalimat yang dilontarkan Krystal. Baru kali ini dia mendengar hal yang menghangatkan hati seperti ini. Terlebih Krystal memanggilnya dengan sebutan sayang.
Alburru melipat bibirnya, tiba-tiba pipinya jadi terasa panas. Dia merasa malu karena jadi lelaki lembek yang melting begini. Padahal Krystal hanya mengatakan kalimat sederhana.
Albirru melepas pelukan mereka, kemudian mencium pipi Krystal dengan dalam. "Makasih, aku terharu."
Krystal menyentuh pipinya dengan wajah kaget. "Kamu buat aku kaget."
Albirru terkekeh. "Kayaknya kita harus melakukan sesuatu seperti pasangan suami istri yang lain."
***
"Mereka ngapain, ya, sekarang?" tanya Kaisar yang sedang menemani Luna menonton sinetron. Pertanyaannya tentu saja merujuk pada Krystal dan juga Albirru. Mereka pergi liburan tanpa mau mengajaknya, padahal Kaisar sama sekali belum pernah mengunjungi Malang sebelumnya.
Luna terkekeh. "Baru sehari masak udah kangen, Kai."
Kaisar mendengus. "Bukannya kangen, tapi mau nyusul."
Luna mengernyitkan dahi, kemudian menepuk pelan paha Kaisar dengan gemas. "Mo ngapain nyusul itu. Udah mending kamu di sini aja sama Mama. Biarin kakak-kakak kamu itu buat cucu untuk Mama. Kamu nggak tau apa gimana mama sangat ingin banget pingin ada cucu?"
Kaisar mengusap pahanya dengan gemas. "Tahu lah, kalau nggak ngapain Mama nyuruh Kak Birru ngajak Kak Krystal liburan."
"Itu pinter," balas Albirru.
"Tapi, apa iya mereka ada bikin anak? Gimana kalau cuma diem aja atau malah main sendiri?"
Luna terdiam, kembali teringat dengan bagaimana liburan anak dan menantunya itu terakhir kali. Krystal yang polos mengaku tidak terjadi apa-apa dengan malam pertama. Dan itu berhasil membuat Luna merasa sedih.
Padahal dia sangat berharap segera mendapatkan cucu dari anak dan menantunya.
"Nggak bisa gini, mereka berdua harus di telepon."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro