
Bab 17
Albirru datang ke sekolah Kaisar dengan diiringi kehebohan para siswi. Dia yang memang datang di waktu istirahat pun tidak mengambil pusing teriakan yang memenuhi telinganya. Albirru memang tampan dan dia juga tahu itu.
Pakaiannya yang casual membuat lelaki itu nampak seperti pemuda seusia Kaisar.
"Kak, lewat sini," kata Kaisar menunjuk lorong yang menuju ruang BK.
"Ini sekolah apa stadion? Berisik banget," balas Albirru datar.
Lelaki itu datang sebagai wali dari Kaisar Wijaya, menggantikan Krystal yang sedang marah pada adiknya.
"Ya wajar, ada Kim Taehyung lewat." Kaisar terkekeh yang terdengar seperti ejekan di telinga Albirru.
"Dasar!"
Kaisar mengetuk pintu BK dan langsung membukanya ketika sudah dipersilahkan masuk. Seorang wanita dengan tubuh yang tinggi langsung menatap Kaisar.
"Kamu Kai?"
Kaisae mengangguk, kemudian menunjuk Albirru dengan kedua tangannya. "Ini wali saya, Bu."
Wanita yang menjadi penanggung jawab BK itu menatap kagum pada sosok Albirru. Matanya tidak berkedip sampai deheman dari Kaisar membuatnya kembali ke kenyataan.
"Oh, maaf. Anda siapanya Kaisar? Sepupu atau teman dari sekolah lain?" tanya ibu Lusi
Albirru memang terlihat muda, wajar kalau usianya yang hampir menginjak angka tiga puluhan tidak terlihat.
"Saya Albirru, kakak iparnya Kaisar," kata Albirru memperkenalkan diri.
"Loh? Kakaknya toh? Saya kira kalian seumuran," balas ibu itu sembari terkekeh.
Kaisar mendengus pelan, tidak begitu menyukai guru BK itu. "Ayo, Bu, dimulai aja apa yang mau dibicarakan," kata Kaisar. "Kakak saya bisa ngamuk kalau Kak Birru nggak segera pulang."
Ibu Lusi menoleh pada Kaisar, mendelik pada anak didiknya yang memang tidak bisa diatur. Ibu Lusi sudah membuka mulutnya namun seseorang yang muncul di ambang pintu segera membuatnya langsung tersenyum hangat.
"Hallo, Bu Ana. Mari masuk, Bu," sambut Ibu Lusi ramah.
Kaisar membalikkan badan, lalu mendengus kesal begitu melihat Aris yang datang dengan Mamanya. Teman satu kelas yang kemarin membuatnya kehilangan kendali. Albirru juga ikut melirik ketika kedua orang itu sudah ikut duduk di sofa.
"Jadi, begini. Kemarin Kaisar berkelahi dengan Aris. Katanya yang memulai perkelahian adalah Kaisar, Mas Albirru," ujar Ibu Lusi sembari menatap Albirru dengan senyum malu-malunya.
"Anak kok nggak dididik dengan bener," ujar Mama Arise sewot. Wanita berusia hampir empat puluh tahun itu menatap tak suka pada Kaisar.
Albirru berdehem, mencoba membuat wanita menyebalkan itu menatap Albirru. Dan berhasil. Mama Aris menatap Albirru dengan kagum, wajahnya yang datar masih bisa membuat lelaki itu terlihat manis.
"Ehem! Jadi, masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan permintaan maaf, namun, Kaisar menolak meminta maaf. Aris juga tidak mau ini diselesaikan dengan permintaan maaf," ujar Ibu Lusi kembali membuat suasana menjadi serius.
Albirru menatap wajah Aris dengan teliti. Kemudian mendengus dengan pelan.
"Ibu tahu penyebab pertengkaran mereka?" tanya Albirru dengan wajah tenangnya.
Kaisar menyikut pelan lengan kakak iparnya namun Albirru hanya memberikan senyum tipis. Meyakinkan Kaisar kalau dia bisa mengendalikan semuanya.
Ibu Lusi terdiam cukup lama. Membuat Mama Aris merasa geram luar biasa.
"Ya pasti karena Kaisar ingin membully Aris, lah. Liat ini wajah anak saya, babak belur semua. Mas ini kalau punya adik ya dijaga dengan bener. Nggak mau, kan, Kaisar nyusul bapaknya ke penjara?"
"Nggak ada sangkut pautnya dengan Papa saya, ya, Tante!" seru Kaisar marah.
"Tuh liat, dia aja nggak sopan sama orang tua. Memang bermasalah ini anak," kata Aris sembari menunjuk wajah Kaisar.
"Mohon tenang dulu," ujar Ibu Lusi. "Gimana Kaisar? Kamu mau minta maaf atau kita teruskan ini ke polisi sesui yang dimau Aris?"
"Ke polisi aja lah," ujar Mama Aris yang sudah tidak tahan.
Albirru menghela napas. "Ibu Lusi saya tanya, ibu tahu nggak penyebab awal mula mereka bertengkar?"
"Itu kan karena Kaisar yang mulai," jawab Ibu Lusi.
Albirru menggeleng. "Sebelum itu apa Anda tahu apa yang terjadi?" tanya Albirru dengan wajah tenangnya. "Saya percaya Kaisar tidak melakukan pembulian, dia tidak mungkin memukul orang tanpa alasan."
"Saya juga percaya anak saya tidak memulai duluan," baas Mama Aris dengan judes. Wanita itu bahkan tanpa ragu menunjukka attitude dirinya yang kurang berkelas.
"Kalau Ibu Lusi tidak tahu, bagaimana kalau kita melihat CCTV?" tanya Albirru dengan tajam. Matanya melirik pada Aris. "Kalau pertengkaran dipicu karena Aris, saya juga akan membawa ini ke hukum."
Aris menatap Albirru dengan pandangan panik. Kemudian menoleh pada ibunya yang juga terlihat tak tenang.
"Mama?" bisik Aris. "Ini gimana?"
Kaisar menatap Albirru dengan tajam. Kakak iparnya ini tidak banyak bicara, namun, setiap kalimat yang terlontar selalu tajam dan tepat sasaran.
"Di mana kita bisa melihat CCTV?" tanya Albirru sekali lagi dengan menatap tajam pada Ibu Lusi.
***
Krystal sedang menyisir rambut mertuanya di taman belakang. Perasaannya yang tidak enak karena Kaisar membuat wanita itu tidak bisa tersenyum seperti biasa.
"Anak kecil nakal itu wajar, Nak," ujar Luna sembari menatap bunga anggrek di depannya. "Dulu kamu juga pasti pernah membuat ulah di sekolah."
Krystal meneguk ludah. "Mama tahu aja."
Luna terkekeh. "Albirru yang kelihatannya kaku gitu juga trouble maker, lho," balas Luna.
Wanita paruh baya itu terkekeh ketika mengingat betapa seringnya di dipanggil ke sekolah dulu. Albirru memang tidak pernah mempermainkan wanita, tapi lelaki itu juga cukup nakal.
Dan Kryatal sama sekali tidak kaget. Albirru bergaul dengan Anton dan Riki saja sudah menunjukka kalau lelaki itu nakal. Memang bukan tipe yang playboy seperti Riki, dan juga bukan tipe yang blak-blakan seperti Anton.
Albirru seperti air. Dia terlihat tenang tapi cukup berbahaya.
"Makanya kamu jangan marah terlalu sama Kaisar. Gitu-gitu dia kan adik kamu," ujar Luna.
"Aku udah nggak marah, sih, Ma. Aku cuma kesel aja karena dia nggak jujur."
Luna mengerutkan dahi. "Maksudnya?"
Krystal menghela napas. "Kaisar nggak mungkin ikut tawuran. Dia pasti berkelahi karena suatu alasan."
Karena Kaisar buka tipe anak yang suka memulai. Adik laki-lakinya itu tidak akan bertindak tanpa sebab. Krystal paham dengan hal itu.
"Kalau gitu kenapa nggak tanya sama dia yang sebenarnya?"
"Nggak tahu, udah terlanjur kesel aja."
Luna menggelengkan kepalanya. "Nggak boleh begitu lain kali. Kamu harus membuat adikmu terbuka sama kamu. Kalau saat ini dia belum mau ya kamu yang harus ajarin."
Krystal tersenyum lembut. Sejak bertemu dengan Luna, ia jadi memiliki seorang ibu. Sosok ibu yang sudah lama ia rindukan bisa ditemukannya pada diri Luna. Wanita paruh baya itu selalu bersikap lembut dan baik padanya.
"Krystal?"
Krystal menoleh, menemukan Albirru yang sudah pulang dengan Kaisar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro