Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 14

Sejak kalimat terakhir yang Krystal katakan, Albirru hanya diam saja. Tidak ada yang membuka suara, bahkan ketika Krystal meninggalkan lelaki itu untuk membersihkan wajahnya, Albirru tidak bertanya. Albirru memperhatikan istrinya yang sedang menikmati pasta, dan Krystal yang merasa risih juga tidak mampu mengusir Albirru.

Krystal sebenarnya heran dan ingin bertanya, kenapa Albirru bisa berada di sini?

Albirru menggunakan tangannya untuk membersihkan sudut bibir sang istri yang kotor. Membuat Krystal tertegun beberapa detik. Ternyata jantungnya memang lemah dengan perlakuan manis Albirru.

Begitu juga dengan perutnya yang terasa mulas, seperti banyak sekali yang beterbangan di dalam perut dan hati Kryatal. Dia ingin tersenyum dengan sikap suaminya namun berusaha keras menahannya.

Krystal tidak mau Albirru tahu kalau dirinya mudah baper. Nanti yang ada dirinya dibuat baper terus.

"Mau jalan-jalan?" tanya Albirru setelah tidak tahan dengan kecanggungan di antara mereka.

Krystal mempertemukan netra cokelatnya dengan tatapan tajam Albirru.

"Ke mana?"

"Wherever you want."

***

Pasangan pengantin baru itu memilih menikmati malam yang dingin di Malioboro. Tidak ada gandengan tangan seperti pasangan lain. Mereka hanya berjalan bersisian, menikmati indahnya jalanan Malioboro di malam hari.

Tidak ada yang bersuara pula. Krystal sibuk memotret beberapa sudut yang menurutnya menarik. Dan Albirru terkadang menarik Krystal mendekat agar tidak bertabrakan dengan orang lain.

"Mau wedang ronde?" tanya Albirru sembari menunjuk salah satu kedai yang cukup ramai.

Krystal menoleh kemudian mengangguk. "Boleh."

"Oke."

"Kenapa kamu tadi bisa ada di restoran?" tanya Krystal ketika mereka berdua sudah duduk. Wanita cantik itu memeluk lengannya yang terbuka, sedikit merasa dingin karena angin malam yang berhembus.

"Kalau mau keluar pakek pakaian hangat," ujar Albirru tanpa menjawab pertanyaan istrinya. "Atau paling nggak jaket dibawa."

Krystal menipiskan bibir. Berniat menjawab namun terhalang penjual yang membawa pesanan mereka. Uap panas dari mangkuk langsung membuat tubuh Krystal rileks. Wanita cantik itu mendekatkan wajahnya, aroma yang enak dari jahe membuat dirinya merasa senang.

Albirru tersenyum tipis, kemudian mulai menikmati wedang ronde di depannya.

"Tadinya aku cuma mau keluar bentar, cuma mau makan aja. Makanya nggak bawa jaket, siapa yang tau kalau aku jadinya malah jalan-jalan di malam hari yang dingin begini," jawab Krystal sembari melirik sinis pada sang suami.

"Siapa suruh mau diajak."

Krystal melengos. Memang ya, Albirru selalu bisa membuatnya marah dan tak berkutik. Lelaki itu terlalu pandai membalas kata-katanya dengan tajam. Suaminya itu persis seperti karakter pria yang kebanyakan di ceritakan oleh penulis dalam novel mereka.

Tampan tapi bermulut tajam.

Krystal jadi heran kenapa Albirru yang hidup dibawah asuhan Luna bisa setajam ini mulutnya? Apa karena mewarisi sikap dari Papanya?

Ah, omong-omong soal Papa Albirru, Krystal jadi kembali merasa sedih.

"Papa kamu... " Krystal melirik Albirru yang masih tenang menyuap kuah panas ke mulutnya. "Apa beliau nggak pernah nemuin kamu lagi?"

"Kamu pasti sudah denger ceritanya dari Mama." Albirru tidak perlu menoleh untuk melihat wajah istrinya. Karena di tidak suka melihat orang lain menatapnya prihatin. "Aku nggak mau ketemu sama orang yang sudah melukai Mama."

Krystal menatap Birru sendu. Tangan kanannya mengusap pundak sang suami. Membuat Albirru mendengus.

"I'm okay. Jadi jauhkan tanganmu dari pundakku. Itu geli," kata Albirru dengan ketus.

Krystal yang tadinya ingin menghibur langsung merasa kesal. Didorongnya bahu Albirru sampai lelaki itu hampir terjatuh.

"Punya suami kok nggak ada akhlak begini!"

Albirru mendengus, menjewer pelan kuping Krystal. "Yang sopan sama suami, istri."

"Idih!"

***

Krystal kembali menikmati harinya sendirian sejak pagi. Wanita itu sibuk melakukan shoping di sebuah Mall. Dia senang karena Albirru memberikan kartu kredit dan mengizinkannya untuk menggunakan sebanyak yang Krystal mau.

Karena itu Krystal tidak protes sama sekali meski dirinya dibiarkan sampai sore begini.

"Krystal?"

Wanita cantik itu menoleh. Lalu menurunkan kaca mata sampai hidung dengan alis yang mengkerut. "Sorry? Manggil aku?"

Seorang laki-laki tampan dengan rambut warna cokelat itu mengangguk. Memberikan senyum kecut karena ternyata Krystal melupakan dirinya.

"Kamu lupa sama aku?"

Krystal menatap lekat-lekat lelaki di depannya. Sampai kemudian terkejut sendiri setelah dia berhasil mengingat. "Louis?"

Pria berdarah sunda dan italia itu mengangguk. Senang karena Krystal ternyata masih bisa mengingat dirinya.

"Sorry, sudah hampir lima tahun nggak ketemu. Aku pangling," kata Krystal merasa tidak enak.

"Itu mencoreng wajahku, My Queen."

My Queen.

Panggilan yang dulunya selalu keluar dari mulut Louis untuk memanggil Krystal. Ah, wanita itu jadi kembali nostalgia ke masa SMA. Di mana mereka berdua sempat menjalin hubungan selama hampir setahun.

"Jangan manggil kayak gitu, gue jadi keinget jaman SMA."

Louis tersenyum tipis. "Sengaja. Biar kamu semakin ingat dengan mantan paling ganteng ini."

Krystal berdecih. Ternyata Louis masih belum berubah, masih percaya diri seperti dulu. "Kata siapa kamu mantan yang paling ganteng?"

"Emangnya ada yang paling ganteng dari aku, My Queen?"

Krystal mengangguk. "So many."

Louis menatap dramatis pada Krystal, dan tangannya menyentuh dadanya. Mencoba menunjukkan kalau hatinya terluka mendengar Krystal mengatakan seperti itu.

"Jangam lebay. Kamu kenapa ada di Jogja?" tanya Krystal sembari berjalan mendekat. Tidak enak juga kalau bicara dengan jarak yang agak jauh.

"Aku kerja di sini dan emang menetap di sini sejak enam bulan lalu," terang Louis. Wanita itu menunjuk coffe shop yang tadinya mau dia tuju.

"Bicara di sana aja, ada tempat duduknya."

Krystal mengikuti arah yang ditunjuk Louis dengan matanya. Kemudian mengangguk. Dirinya juga capek dari tadi mengelilingi Mall dengan tangan yang penuh paper bag.

"Ternyata kamu masih bisa foya-foya setelah Papamu di penjara," komentar Louis.

Krystal melirik sinis. Louis pernah bertemu dengan papanya, tidak heran kenapa lelaki itu bisa tahu kalau keluarganya bangkrut.

"Kalau mau hubungan baik tetap ada mending tutup mulutmu," kata Krystal dengan tajam.

Louis menarik garis di depan bibirnya. Tanda kalau dirinya akan tetap diam. "Sorry."

Albirru menatap datar pada Krystal yang baru saja melangkah dengan seorang pria. Apalagi melihat lelaki itu yang membawakan barang belanjaan Krystal, terlihat sangat akrab di mata Albirru. Sekaligus sangat memuakkan.

Kenapa begitu banyak lelaki di sekeliling istrinya?

Albirru menghela napas. Ternyata ada rasa tidak terima juga dalam dirinya ketika melihat sang istri bersama lelaki lain.

"Aku suruh belanja kenapa malah jalan sama laki-laki lain," gerutu Albirru dengan wajah yang masih terlihat datar.

Albirru ingin menyusul, mungkin berpura-pura tidak sengaja bertemu adalah tindakan yang benar saat ini.

"Albirru?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro