Bab 10
"Gimana penampilan gue? Udah bagus?"
Krystal memutar tubuhnya di depan Albirru, mencoba memancing sebuah kalimat pujian dari lelaki yang akan menjadi suaminya itu.
"Cantik," puji Albirru dengan suara datarnya. Wajahnya juga tidak menampilkan senyum sama sekali, membuat Krystal mendengus kesal. Wanita mana yang akan percaya kalau pujian tersebut terdengar tidak tulus.
"Seriusan ih? Gimana?" rengek Krystal dengan suara kesalnya.
Albirru memperhatikan penampilan Krystal sekali lagi. Wanita itu tengah mengenakan gaun floral warna hijau yang menjuntai sampai mata kaki. Rambut cokelatnya di kuncir kuda sehingga lehernya yang jenjang bisa terlihat dengan jelas. Make up yang tipis membuat wajah Krystal tampak natural.
Albirru yakin seratus persen kalau mamanya akan jatuh cinta dengan Krystal yang seperti malaikat ini.
"Seriusan cantik, kok," puji Albirru lagi. "Mau dilihat dari mana pun juga tetep cantik."
Krystal masih tampak tidak senang. Tangan mungilnya terulur menarik kedua sudut bibir Albirru, membuat wajah lelaki itu semakin tampan karena terlihat tersenyum.
"Kalau muji itu sambil senyum. Jangan masang wajah datar kayak tadi, kentara gak ikhlas."
"Tapi gue ikhlas mujinya. Lo beneran cantik dan manis banget, kayak bidadari," balas Albirru membela dirinya sendiri.
"Kayak pernah liat bidadari aja lo," jawab Krystal sembari memutar bola matanya malas. Wanita itu mengambil tas CELINE yang ada di kursi kemudian berjalan menuju pintu. "Ayo cepetan, keburu panas."
Albirru melangkahkan kakinya menyusul Krystal. "Ini udah panas by the way. Elo lama banget deh dandannya."
Mereka berjanji untuk pergi ke rumah Albirru pukul sembilan pagi, namun, Krystal baru selesai dengan penampilannya pukul sebelas. Sehingga Albirru yang datang menjemput pukul setengah sembilan harus menunggu lebih dari dua jam.
"Kita kayaknya harus merubah cara ngomong," kata Albirru ketika mereka sudah di dalam mobil.
"Yang gimana?" balas Krystal tak terlalu peduli.
"Lo gue harus dirubah jadi aku kamu, terus jangan sampek ngomong kasar di depan mama."
Krystal mengangguk-anggukan kepala. Setuju saja dengan apa yang dikatakan Albirru. Dan Albirru juga sama sskali tidak menyangka kalau Krystal akan setuju begitu saja.
"Ini calon menantu mama?"
Krystal tersenyum tipis, tangannya terulur menyalimi Mama Albirru yang masih tampak muda meski tubuhnya begitu kurus.
"Halo tante," sapa Krystal ramah. "Saya Krystal, salam kenal."
Luna, mama Albirru menggelengkan kepalanya. Kedua tangannya menarik tubuh Krystal mendekat dan memeluk wanita muda yang cantik itu.
"Kalau beneran calon mantu ya manggilnya mama dong," balas Luna ramah. Wanita paruh baya itu kemudian membawa Krystal untuk duduk di ruang keluarga. Meninggalkan Albirru yang sedari tadi di abaikan.
"Kamu cantik banget, sih, Krys. Kok bisa Albirru baru bawa kamu," ujar Luna sembari melirik Albirru dengan sinis.
"Kami baru siapnya sekarang, Ma," jawab Albirru yang langsung menyalakan televisi. Dia sadar kalau setelah ini kedua wanita itu akan mengabaikannya kembali.
"Hallah. Kamu tuh wanita pertama yang dibawa Albirru ke rumah, Krystal. Makanya mama seneng banget apalagi langsung nikah pula. Mama kan jadi lega karena ternyata si Biru nggak gay," ujar Luna sembari terkekeh setelah menyelesaikan kalimatnya.
Krystal juga ikut tertawa senang. Ternyata Albirru benar-benar tidak pernah dekat dengan wanita lain. Tidak heran kenapa lelaki itu sampai dikira tidak suka perempuan. Dia sendiri yang membuat orang lain berpikir seperti itu.
"Dulu Krystal juga sempet dibilangin sama temennya kalau Albirru itu gay, lo, Ma," kata Krystal yang langsung membuat Albirru menoleh.
"Siapa yang bilang?"
"Aldo," balas Krystal cepat.
Albirru tersenyum miring. "Kirain si Riki."
Krystal langsung memasang wajah datar. Mendengar nama Riki, dia jadi teringat dengan mantan kekasih dua harinya itu.
"Tuh, kan. Untung kamu cepet bawa Krystal, kalau nggak beneran disangka gay kamu," kata Luna sembari terus menertawakan anaknya.
Albirru memutar bola matanya malas. "Whatever."
***
Setelah keluar dari rumah Albirru, kini waktunya mereka berdua menemui papa Krystal. Kalau Albirru nampak biasa saja dengan wajah tenangnya, Krystal justru terlihat sangat gugup. Karena ini pertemuan pertama mereka setelah beberapa bulan sejak Papanya di tangkap.
"Krystal?"
Krystal mendongak, menatap Papanya yang baru saja masuk ke ruangan. Polisi yang tadi mengantar langsung berbalik pergi, meninggalkan mereka bertiga.
"Papa."
Wanita cantik itu menghambur ke pelukan papa yang sudah sangat dia rindukan. Albirru hanya berdiri dengan tenang, membiarkan dua orang itu saling melepas rindu.
"Kamu baik-baik aja? Kaisar gimana? Semuanya masih aman, kan?"
Krystal menganggukkan kepalanya, tidak sanggup menjawab dengan kata-kata karena air mata yang tidak kunjung berhenti. Sampai papa Krystal menoleh pada Albirru.
"Ini siapa?"
Pria tampan yang kali ini menutup dahinya itu langsung maju selangkah. Meraih tangan sang calon mertua dan mencium punggung tangannya dengan sopan.
"Albirru, Om. Calon suaminya Krystal."
Krystal sontak langsung memukul lengan pria tampan itu. Bagaimana bisa lelaki itu dengan enteng mengatakan hal seperti itu? Padahal Krystal sedang dalam keadaan seperti ini.
"Calon suami?" Darma langsung duduk di kursi dengan wajah tegasnya. Tatapan tajamnya menyorot Albirru yang juga ikut duduk. Krystal sendiri jadi terpaksa harus menyudahi rasa rindunya.
"Iya, Om. Saya datang ke sini karena mau meminta restu Om buat nikah sama Krystal."
Albirru nampak tenang tanpa ada kekhawatiran sedikit pun yang terlihat di wajahnya. Berbeda dengan Krystal yang gugup menanti jawaban Darma.
"Kamu kerja apa?" tanya Darma dengan serius. Itu adalah pertanyaan basic yang sudah Albirru duga.
"Saya komikus, Om. Sudah menerbitkan komik dan penjualannya juga bagus. Selain itu saya juga punya usaha restoran bintang lima dengan sepuluh cabang di jabodetabek."
Krystal tidak bisa menutupi rasa terkejutnya. Wanita itu menutup mulut dengan kedua tangan, takjub dengan pekerjaan Albirru. Dia tidak menduga kalau restoran Albirru sudah memiliki sepuluh cabang, dia kira hanya satu.
"Lumayan," ujar Darma yang mulai melunak. Kemudian menoleh pada Krystal. "Kenapa kamu nggak tau gitu?"
Krystal menutup mulutnya. "Kami baru ketemu sebentar, jadi aku nggak tau."
Terlihat kerutan halus di dahi Darma. "Kalian nggak pacaran dulu?"
Krystal menggeleng.
"Kamu serius kan sama anak jadi-jadian ini?" tanya Darma sembari menunjuk putrinya. Membuat Kryatal mendengus kesal.
Albirru mengangguk. "Tentu saja saya serius. Makanya saya datang ke sini ingin meminta restu. Krystal juga sudah bertemu mama saya."
Darma bersandar pada punggung kursi. Lelaki paruh baya itu menatap Krystal lama. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Darma. Membuat Krystal jadi ingin kembali menangis. Dia tahu arti tatapan papanya itu.
"Kayaknya baru kemarin kamu masih suka minta dibelikan ice cream. Sekarang sudah mau nikah aja," ujar Darma yang sudaj berkaca-kaca.
"Jadi, kapan kalian nikah?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro