❤ONESHOOT STORY❤
❤❤❤
.
Musim Semi
Sasusaku oneshoot story
Story by: LIANA2789
.
Genre: Fanfiction
Pairing: Sasusaku
Rate: Teen
.
Happy reading minna-san❤
.
"Sebuah kesalahan yang kubuat adalah membuatmu pergi dariku"
.
.
.
Dimalam itu bulan bersinar terang, sinarnya menerpa dataran desa Konoha saat langit sudah gelap. Kegelapan langit tak hanya diisi oleh bulan namun juga terdapat taburan bintang berkedipan diatas sana.
Seorang gadis tengah terduduk dibangku taman. Matanya menatap kearah langit malam. Angin malam yang menerpanya membuat surai panjangnya menjadi terhembus.
🎶~ (suara handphone berdering)
Gadis itu mengalihkan pandangan pada ponsel yang ia genggam. Tertera nama kekasihnya yang sedari tadi sudah ia tunggu, membuat rasa hangat kembali menjalar ke hatinya. Dengan rasa gembira jemari gadis bersurai merah muda itu menekan tombol terima.
Pip
"Moshi-moshi Sasuke-kun."
"Hn."
"Sasu-kun aku sudah ada di-"
"Aku tak bisa kesana, aku ada urusan penting saat ini."
Deg!
Serantai kalimat yang diucapkan lewat sebrang telfon itu kembali membuat hatinya hancur. Air mata mulai berlinang, ia berusaha sebaik mungkin agar air mata itu tak jatuh saat itu.
"Baiklah tak apa, aku tahu Sasu-kun sekarang sedang sibuk tapi apakah Sasu-kun tak bisa menemuiku bahkan untuk terakhir kalinya?"
"Apa maksudmu?" dari sebrang telfon Sasuke mengerutkan alisnya.
"Tak apa, lupakan saja."
"Hn, aku tutup. Sampai jumpa."
"Sampai jum-"
Pip
Sakura menggigit bibir bawahnya menahan isak tangisnya. Kekasihnya bahkan mematikan telfonnya dengan buru-buru hingga dirinya tak sempat untuk mengucapkan salam.
Air mata yang berusaha ia bendung sedari tadi kini tumpah membanjiri kedua pipinya. Pada sepekan lalu dirinya sudah mempersiapkan seluruh hal untuk bertemu dengan kekasihnya itu.
Hingga dirinya pun meminta izin untuk pulang kerja lebih cepat agar dia bisa langsung bertemu kekasihnya. Namun naasnya itu semua kembali hancur ketika pekerjaan kekasihnya membuat kencannya harus kembali gagal.
Riasan tipisnya sekarang telah luntur oleh tetes demi tetes air mata yang keluar dari sepasang emerald hijaunya. Tepat disaat itu juga kelopak bunga sakura pun berjatuhan seakan ikut menemani dikala perasaan sedihnya saat itu.
.
.
.
Dipagi hari itu sinar matahari kembali menyinari kota itu. Udara sejuk kembali berhembus dan membawa ke segaran bagi mahluk hidup.
Diapartementnya gadis bernama Haruno Sakura itu tengah bersiap untuk kembali bekerja. Ia menyiapkan segala perlengkapannya mulai dari baju yang akan ia kena kan, dokumen yang telah ia kerjakan, dan juga perlengkapan lain seperti tas, ponsel, dan laptop.
Setelah selesai ia kembali berjalan menuju dapur dan menyiapkan sarapan secepat mungkin. Sakura memutuskan untuk sarapan hanya dengan roti selai dengan susu dengan rasa vanilla sebagai minumannya. Setidaknya itu lebih baik daripada ia harus berangkat kerja tanpa melahap sarapan sedikit pun.
Ting tong! Ting tong!
Bel apartement miliknya berbunyi sepagi ini? Siapa yang akan berkunjung sepagi ini? Apa orang itu tak tahu gadis Haruno itu akan berangkat bekerja?
Tak mau ambil pusing dengan pertanyaan yang muncul dalam benaknya, Sakura langsung saja meletakkan roti itu kembali pada piring makannya lalu mengangkat pantatnya dan melangkah kan kaki jenjangnya yang terbalut stoking hitam.
Tangannya menggapai kenop pintu itu dan memutarnya perlahan, setelah pintu itu terbuka mulai tampak sosok sahabatnya.
Tubuh indah dengan lekuk tubuh yang menggoda, rambut panjang dan halus berwarna pirang yang saat ini tengah dikuncir kuda. Jangan lupakan mata birunya yang seindah langit cerah disiang hari itu, hidung mancung, dan bibir yang terpoles lipstik merah. Satu kata untuk menggambarkan kecantikan sahabatnya itu, sempurna!
Ya, Sakura pun sangat percaya akan hal itu. Temannya itu juga mempunyai darah keturunan Paris dari ayahnya. Jadi tak heran jika rambut panjangnya itu berwarna pirang asli.
Tapi siapa sangka sahabatnya itu mempunyai kelemahan disemua mata pelajaran. Dia bahkan tak pernah paham satu materi pun jika tak dijelaskan kembali olehnya.
Dia sangat butuh bimbingan darinya soal pelajaran dikelas dulu. Tak percaya? Sakura awalnya pun tak mempercayai hal itu namun itulah kenyataannya.
Kecantikan sahabatnya itulah yang telah menutup semua kelemahannya.
"Hei Sakura? Hei, jangan melamun! Aku tahu kau sedang menikmati kecantikanku ini." ucap Ino percaya diri.
"Heh? Menikmati kecantikanmu? Bermimpilah nona Yamanaka, karena hal itu takkan terjadi dalam hidupku." remeh Sakura.
"Kau tetap sama saja forehead! Kau menyebalkan!" Ino mengembungkan pipinya sebal.
"Jangan memasang tampang seperti itu, kau terlihat seperti nyonya Puff yang ada di Spongebob, hati-hati pipimu meletus." perempatan didahi Ino mulai terlihat. Sakura malah tertawa melihat wajah konyol sahabatnya itu.
"Berhentilah tertawa jidat!" amuk Ino.
"Hahaha.. Wajahmu terlalu konyol Ino, aku tak tahan untuk tak tertawa."
"Huh! Sudahlah. Cepat masuk dan habiskan makananmu!"
"Baiklah, kalau begitu ayo masuk!"
.
.
.
Mobil sedan berwarna silver itu melaju dengan kecepatan sedang. Jika kalian bertanya siapa pemilik mobil itu, tentunya Yamanaka Ino. Yup! Walau Ino adalah atasan Sakura tapi mereka berdua tetap menjaga persahabatan mereka.
Pada awal Sakura melamar kerja sebagai sekertaris dikantor Yamanaka milik Ino membuat atasannya itu terbelalak kaget. Pasalnya mereka berdua sudah 2 tahun tak berjumpa setelah kelulusan mereka.
Pada akhirnya Sakura diterima langsung di Yamanaka corp. Tentunya si gadis merah muda itu disambut hangat oleh sahabatnya. Sakura yang merasa sungkan akhirnya memanggil embel-embel "-san" pada Ino.
Tentu saja hal itu mengundang jitakan keras dikepala nya, belum lagi omelan dari mulut cerewet sahabatnya itu.
Kini sudah berjalan 1 tahun semenjak ia bekerja di Yamanaka Corp, dan mulai dari awal bekerja ia diantar ketika berangkat kekantor oleh sahabatnya sendiri.
"Sudah setahun, rasanya sangat singkat bukan?" Sakura mulai memecah keheningan.
"Setahun?"
"Maksudku sudah setahun lalu aku bekerja di Yamanaka Corp." jelas Sakura. Ino menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Kudengar kemarin ada yang meminta ijin untuk pulang kantor lebih cepat dan meninggalkan pekerjaan nya demi kencan." sindir Ino.
"I-Itu.. Aku.. Aku tak jadi kencan."
"APA?! KALIAN TAK JADI KENCAN LAGI?!" teriak Ino kaget. Sakura merasakan telinganya bergengung. Teriakan Ino memang berbahaya, batin Sakura.
"Bisakah kau tak berteriak?!"
"Ekhm! Baiklah teruskan." Ino kembali bersikap normal dan kembali menjalankan mobilnya ketika rambu lalu lintas didepannya berubah menjadi hijau.
"Kami batal kencan lagi, Sasuke memiliki urusan penting dan dia membatalkannya." Sakura mulai menundukkan kepalanya.
Ino melirik sahabatnya, ia tahu bagaimana perasaan sahabatnya. Sudah 5 bulan belakangan ini kekasih Sakura menjadi mendadak sangat sibuk. Padahal dihari-hari biasanya pria itu masih sempat untuk berjalan-jalan dengan sahabatnya itu.
"Sakura, apa kau tak curiga pada sesuatu?" tanya Ino. Sakura mengerutkan kedua alisnya.
"Curiga? Tentang apa?"
"Mungkin saja ada sesuatu yang disembunyikan kekasihmu." Sakura mencelos.
"Tidak mungkin."
"Ta-Tapi forehead aku juga curiga pada kegiatan nya yang sangat sibuk itu, kenapa dia sampai benar-benar tak bisa menemuimu? Mungkinkah dia memiliki ga-"
"CUKUP INO!" bentak Sakura.
"Sa-Sakura.. "
"Kumohon diam, aku.. Aku akan berusaha selalu percaya padanya Ino. Hanya dia yang kumiliki setelah kedua orang tuaku meninggal, hiks.. " Sakura terisak. Itu memancing Ino untuk menoleh padanya.
Ino mengalihkan pandangannya pada Sakura dan menggenggam erat salah satu tangan sahabatnya itu. "Maafkan aku, tapi aku janji, aku akan selalu berada disampingmu disaat kau membutuhkan ku ataupun tidak." ucap Ino.
Tanpa sadar sebuah truk pengangkut kayu sedang melaju diarah berlawanan. Sedangkan Ino masih menggenggam tangan Sakura.
TIIINNNN!!
Klakson yang dibunyikan oleh supir truk itu membuat Ino dan Sakura seketika menengok kearah depan. Jarak antara mobil sedan itu semakin mendekat kearah truk, dan tabrakan tak bisa terelakan kembali. Sedan berwarna silver itu menabrak langsung truk itu.
Sebelum tabrakan itu terjadi Sakura segera melepas sabuk pengamannya lalu bergegas melingkupi tubuh Ino. Sang nona Yamanaka itu berusaha memberontak dalam pelukan sahabatnya. "Tidak Sakura, jangan tutupi tubuhku! Kau bisa terluka!"jerit Ino.
BRAKKK!!
Tabrakan pun akhirnya terjadi. Mobil yang dikendarai Ino saat ini penyok dan kini berguling-guling diaspal. Posisi mobil itu rusak parah, mobil itu juga terbalik.
Kaca depan milik mobil Ino pun juga pecah, sebagian dari pecahan kaca mobil itu menancap pada punggung Sakura. Ino maupun Sakura saat ini tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian para warga disekitar berdatangan untuk menyaksikan lebih dekat para korban. Supir truk bersama rekannya selamat, truk itu hanya mengalami penyok dibagian depan dan juga pecah kaca bagian depan.
Supir truk beserta rekannya hanya cidera ringan, dan mereka masih dalam keadaan sadar. Ambulance datang dan memecah jalanan. Petugas ambulance dengan cepat segera membantu para korban, supir dan rekannya segera diobati.
Sementara itu polisi menyuruh para warga maupun wartawan untuk mundur atau menjauhi tempat kecelakaan. Para pemadam membantu untuk mengeluarkan tubuh Sakura dan Ino. Penyelamatan itu cukup membutuhkan waktu lama, menghabiskan waktu sekitar 45 menit tapi akhirnya keduanya bisa dikeluarkan dari badan mobil yang telah rusak itu.
Ino dan Sakura segera mendapatkan pertolongan pertama. Gadis pirang itu perlahan membuka kelopak matanya dan menampakkan mata birunya. Ia terkena lebam dan sempat terbentur namun ia masih bisa sadar untuk sekarang.
Ia berusaha bangun dari tandu nya. Matanya berusaha mencari sosok bersurai merah muda. Namun sayangnya ia menemukan sosok itu dalam keadaan sekarat. Sahabatnya itu penuh luka.
Kepala terbentur hingga berdarah, lebam diseluruh tubuh, luka menganga dilengannya, dan juga luka bekas tancapan kaca dipunggung sahabatnya.
Ino segera menghampiri sahabatnya dengan langkah tertatih. Ia meneriaki namanya, menepuk pelan pipi gadis itu. Ino berusaha membuatnya bangun.
"Hiks, kumohon Sakura! Bangun.. Hiks, Sakura.. Kumohon.. " isak Ino.
Pada akhirnya Sakura bisa membuka sedikit kelopak matanya. "Sakura.. Hiks." betapa bahagianya Ino melihat sahabatnya sadar.
"Aku tak tahan, laghi.. " ucap Sakura dengan nafas yang terengah-engah.
"Tidak! Kau harus tetap bangun Sakura! Kau tak boleh tidur! Kau kuat!" bentak Ino.
"Ino.. Akhu selalu menyayhangi mu.. Uhuk." Sakura mengeluarkan senyum tipisnya.
"Percuma kau menyayangiku jika kau tak disisiku bodoh! Tetaplah buka matamu! Kita akan membawamu ke rumah sakit! Setidaknya bertahanlah demi Uchiha itu!"
"Tak bhisa.. Aku, uhuk! Hah hah.. Tak kuat lagih."
"Tidak! Kau kuat! Hiks, kumohon.. " Ino memelas saat itu.
"Katakan padha Sasukeh.. Akhu mencintainyah!"
"Tidak! Kaulah yang akan mengatakan hal itu pada Sasuke sendiri!" tolak Ino.
Sakura akhirnya memejamkan matanya kembali. Bersamaan dengan itu juga Ino menjeritkan nama Sakura. Ia begitu terpuruk melihat sahabatnya seperti ini.
"SAKURA..! BANGUN! BANGUNLAH! KAU TAK BOLEH SEPERTI INI! BANGUN BODOH!" Ino berteriak histeris disana.
Para petugas segera memisahkan keduanya. Sakura segera dirawat oleh segerombolan petugas ambulance sedangkan Ino disuntikkan obat bius untuk menjaganya tetap tenang.
.
.
.
Diperusahaan Uchiha Corp pagi itu terlihat seperti biasa. CEO perusahaan raksasa itu kini tengah fokus pada setiap ketikan jarinya pada laptopnya.
DEG
Entah kenapa dadanya tiba-tiba merasa sesak. Ia menghentikan ketikan jarinya. Pikirannya saat ini malah terpusat pada Sakura, sang kekasih yang ia cintai. Sasuke memutuskan untuk meminum air putih yang sudah tersedia dimeja kerjanya.
PRANGG!
Tanpa sadar tangannya ikut menyenggol sebuah bingkai foto dimejanya. Tangannya memungut bingkai foto itu dan melihatnya. Bingkai foto kekasihnya yaitu Haruno Sakura saat ini telah rusak. Kaca bingkai telah pecah berkeping-keping.
Firasat buruk mulai memenuhi pikirannya. Namun hal itu segera ia tepis. Tapi semua itu masih tak mengurangi ke khawatirannya pada gadis yang ia cintai itu.
Sudah beberapa bulan ini dia berusaha menghindari kekasihnya, Haruno Sakura. Hubungan yang ia jalani 2 tahun itu telah menumbuhkan rasa cinta teramat sangat dalam hatinya.
Haruno Sakura, hanya kekasihnya lah yang bisa merebut hatinya. Namun masalah yang dihadapinya membuat dirinya harus meninggalkan gadis itu.
Ayahnya memutuskan untuk menjodohkannya dengan putri dari klan Uzumaki untuk kontrak bisnis. Keluarga yang lainnya pun juga setuju mengingat mereka tak pernah melihat Sasuke membawa pasangannya.
Lalu dengan bodohnya Sasuke mau menerima itu semua tanpa pikir panjang. Bahkan dirinya tak berusha untuk mempertahkan hubungannya dengan Sakura sedikit pun, dia hanya menurut pada kedua orang tuanya.
Dan kini dirinya merasa sangat tak betah 5 bulan belakangan ini, tanpa hadirnya gadis bersurai merah muda dengan mata emerald nya yang meneduhkan itu.
'Aku merindukanmu Sakura.. ' batin Sasuke.
Sesaat setelah itu Sasuke melayangkan pikirannya pada sosok kekasihnya. Namun hal itu tak bertahan lama saat seseorang membuka pintu ruangannya dengan keras.
Namikaze Naruto, sahabatnya itu sedang menatapnya dengan tatapan panik. Sedangkan Sasuke mengernyitkan dahinya tanda heran.
"Teme! Sakura-chan kecelakaan!"
DEG
Nafas Sasuke seakan terputus saat itu juga. Mata onyx kelam itu sontak terbuka lebar. Matanya kembali menatap ke bingkai foto kekasihnya yang ada dalam genggamnya.
"Sakura-chan saat itu sedang ke kantor diantar oleh sahabatnya, Yamanaka Ino. Mobil mereka menabrak sebuah truk hingga terguling-guling dijalan dan berada dalam posisi terbalik." jelas Naruto.
Sasuke semakin cemas. Dirinya berusaha berdiri dari ruangannya dan menuju ke Sakura berada. "Dobe apa kau tau dimana rumah sakit tempat Sakura dirawat?" tanya Sasuke dengan nada bergetar.
"Dia dirawat dirumah sakit Konoha pusat, cepat susul dia teme! Aku akan mengurus pekerjaan mu disini dulu."
"Arigato Naruto!" Sasuke langsung berlarian dikantornya.
Ketika lift yang dia tunggu tak kunjung datang dirinya memutuskan untuk berlari turun menyusuri tangga darurat kantornya. Dirinya tak memperdulikan lelahnya kaki saat terus berlari. Pikirannya hanya fokus pada gadis itu,Haruno Sakura.
Tatapan para pegawai juga dia abaikan. Dirinya tak peduli dengan semua tatapan heran penuh tanda tanya dari semua pegawainya. Yang kini dibutuhkannya adalah kekasihnya selamat. Dirinya bersumpah jika Sakura mati maka dirinya juga akan mati.
Tak peduli seberapa kuatnya orang mencegahnya, dirinya akan tetap menyusul Sakura jika gadis itu tiada. Dirinya tak akan membiarkan Sakura meninggalkan nya selamanya.
.
.
.
Mobil berwarna hitam itu berhenti diparkiran rumah sakit Konoha pusat. Sang pengemudi segera keluar menampakkan wajah penuh perasaan gelisahnya.
Kakinya segera berlari kedalam rumah sakit dan mencari ruangan kekasihnya. Ketika dirinya sampai didepan ruang operasi Sakura dia sudah bisa melihat kehadiran para sahabat kekasihnya.
Tatapan para sahabat Sakura itu kini beralih menatapnya. Salah satu dari mereka langsung berdiri dan melangkah kearahnya.
"Mau apa kau kesini?" tanya Gaara datar.
"Aku ingin tahu keadaan kekasihku."
BUG
Pukulan dari Gaara membuat Sasuke langsung terjatuh dilantai rumah sakit. Tangan Gaara mengepal erat. Apa orang ini tak punya malu? Batin Gaara.
"Apa kau bilang? Setelah kau menyakitinya kau bilang ingin tahu keadaannya? Apa kau tak punya rasa belas kasih tuan Uchiha?! Kau yang memilih pergi secara diam-diam dan sekarang kau masih ingin menemuinya? Dimana otakmu bodoh!" bentak Gaara.
"Aku tak peduli apapun kata-katamu, aku disini untuk kekasihku! Dan aku memutuskan untuk memperjuangkan hubungan kami!" tegas Sasuke.
GREP
Tangan Gaara menarik kasar kerah kemeja yang Sasuke kenakan. Gaara menatap tajam kedalam sepasang mata onyx milik Sasuke didepannya.
"Kau.. Takkan kubiarkan dirimu menyakiti Sakura! Kau takkan boleh menemuinya lagi Uchiha! Cukup sudah kau menyakiti dia dan kini aku akan menjauhkannya darimu!"
"Sejauh apapun kau memisahkan kami, diriku akan tetap menemuinya. Aku akan tetap mencarinya. Aku akan tetap mencintainya! Ingat itu tuan Sabaku."
Gaara saat ini semakin kesal. Dirinya sudah semakin muak pada Sasuke yang seenaknya bisa menyakiti Sakura. Walau dirinya hanyalah sahabat bagi Sakura namun dirinya sudah seperti kakak kandungnya. Dan sebagai seorang kakak, Gaara takkan pernah membiarkan adiknya tersakiti.
Tangan Garaa semakin meremas kencang kerah baju Sasuke. Tangan kanannya kini ia lepaskan namun sedetik kemudian dia berusaha menonjok wajah sang Uchiha yang telah berani menyakiti adiknya.
Sebuah tangan kembali mencegahnya. Tangan halus nan lembut milik kekasihnya telah menghentikan tangannya yang hendak menonjok wajah tampan pemuda didepannya.
"Jangan hentikan aku Matsuri! Biarkan aku menonjok dia!" amuk Gaara.
"Tidak Gaara-kun! Takkan kubiarkan dirimu menonjoknya disini! Ini rumah sakit, dan kita akan mengganggu pasien lain jika kita membuat keributan disini." ucap Matsuri.
Secara perlahan Gaara mulai melepas tarikannya pada kerah Sasuke. Ia bangkit dan berdiri merapikan pakaian yang dipakai. Iris matanya tetap menatap tajam Sasuke yang saat ini mengelap luka disudut bibirnya.
"Jika kau menyakiti Sakura lagi maka akulah yang akan pertama kali membunuhmu. Ingat itu baik-baik Uchiha." ancam Gaara.
"Tunggu Gaara! Kau tak bisa memberikan kesempatam untuk pria seperti dirinya! Dia sangat tak pantas memiliki Sakura dan aku tak akan membiarkannya menyakiti Sakura!" sosok Ino tiba-tiba muncul disana.
Tubuh gadis pirang itu saat ini terbalut pakaian khas pasien rumah sakit. Beberapa daerah tubuhnya telah ditutupi perban. Matanya menatap Sasuke dengan dingin.
"Kau.. " Ino menjeda ucapannya.
"KAULAH YANG MEMBUAT SAKURA TERPURUK! SUDAH CUKUP 5 BULAN INI KAU MENJAUHINYA HANYA GARA-GARA ACARA PERTUNANGAN BODOHMU ITU! AKU TAK PEDULI DENGAN SEMUA ITU, TAPI JIKA KAU MENCINTAI SAHABATKU KENAPA KAU TAK BERUSAHA BODOH!" bentak Ino.
Sementara itu Sasuke hanya bisa diam terpaku. Kenapa? Kenapa dirinya tak memperjuangkan Sakura?
"Kenapa kau diam? Kau tak punya mulut? Cepat katakan alasanmu bodoh! Kau mau membuat sahabatku terus tersakiti?! Jika kau tak mencintainya lepaskan dia dan-"
"TUTUP MULUTMU ITU YAMANAKA!" bentak Sasuke.
Keadaan semakin ramai. Beberapa orang yang berada dirumah sakit menyaksikan mereka. Suara bentakan, teriakan, dan juga makian membuat orang-orang menjadi penasaran pada apa yang sebenarnya terjadi disini.
Sementara itu Sasuke dan Ino masih tetap terdiam. Mata mereka saling berbagi tatapan tajam dan dingin. Orang-orang disana berbisik-bisik sambil terus melihat kearah Sasuke dan Ino.
"Kalian puas? Kita saat ini diperhatikan orang banyak, good job!" sindir Gaara.
"Aku tak peduli akan hal itu. Dengar Yamanaka, aku takkan pernah melepaskan Sakura. Sekalipun tak akan pernah kulepaskan!" tegas Sasuke.
Ino menarik sudut bibirnya. "Kenapa? Apa kau masih belum puas menggantung perasaan Sakura begitu saja?"
JLEB
"Bukankah kau ingin Sakura bahagia? Lalu kenapa kau menyetujui perjodohanmu?"
JLEB
"Bukankah jika begitu kau ingin Sakura tersiksa?"
JLEB
Cukup. Dia saat ini hanya bisa terdiam. Kenapa dirinya seperti ini? Dirinya pun juga tak mengerti.
Jangan tanyakan apapun tentang hal ini. Karena percuma, dirinya sama sekali tak tahu harus mengatakan apa. Bibirnya hanya bisa bungkam. Otaknya tak bisa menemukan jawaban yang tepat.
Lidahnya terasa kelu untuk membalas setiap pertanyaan pedas dan menusuk dari Ino.
CKLEK
Seluruh pasang mata langsung menatap kearah pintu ruang UGD yang saat ini terbuka. Dokter dan rekan-rekannya keluar dari ruangan itu dengan raut wajah sedih.
Hal itu membuat Ino, Matsuri, Gaara, dan juga Sasuke semakin berpikir buruk. Ino langsung berlari menuju dokter itu.
"Dokter! Bagaimana keadaan sahabatku dokter? Di-Dia selamatkan?" dokter itu diam membisu.
Lalu Ino segera beralih pada suster yang ada disamping dokter. "Suster! Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan? Dia hanya terluka, benar bukan?" suster itu menggeleng lemah.
Ino, Sasuke, Gaara, dan Matsuri sontak membelalakkan matanya. Ino perlahan melangkah mundur, nafasnya tak beraturan.
Tangannya mencengkram erat rambut pirangnya. Dan saat itu juga tangis Ino mulai pecah. Matsuri yang ada disana langsung berlari memeluk Ino. Dia menangis bersama Ino namun dirinya juga berusaha menenangkan gadis pirang itu yang kini berteriak histeris.
Sasuke? Dia terpaku. Mata onyx nya beralih menatap Sakura yang berada didalam ruang rawat dari balik pintu.
Kosong dan hampa..
Itulah yang dia rasakan saat mengetahui sang kekasih telah tiada dan meninggalkannya. Kekasihnya kini telah kembali kesisi tuhan dan meninggalkannya sendiri dibumi.
Sakura memilih untuk pergi dan menjauh ketempat yang sulit dijangkau olehnya.
Lalu sekarang apa? Apa yang harus ia lakukan?
.
.
.
Mobil hitam itu saat ini melaju kencang membelah jalanan. Sasuke melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Pikirannya hanya satu yaitu, menyusul kekasihnya. Dia mengemudi dengan ugal-ugalan dijalan.
Dalam pikirannya terlintas jejak kenangannya bersama sang kekasih. Beribu kenangan indahnya dan Sakura terlintas begitu saja saat itu.
Ingatan dihari Sakura mulai menjadi kekasihnya, lalu bagaimana serunya kencan yang pernah mereka alami, ciuman manis dibawah festival kembang api tahun lalu, pelukan hangat dimusim dingin yang selalu Sakura berikan, serta ingatan kisah mereka yang bergurau ria dibawah pohon sakura ketika musim semi tiba.
Ya, ingatan manis bersama kekasihnya yang menghabiskan waktu dibawah pohon sakura. Menghitung berapa banyaknya helai kelopak bunga sakura yang berjatuhan, dan menikmati indahnya.
Air mata Sasuke seketika turun begitu derasnya. Ia masih belum percaya Sakura meninggalkannya tanpa membuatnya merasakan pelukan hangatnya.
Ia tak bisa menerima bahwa dirinya akan kehilangan sosok yang begitu berarti untuk hidupnya. Sosok yang selalu memberikan kehangatan, kenyamanan, kasih sayang, dan juga cinta untuknya.
Dan saat ini semua yang dia rasakan dengan Sakura akan lenyap tanpa jejak. Dirinya takkan lagi menerima pelukan hangat, matanya takkan bisa memandang indahnya senyum dibibir gadis itu.
Tangannya kehilangan rambut favorite yang biasa ia elus lembut, telinganya takkan lagi mendengar suara manis dari kekasihnya.
Tiba-tiba Sasuke tersadar dari pikirannya. Ia menatap kaget kearah depan, sosok gadis berambut merah muda itu berdiri didepan sana. Menampilkan senyum lembut dengan helai rambut yang terbang terkena hembusan angin.
Dengan segera Sasuke membanting setirnya kearah kiri jalan. Dan tepat didepan sana terdapat pohon sakura besar. 'Sudah waktunya.. '
BRAKKK!!
Kecelakaan itu tak bisa dihindari lagi. Mobil mewah milik Sasuke menghantam keras pohon sakura berukuran besar dikiri jalan.
Tubuh Sasuke terpental keluar dari mobil. Kondisi mobilnya rusak parah dibagian depan. Sedangkan Sasuke mendapatkan luka yang sangat banyak. Darah keluar dari kepalanya.
Ia masih bisa sadar saat itu. Mata onyx nya menatap kosong bunga sakura yang berjatuhan. Begitu indah dan menyejukkan. Bunga yang indah dan memberikan ketenangan bagi siapapun yang melihatnya.
Ia menarik sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyum kecil. Ia begitu bahagia. Ia tahu sebentar lagi dirinya akan meninggalkan orang-orang yang menyayanginya. Tapi dia juga senang dirinya akan kembali bertemu dengan kekasihnya disana.
Dan dia yakin takkan ada yang akan memisahkan mereka disana.
Nafasnya mulai terhenti, matanya mulai tertutup namun senyum tipisnya masih tetap ada diwajahnya.
'Tunggu aku Sakura!'
.
.
.
END
❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro