Pandemi dan SWAB
Icha keluar dari laboratorium seraya memegang hidungnya setelah tesnya hari ini. Wanita itu memegang kertas berisi hasil pemeriksaannya kemudian melirik pada pria di sampingnya yang kini malah berlari dengan cepat dan masuk ke dalam mobil lebih dulu. Dasar pria pelit parno menyebalkan!!!
"Aku bilang aku nggak ada gejala apa-apa dan aku nggak kenapa-kenapa jadi kenapa kita harus SWAB seminggu tiga kali sih hah?!" ucap Icha begitu masuk ke dalam mobil.
Mushkin menyalakan mesin mobilnya. Ia sibuk berbicara dengan tukang parkir seolah mencari kegiatan lain agar tak mendengar omelan Icha dan itu semua membuat Icha ingin menjambak rambut suaminya sampai botak. Bair saja. Biar Mushkin jadi paket komplit pria yang tak diinginkan di dunia. Jelek, botak kayak tuyul, pelit, parnoan, dan ngeyel. Mampus lo nggak ada yang mau! Dumel Icha dalam hatinya.
"Aku baru pulang dari Bali abis nengokin Bang Muda, yang. Aku takut aja pulang-pulang bawa virus dan nularin kamu sama Dylan."
Icha menggerak-gerakkan tubuhnya. Ia menatap Mushkin dan berkata, "Tapi kamu pulang dari hotel aja SWAB, sayangku. Nggak dari Bali aja."
Mushkin tersenyum dan berkata, "Pencegahan, sayang."
"Pencegahan itu menerapkan 5M kali. Mencuci tangan, Menjaga jarak, Memakai masker, Menjauhi kerumunan sama Mengurangi mobilitas. Itu 5M. Kenapa ditambahin jadi 5M + 1S alias Swab?"
Mushkin menatap Icha dan mulai menjelaskan, "Yang namanya udah menerapkan prokes kalau kena ya kena aja, nah untuk tahu kena atau nggak ya aku tes dong yaang, makanya rajin tes supaya tahu kalau aku—"
"Tapi kamu parnoan banget!" kata Icha.
"SWAB nggak ada cashback dan promonya loh Mustopaaaaa," tambah Icha memperingati.
Mushkin terkekeh, "Sebenernya aku ambil promo paketan di Lab barusan sih Cha. Lebih banyak ambil paketannya lebih murah harganya."
"BANGKEEEEE," teriak Icha.
Mushkin tersenyum, "Nggak apa-apa Cha. Tesnya kan kepake sama kita."
"Kepake karena lo nggak parno-parno amat takut ketularan pasti. Lo pake karena sayang aja kan takut rugi tar kuota paketan masih ada tapi waktu penukaran udah abis. IYA KAN MUSTOPA? BEGITU KAN KENYATAANNYA?!"
Alih-alih menjawabnya, Mushkin malah menatap Icha dan tersenyum kemudian berkata, "I love you."
"I LOVE YOU, I LOVE YOU. LAMA-LAMA GUE LOVE NYA SAMA PETUGAS LAB AJA DAH! DIA LEBIH BANYAK NYOLOK GUE DARIPADA LO!"
"Astagfirullah Cha, ngomongnya colok-colokan," ucap Mushkin.
Icha memegang hidungnya yang masih terasa sakit, menatap suaminya penuh perhitungan kemudian berteriak, "BODO!"
****
Icha masuk lebih dulu ke dalam rumah, meninggalkan Mushkin yang masih menarik pagar di luar. Mulutnya menganga begitu mendapati keadaan rumahnya yang sudah seperti korban bencana alam. Icha menggerakkan mulutnya, mencoba untuk menenangkan diri dengan cara berdzikir. Ia meredam emosi yang tertahan dalam dirinya. Sebisa mungkin mencoba mendinginkan api amarah yang mulai membara dalam hatinya—yang siap meledak dan mengucapkan kata-kata yang mungkin bisa menghancurkan rumah kesayangannya. Kalau Mushkin yang membuatnya begini sih mudah saja, Icha bisa berteriak kepadanya sekeras mungkin. Masalahnya... yang membuatnya seperti ini adalah ANAKNYA SENDIRI! DARAH DAGINGNYA SENDIRI! Ia memang keluar dari perutnya atas bantuan dokter alias lewat operasi, TAPI TETAP SAJA ICHA MENGALAMI RASA SAKIT YANG AMAT SANGAT SETELAHNYA.
Oh Tuhan.
"Mengapa semua ini terjadi kepadaku..." kata icha seraya bernyanyi dengan suaranya yang tertahan karena emosi.
Ia menatap ruang tamunya dengan prihatin. Semua mainan Dylan berserakan dimana-mana, belum tenda besar yang didirikan oleh ayahnya satu minggu yang lalu, kemudian ada juga coretan-coretan crayon di keramik rumah Icha yang indah ini. Hahaha.
"Dy...sayangnya bunda, sayangnya Daddy. Kenapa lantainya dicoret-coret sayang? Dylan kan udah besar nak, udah bisa gambar di buku," katanya memperingatkan.
Anaknya yang tampan itu tidak menjawab dan malah terkekeh lalu melanjutkan aktivitasnya kembali bersama teman-temannya. ASTAGA! Tidak diragukan lagi. Anaknya yang satu ini memang keturunan Mushkin!
"Astagfirullah robbal baroyaaaa Astagfirullah minal khotoya," Icha bernyanyi seraya berdzikir untuk dirinya sendiri.
"Apa? Kenapa?" tanya Mushkin yang baru saja masuk ke dalam rumahnya.
Icha mendelik tajam ke arahnya namun kemudian tatapannya berubah menjadi tatapan melas dan membutuhkan pertolongan Mushkin untuk menyelamatkan rumah kesayangannya.
"Ada pandemi di rumah kita yaaang,"kata Icha.
Mushkin mengerutkan keningnya, "Pandemi apaan?" tanyanya.
Icha menunjuk ruang tamunya dimana Dylan sedang bermain bersama teman-temannya termasuk Hasya dan Putra.
"Pasukan ANak deDEMIt," kata Icha dengan lemah.
Mushkin tertawa dengan keras. Ia menatap anak-anak yang sedang sibuk bermain dan menunjuk mereka, "Anak kita di sana juga yaang, kalau dia ikut pasukan anak dedemit, kita dedemit juga dong?"
Icha menatap Mushkin kemudian menggeleng, "Kamu doang yang dedemitnya yaang. Aku manusia, kita kawin silang. Sayang banget darah dedemitnya lebih kental dari darah manusia," gerutunya.
Mushkin menutup bibirnya rapat-rapat. Kalau ia menjawab ucapan Icha atau melawannya, Mushkin pasti akan menjadi pelampiasan amarah Icha pada anaknya sehingga Mushkin memilih untuk diam dan mendekat pada anaknya untuk memberitahunya baik-baik.
"Jagoannya Daddy, kalau gambar-gambar itu di buku aja ya? Kalau di lantai, nanti waktu Dylan injek lantai, kotor kena kakinya."
Dylan menatap ayahnya kemudian berkata, "Daddy bilang Dylan boleh gambar dimana aja," ucapnya.
"MAMPUS LO DIBALIKIN SAMA ANAK!" teriak Icha di belakangnya. Mushkin mendelik namun Icha sudah sibuk dengan kegiatannya membereskan rumah.
Icha ini memang tipe wanita yang senang mengomel namun pada akhirnya ia bereskan juga. padahal tidak perlu mengomel juga tetap ia bereskan kan? Aneh sekali memang. Mengomel adalah nama panjang dari Icha. Jadi nama lengkapnya Gannisya Araadya Mengomel. Eh lupa, Iskandar nya harus terbawa, itu nama ayahnya. Salah-salah Mushkin dipecat jadi menantu nanti.
***
"Cha... Pak Gunawan positif."
Mushkin menghampiri Icha yang baru saja kembali dari kamar Dylan untuk menidurkannya. Wanita cantik itu mengerutkan keningnya, "Siapa Pak Gunawan?" tanyanya.
"Ituloh yaang, yang punya pabrik roti di depan komplek."
"Oh, bapak itu," kata Icha. Ia melirik Mushkin dan bertanya, "Kok kamu tahu kabar bapak depan komplek?"
"Ya tahu lah, Grup WA dong Cha," katanya.
Icha membentuk bibirnya dengan huruf O. Paham dengan apa yang dikatakan oleh Mushkin.
"Aku tadi pas nutup pager ketemu Pak Gunawan," ucap Mushkin tiba-tiba.
Icha mendelik tajam ke arahnya. Wanita itu mengangkat jarinya tinggi-tinggi, "Awas aja kalau besok kamu ajak aku SWAB lagi!" ancamnya.
Mushkin diam, sibuk dengan pikirannya sendiri sementara Icha yang mulai melihat gelagat keresahan dari suaminya meraih tangan Mushkin dan menggenggamnya.
"Yaaang. Dengerin aku. Kamu cuman ketemu aja kan? Nggak ngobrol?" tanyanya.
Mushkin mengangguk, "Aku aja sih yang tadi nyapa, Pak Gunawannya dadah-dadah doang."
"Ya Allah kalau bukan suami udah gue bejek-bejek," gerutu Icha.
Mushkin yang mendengarnya menatap Icha tak menyangka, "Yaang kamu tuh ya—"
"Kentang mustopa sayang. Begini! Ini kan masalahnya sama imun yah sayangku, orang kalau imunnya bagus, virusnya nempel juga nggak akan ganggu badannya. Sebelum kamu yang ketemu dalam jarak jauh dan cuman lambai tangan doang, masih ada istrinya Pak Gunawan yang tiap malem mereka ciuman atau apa gitu. Nggak usah jauh-jauh mikirnya napa sih ah kenapa sih?! mencegah boleh, tapi parno ya jangan. Parnonya kamu lebay tahu nggak!"
Mushkin menghela napas, "Aku kan cuman takut kalau kamu sama Dylan kena juga ketika aku kena," katanya.
Icha menganggukkan kepalanya, "Iya. Udah tahu, tapi ya udah nggak usah ngeribetin diri sendiri. Dibilangin pencegahan tuh bukan terus-terusan tes napa sih otaknya tuh ya mentang-mentang di rumah ini yang cumlaude gue doang," gerutu Icha pada akhirnya.
Mushkin tergelak seketika. Ia menatap Icha dan mencubit pipinya dengan gemas, "Sombong," katanya.
"Orang sombong karena ada yang dia sombongin kali," sahut Icha.
"Harusnya kamu sombongin aku juga dong. Kan kamu punya suami modelan aku Cha," kata Mushkin.
Icha mencibir, "Males. Pelit," katanya.
"Aku bukan pelit, tapi aku—"
"UDAH. UDAH. CUKUP! Aku tahu kamu mau jawab apa," potong Icha.
Mushkin mengerucutkan bibirnya. Ia memutuskan untuk membuka kembali grup Whatsapp dan melihat kabar Pak Gunawan yang terbaru namun Icha yang memperhatikannya segera mengambil ponselnya.
"Udah. Nggak usah dilihat dulu grupnya. Nanti kamu makin parno."
"Kata aku mah yaaang. Kamu mending ikutan grup aku aja," lanjut Icha.
"Grup apa?" tanya Mushkin.
"SWAB," sahut Icha.
"Hah? Isinya orang-orang yang udah di SWAB? Gitu?" kata Mushkin.
Icha berdecak. Ia menggelengkan kepalanya, "Bukan. Ini grup bikinan aku, namanya SWAB. Sexy Walau Anak Banyak. Isinya ibu-ibu yang mempunyai visi yang sama, tetap sexy walaupun anaknya banyak. Ahay! Anak aku satu sih tapi aku mau tetep sexy biar bisa jadi anggota grup dalam waktu yang lama."
Ya Tuhan. Lagi-lagi. Icha dan singkatannya!
"Kalau gitu, mana coba yang sexy? Sini... kita tes dulu," kata Mushkin seraya memasukkan tangannya ke perut Icha dan meraba-rabanya untuk menggoda Icha.
Icha terkikik karena merasa geli, namun ia segera meraih wajah Mushkin dan meraup bibir suaminya dengan 'lahap'.
- END OF EPISODE –
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Semoga musicha bisa menghibur kita di kala keadaan makin runyam dan parah ini yaaa. Bismillah semoga kita semua juga bisa dilindungi. Lagi begini pasti pada kebagian, tetapi semoga aja kita kebagian sebagai orang yang menolong orang lain. Kalau aku sih udah kebagian wkwkwkwk
Inget yah, patuhi prokes yang penting tuh. bukan tes terus menerus. Si mushkin nih salah kaprah wkwkwkwkwk
Kalau ngerasa ga baik-baik aja, ada gejala, baru tes. Gitulooo
BTW aku buat cerita baru, tak henti hentinya akan aku promosikan.
Cerita pertama FF berisi tentang seorang wanita yang hidupnya penuh dengan kesialan dan mencintai seorang pria yang hidupnya penuh dengan keberuntungan (HALAH) – judulnya Give it To Me. Baru 1 prolog dan 1 part.
Cerita kedua berisi tentang seorang wanita yang terjebak dalam permainannya sendiri namun di tengah perjalanan cintanya ia menemukan sebuah alasan atas semua hal yang sudah terjadi (WANJAY) – judulnya SOMETHING ABOUT LOVE – Di post di DIVIANA90 udah 4 part, orang2 pada takut liat prolog namun aku hanya tertawa WKWKWKWK percaya deh cerita ini seruuu wkwkwkwkwk soalnya aku yang buatnya aja ketawa-ketawa (lah kok)
Haru jino masih aku ketik, tunggu aja.
Apalagi ya. Udah deh segitu wkwkwk
Semoga kita semua sehat selalu yaaa.
Dah... sampe jumpa di next episode.
Buat yang mau kasih ide, boleh banget loh. SIAPA TAU NANTI MUSICHA BISA JADI SITKOM WKWKWKWKWK BISMILLAH SITKOM!!!!
AKU SAYANG KALIAN :*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro