Music
Boboiboy Blaze.. siapakah yang tidak mengenalnya? Dia adalah anak paling hyper di sekitar komplek tempat tinggalnya. Keluarga nya juga harmonis. Kehidupan nya benar-benar indah.
"Ibu itu apa?" Blaze tidak pernah mengerti dengan alat musik yang di mainkan oleh ibunya. Semuanya benar-benar terasa baru baginya.
"Ini Biola.. kalau Blaze sedih coba dengarkan alunannya benar-benar menenangkan" Blaze diam. Benar apa yang ibunya katakan. Alunan itu benar-benar menenangkan.
Kepalanya mendongak menatap sang ibu dengan tatapan berbinar. Ia sangat ingin belajar menggunakan alat musik bernama biola itu.
"Ibu! Ajarkan aku cara bermain bersama biola!"
Boboiboy milik
ANIMONSTA
saya selalu author hanya meminjam karakternya
Special quetos
Day 4
[Music]
.
.
.
.
.
🐥HAPPY READING🐥
Matahari telah pergi digantikan oleh sang bulan. Burung-burung mulai terbang kembali ke sarangnya. Ada sebagian orang yang memilih pulang dan memutuskan untuk mengistirahatkan diri di rumah. Namun sebagian dari mereka ada yang memilih berada di luar dengan alasan refreshing.
Salah satunya adalah dia. Seorang remaja SMA yang tidak terlalu pintar dalam bidang akademik namun berbakat dalam bidang musik dan olahraga.
Namanya Boboiboy Blaze. Namanya cukup terkenal di sekolahnya karena dia adalah satu-satunya lelaki yang mau masuk ke klub musik. Memangnya dia peduli akan hal itu? Dia hanya suka bermain musik kenapa itu di permasalahkan sama orang lain?
Malam ini bagitu adalah malam membosankan bagi Blaze. Ia ingin sekali pergi ke studio musik atau setidaknya bermain musik di sekolahnya. Tapi ini sudah malam. Dirinya pasti akan ketahuan oleh ayahnya.
Blaze tidak pernah mengerti dengan pemikiran ayahnya. Ayahnya begitu membenci musik sejak ibunya meninggal karena kebakaran besar yang terjadi di pentas musik yang ia datangi 5 tahun yang lalu.
Bahkan ayahnya membakar semua alat musik milik ibunya. Ia hanya bisa bermain musik di saat sekolah sebagai dalih terpaksa masuk ekskul itu karena di paksa guru atau ke studio musik dengan alasan kerja kelompok dengan temannya yang kebetulan pemilik studio musik itu.
Beruntung ayahnya bukanlah orang yang teliti. Jadinya ayahnya tidak akan mencari tahu lebih dalam dan memilih mempercayai perkataannya.
Manik merah terangnya menatap bulan yang bersinar terang didampingi bintang-bintang yang bertebaran indah. Dirinya benar-benar bersyukur karena hari ini bisa melihat indahnya malam.
Kakinya sesekali menendang batu yang berada di trotoar jalan. Masa bodoh dengan omelan orang yang terkena batu yang ia tendang. Langkahnya terhenti ketika mendengar alunan musik yang berasal dari dalam cafe yang berada di sebelahnya.
Alunan itu begitu tidak asing di telinganya. Ia mulai tertarik. Langkah kakinya mulai berjalan memasuki cafe itu. Manik nya menatap seorang remaja laki-laki yang sedang bermain sebuah biola di atas panggung.
Sungguh pemandangan yang langka baginya melihat laki-laki yang bermain dengan biola.
"Hei! Kau tidak duduk?" Blaze terinjak kaget ketika remaja itu menyapa dirinya. Tunggu dulu? Sejak kapan permainan musik itu telah berakhir? Blaze menepuk jidatnya sambil tersenyum masam. Bisa-bisanya dirinya melamun di saat pertunjukan berlangsung.
Kini dirinya sedang duduk berhadapan dengan remaja itu. Dirinya sedikit canggung apalagi saat di tatap dengan tatapan penuh harap seperti itu. Kalau boleh jujur ini adalah pertama kalinya dia merasa canggung di hadapan orang lain.
"Kau Boboiboy Blaze kan?! Salah satu siswa SMA pulau Rintis kan?! Iya kan?!" Ini terlalu mendadak. Jujur saja anak itu terlalu hyper untuknya. Walaupun dirinya tidak bisa memungkiri jika perilakunya tidak jauh dari remaja itu. Walaupun tidak untuk saat ini.
"Y-ya aku Boboiboy Blaze... da-darimana kau tau namaku?" Remaja itu terlihat tidak puas dengan balasan yang di berikan Blaze. Sambil menggerutu dirinya mulai kembali duduk dengan tenang sambil menatap ke arah luar yang hanya terhalang oleh kaca besar.
"Padahal ku kira kak Blaze itu asyik"
Jleb..
"Taunya orangnya pemalu"
Jleb..
"Kok bisa ya terkenal di sekolah wajahnya pas-pasan padahal"
Jleb..
"Nilai akademik nya aja rendah"
Jleb..
"Uhuk.. uhuk..." Blaze mendadak terbatuk. Kata-kata remaja itu benar-benar menusuk dirinya sampai ke ulu hati. Remaja itu terlihat tertawa riang melihat ekspresi terluka milik Blaze.
"Hei pelayan! Aku pesan mocktail 1 ya! Kak Blaze mau pesan apa?" Pelayan yang baru saja tiba di meja langsung di sambut dengan teriakan dari remaja itu. Itu tidak sopan menurut Blaze. Tapi dirinya tidak bisa memungkiri jika dirinya juga seperti itu dulu.
"Kopi saja" pelayan itu mengangguk sebelum pergi meninggalkan meja. Kini atensi remaja itu kembali kepada Blaze. Blaze semakin merasa tidak nyaman sekarang.
"Oh iya! Kenalin kak! Namaku Api! Kalau kakak bertanya darimana aku tau nama kakak jawabannya adalah ini" remaja yang di ketahui bernama Api itu menyodorkan beberapa berkas yang tidak di ketahui Blaze.
Blaze menganga tidak percaya. Ini pasti mimpi. Api adalah anak dari perusahaan Musik terkenal di seluruh dunia!
"Bakat yang kakak miliki benar-benar menarik~ bagaimana jika kakak bergabung bersama kami?" Blaze terdiam. Ini adalah tawaran yang tidak boleh ia lewatkan. Manik merahnya menatap dalam manik coklat milik Api yang memancarkan kesungguhan.
"Keputusan ada pada kakak"
***
Blaze sekarang benar-benar merutuki dirinya yang bodoh. Bisa-bisanya ia langsung percaya kepada orang yang baru ia temui. Manik merahnya menatap sang ayah yang tertidur dengan laptop yang masih menyala. Ia terhenyak.
Api tidak mungkin berbohong padanya. Itu terbukti dari tumpukan file yang banyaknya luar biasa dirinya yang langsung datang ke salah satu cabang organisasi itu dan langsung di serbu dengan ajakan agar ikut masuk ke agensi mereka.
Apa ini keputusan yang benar?
Bagaimana keadaan ayahnya setelah ia pergi nanti?
Apakah ayah nya akan membencinya?
Blaze tersenyum kecut. Ini adalah pilihannya. Ia ingin terus bermain musik tanpa di halangi oleh siapapun.
"Maafkan aku ayah"
"Kali ini aku akan mengkhianati dirimu"
END
Jadi menurut kalian Blaze milih apa ya? Masuk agensi itu atau tetap berada disisi ayahnya?
Maaf ya makin jelek:"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro