Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Satu

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

Bilah bibir yang dipoles dengan pewarna merah itu terbuka. Napasnya terengah dan tubuhnya menggelinjang ketika sepasang tangan yang berurat menyentuh puting payudaranya. Ini bukanlah kali pertama puting payudaranya disentuh, namun sentuhan lelaki ternyata terasa berbeda dibanding ketika ia menyentuhnya sendiri.

Di hadapannya, seorang lelaki berwajah rupawan dengan tubuh tegap bersiap menghisap bibir merahnya yang ranum. Lelaki yang beru pertama kali ditemuinya itu mengaku bernama Keisuke, namun ia bahkan tak yakin kalau itu adalah nama asli sang lelaki atraktif.

Kejantanan lelaki itu telah menegang sepenuhnya dan kini bergesekkan dengan liang vaginanya yang tak ditutupi sehelai benangpun. Sensasi hangat dari kejantanan Keisuke membuatnya gairahnya semakin tak terkendali, rasanya ia ingin menikmati tubuh lelaki itu sesegera mungkin.

Ia mengulurkan tangan dan menatap lekat-lekat mata berpupil hitam milik lelaki itu. Kulit wajahnya putih dan mulus, kontras dengan rambutnya yang hitam legam. Meski hanya satu malam, ia ingin menghabiskannya dengan menatap keindahan wajah lelaki itu

"Malam ini aku milikmu. Kau boleh menyentuhku sepuasnya, Sakura," ucap Keisuke seraya meremas payudara Sakura.

"Kau juga. Sentuh aku semaumu," ucap Sakura seraya menyentuh pipi Keisuke dan menangkupnya dengan satu tangan.

Wajah Keisuke mulus tanpa jerawat atau setidaknya milia. Mata hitamnya yang menatap tajam seolah menusuk hingga menembus jantungnya. Bibir tipis lelaki itu sesekali menguarkan aroma mint segar.

Sakura telah tenggelam dalam gairah dan hasrat memiliki raga Keisuke. Ia segera menarik lelaki itu dan mencumbunya. Begitu ia membuka mulut, ia bisa merasakan rasa mint itu berpindah ke dalam mulutnya. 

Keisuke seolah menolak untuk didominasi lebih lama lagi. Lelaki itu membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya serta menjilat lidah Sakura. Lidah mereka berdua bersentuhan dan terasa geli sehingga membuat napas Sakura terengah. 

Selama 35 tahun hidupnya, ini kali pertama Sakura merasakan ciuman semacam ini dan rasanya ternyata ia menyenangkan. Ia merasa senang karena kali pertamanya dilakukan bersama pria seatraktif Keisuke dan ini pengalaman pertama yang layak untuk dikenang. Meski besok mereka berdua akan kembali sebagai dua orang asing, Sakura sama sekali tak menyesal.

Keisuke melepaskan pagutannya pada akhirnya dan kini bibirnya terarah pada lipatan antara leher dan bahu Sakura. Ia menghisapnya, membuat Sakura kembali menggelinjang karena geli. Berat tubuh Keisuke yang hangat dan menimpa tubuhnya membuatnya merasa ingin segera dimasuki.

Gigitan pelan Keisuke membuat Sakura terkikik geli. Lelaki itu menjilat leher Sakura sebelum kemudian mulai menjilat puting kiri Sakura yang telah meregang serta menghisapnya. Sedangkan tangan lain Keisuke masih menyentuh puting kanan Sakura.

Dengan kaki, Sakura mencoba melepaskan celana dalam Keisuke yang masih terpasang. Lelaki itu segera menjauhkan tubuhnya dan mengangkat kaki Sakura.

"Wah. Kau tidak sabar, ya?"

Sakura menyeringai."Curang kalau cuma aku yang telanjang, kan?"

Keisuke hanya membalas dengan seulas senyum tipis. Ia kemudian mengarahkan tangan Sakura ke penisnya yang telah menegang dan membiarkan Sakura mengelusnya sehingga membuatnya semakin terangsang.

Ini juga kali pertama Sakura menyentuh alat kelamin orang lain. Di saat seperti ini, mungkin seharusnya ia menghisap kejantanan lelaki itu. Namun ia merasa tidak nyaman harus memasukkan penis orang yang bahkan tak ia miliki kontaknya selain kontak di aplikasi kencan itu. Siapa yang tahu bagaimana riwayat penyakit seksual lelaki itu selain dirinya sendiri dan Tuhan --kalau memang ada?

Sakura merasa sedikit gugup. Sebelumnya ia mendapat keberanian entah dari mana karena terlanjur bergairah. Ia tidak menyangka laki-laki dari aplikasi kencan itu bahkan lebih menawan saat ditemui secara langsung. Foto misterius setengah wajahnya sudah membuat Sakura memikirkan kemungkinan terburuk sebelumnya.

Perempuan berambut merah muda itu akhirnya memberanikan diri memeloroti karet celana dalam Keisuke. Kini penis berwarna kulit milik lelaki itu telah terlihat sepenuhnya. Lelaki itu bahkan mencukur semua bulu kemaluannya hingga bersih, membuat penisnya terpampang jelas.

Sakura mulai merasa semakin gugup. Ia tidak pernah melihat penis siapapun, bahkan ayahnya sendiri. Ia hanya pernah melihat di video porno yang ditontonnya bertahun-tahun lalu. Hanya itu saja.

Tiba-tiba saja, ia merasa ngeri membayangkan penis yang lebarnya setengah dari lebar ponselnya masuk ke dalam vaginanya. Katanya, seks pertama kali akan menyakitkan. Ia tak tahu akan sesakit apa pengalaman penetrasi pertamanya.

Keisuke menyadari kalau perempuan di hadapannya adalah seorang perawan. Perempuan itu sudah bilang langsung padanya, bahkan sampai menyebut umurnya meski sebetulnya tidak perlu. Tentu saja, ini bukan pertama kalinya mencicipi tubuh perawan seseorang dan sebetulnya bercinta dengan perawan tidak semenyenangkan yang dikira orang-orang.

Beberapa perempuan merasa gugup. Ia jadi harus foreplay lebih lama dan lebih banyak menyentuh para perempuan itu sebelum bisa melakukan penetrasi. Terkadang, ada perempuan yang kesakitan saat penetrasi dan keesokan harinya perempuan itu pendarahan. Ia tak bisa melakukan seks lebih dari satu ronde ketika sudah penetrasi kalau si perempuan sudah kesakitan. 

Ia segera menepuk area bikini perempuan itu dan sedikit menyentuhnya. Ada sisa rambut yang terasa lumayan kasar ketika ia menyentuhnya. Tampaknya Sakura baru saja bercukur belum lama ini, dan ia tidak suka dengan sensasinya. Yah ... ia tak bisa berharap banyak pada perempuan perawan yang bahkan belum sepenuhnya sadar bagaimana mengurus vagina agar membuat pasangan nyaman.

Kaki Sakura mengangkang sehingga Keisuke kini bisa melihat vagina perempuan itu. Ia suka bentuknya. Labia minoranya tidak sampai menjuntai keluar dari labia majornya. Warna di bagian dalamnya kemerahan sedangkan bagian luarnya berwarna merah muda dan beberapa berwarna kulit.

Keisuke segera memasukkan jarinya dan menyentuh klitoris Sakura serta memainkanya. Ia memutar tangannya dan hanya bergerak di sekitar klitoris, membuat Sakura kembali menggelinjang.

"Ah .... ah.... Keisuke. Geli," ucap Sakura seraya merapatkan kakinya.

"Mau yang lebih enak?"

"Mau."

Keisuke segera menunduk. Matanya menatap vagina yang mulai basah karena gairah itu. Aroma vagina Sakura sedikit amis khas vagina, namun tidak sangat menyengat. Ia segera menarik napas, kemudian mulai menjilat sekitar area klitoris Sakura.

Papila Keisuke yang agak kasar terasa bagaikan sikat di area klitoris Sakura yang sensitif. Rasanya benar-benar geli sekaligus menyenangkan. Tiba-tiba saja, ia merasa seolah ingin mengeluarkan urine.

Sakura mati-matian berusaha menahan. Ia bahkan berusaha merapatkan kakinya. Namun lidah Keisuke masih tak berhenti menjilat klitorisnya. Kali ini, lelaki itu bahkan membuat gerakan menghisap.

"Keisuke. Akhu ... m-mau keluar."

Tubuh Sakura sedikit gemetar karena geli dan nikmat. Tiba-tiba saja, cairan bening menyembur keluar dari vagina Sakura. Cairan itu sedikit mengenai wajah Keisuke meski lelaki itu segera berhenti menghisap.

Entah kenapa Sakura merasa sangat lega sesudah mengeluarkan cairan itu. Rasa nikmat yang tak pernah ia rasakan sebelumnya ini sulit untuk ia ungkapkan dengan kata. Ia berharap waktu berjalan lebih lama sehingga kenikmatan ini bertahan lebih lama.

"Ah. Maaf, aku ...."

Ucapan Sakura terputus. Ia merasa malu karena tiba-tiba saja mengeluarkan cairan di wajah seseorang ketika ia sama sekali tidak bisa menahannya.

"Squirting itu wajar," jelas Keisuke seraya mengusap bibirnya sendiri dengan telapak tangan dan mengusap rambut Sakura.

"Ahaha ... maaf, ya. Ini pengalaman pertamaku. Jadi ... begitu."

"Kalau begitu, malam ini harus benar-benar berkesan buatmu."

Keisuke segera mengambil kondom yang ia letakkan di nakas serta membuka plastik pembungkusnya dengan hati-hati. Ia sengaja memilih kondom super tipis sehingga baik dirinya maupun Sakura tetap bisa merasakan kenikmatan bercinta seolah kulit mereka sungguhan bersentuhan. 

Di matanya, tubuh Sakura juga tak kalah menggairahkan. Lihatlah payudara yang masih kencang dengan puting mencuat itu. Tubuhnya yang ramping berbentuk jam pasir. Bokongnya memang tidak super besar, namun setidaknya masih bisa disentuh.

Sejak tadi, ia menahan diri untuk tidak langsung ejakulasi. Kini, ketika ia sudah tidak tahan lagi, ia segera memasang kondom dengan hati-hati. Perlahan, ia mulai memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Sakura sambil sesekali menyentak. 

"Aaahh! Keisuke!" Sakura menjerit seraya meringis begitu Keisuke menyentak untuk kedua kalinya.

Keisuke mengernyitkan dahi. Apakah perempuan itu merasa kesakitan? Haruskah ia berhenti?

"Haruskah aku lebih pelan?"

"Sakit."

Keisuke merasa bingung. Padahal vagina Sakura sudah basah sehingga seharusnya siap dimasuki. Namun kenapa perempuan itu kesakitan?

Keisuke mencoba memasukkan penisnya kembali. Kali ini ia mencoba bergoyang. Namun ketika ia mencoba masuk perlahan, rasanya seolah ada dinding yang membatasi. Ia tak bisa masuk dan kini Sakura kembali kesakitan.

"Hentikan. Tolong hentikan," pinta Sakura.

Keisuke yang terlanjur bergairah pada akhirnya mengeluarkan penisnya. Tepat ketika ia mengeluarkan penis, cairan ejakulasinya keluar di dalam kondom. 

Sakura meringis seraya memegangi vaginanya. Tiba-tiba saja seks menjadi tidak nikmat. Ia semula membayangkan akan penetrasi, namun entah kenapa jadi terasa sulit. 

Ia berlutut di atas kasur sambil menahan rasa nyeri yang berdenyut-denyut di liang vaginanya. Ia menunggu Keisuke yang kini bangkit berdiri dan membungkus kondom bekasnya dengan tisu sebelum membuangnya ke tempat sampah kamar mandi.

"Maaf. Tiba-tiba saja rasanya sakit. Aku tidak mengeti kenapa."

"Santai. Kita bisa mencoba lagi besok pagi kalau kau mau."

"Oke. Kau mau pakai kamar mandinya?"

"Kau mau pakai? Aku bisa belakangan," sahut Keisuke.

Sakura segera meraih tasnya dan berjalan masuk ke kamar mandi. Langkahnya sedikit aneh karena rasa nyeri di vaginanya. Ia bahkan sesekali memeganginya. Rasa nikmat yang ia rasakan tiba-tiba saja sirna entah ke mana.

Ia segera menutup pintu kamar mandi dan menggantung tasnya. Di dalam kamar mandi ada 2 buah handuk yang tergantung. Yang satu milik Sakura, sedangkan satu lagi milik Keisuke.

Sakura memaksakan diri duduk di toilet dan vaginanya yang sedikit terbuka terasa nyeri seolah terbakar. Ia memaksakan diri untuk buang air kecil sesudah bercinta, seperti panduan yang ia baca selama ini.

Ia tak tahu apakah kondom yang dipakai Keisuke utuh atau tidak. Sejak dua hari yang lalu, ia sudah meminum pil KBnya. Sebelum berhubungan seks, ia juga sudah meminum pilnya. Ia benar-benar berharap agar ia tidak sampai hamil sehingga perlu tetap mengonsumsi pil hingga seminggu ke depan.

Sakura tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja vaginanya terasa tegang dan begitu nyeri ketika akan dimasuki. Katanya, agar seks tidak menyakitkan, perlu foreplay sebelum penetrasi. Kalau ia bisa orgasme sebelum penetrasi, seharusnya foreplaynya memang cukup. Lalu ... di mana masalahnya?

Ini benar-benar memalukan. Padahal ia menggunakan aplikasi karena ingin berhubungan seks pertama kalinya dengan lelaki tampan. Sedangkan Keisuke menulis di profilnya sejak awal kalau dia hanya ingin partner seks. Keisuke jelas tidak akan puas karena gagal penetrasi, dan ia juga merasa kecewa karena gagal merasakan nikmatnya seks vaginal yang dikatakan orang-orang.

Sakura bangkit berdiri dan menekan tombol flush. Ia menepuk vaginanya sendiri sebelum berjalan ke area shower, berharap agar kemaluannya bisa berkompromi. Toh hubungan seks mereka berdua terjadi secara konsensual.

Ia segera memutar kran dan membasahi tubuhnya sendiri dengan air hangat. Bagaimanapun juga, ia harus merasakan penetrasi pertamanya. Mungkin saja besok pagi ia akan berhasil.

.

.

Keisuke --begitulah nama yang digunakan lelaki berambut hitam legam itu malam ini, menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka. Sakura melangkah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang dibungkus dengan handuk. Tubuh telanjang yang baru saja dinikmatinya itu kini dibalut dengan pakaian tidur sutra yang bentuknya mirip tanktop dan celana pendek.

Menyadari arah tatapannya, perempuan berambut merah muda itu ikut menundukkan kepala dan menatap pakaiannya sendiri. Tiba-tiba saja, ia merapatkan bahunya, seolah berusaha menutupi tubuhnya. Ia tertawa canggung dan segera memalingkan wajah.

"Duh, maaf. Jadi nunggu lama, ya?"

Keisuke memang menunggu setidaknya sepuluh menit. Ia bahkan sedikit mengantuk dan tak sabar ingin mandi serta membersihkan tubuhnya sendiri. Namun ia tak mungkin meminta Sakura menggunakan satu kamar mandi bersama.  Jadi pada akhirnya ia menggunakan tisu basah untuk membersihkan organ vitalnya.

Ia memutuskan berbohong dan menggelengkan kepala. "Tidak masalah. Sebelum check out, mau breakfast dulu?

"Eh? Kau pesan kamar yang pakai breakfast?"

Keisuke mengangguk. Ketika ia menyewa pelacur, ia akan menyewa kamar tanpa sarapan. Biasanya, para perempuan itu yang langsung pergi sesudah selesai. Kadang, ia akan pulang di pagi hari sesudah tidur selama beberapa jam tanpa menunggu perempuan itu terbangun. Namun Sakura bukan pelacur, jadi dia tak tega membiarkan perempuan yang baru ditidurinya itu pulang dalam kondisi kelaparan.

"Iya. Kalau kau mau sarapan duluan, bilang dari kamar 816. Sesudah itu kau boleh pulang."

Sakura terdiam sejenak. Perempuan itu terlihat ingin mengatakan sesuatu, namun menahannya. Pada akhirnya, Sakura berucap, "Boleh makan bareng?"

Sebelum Keisuke sempat menjawab, Sakura cepat-cepat menambahkan, "Jangan salah paham. Aku cuma sedang tidak mau makan sendirian. Habis makan ya aku pulang. Bukan berarti kita harus bertukar kontak atau semacamnya."

Keisuke sempat agak kaget awalnya. Namun menurutnya hanya sekedar sarapan bersama di restoran hotel masih belum keluar batas. Sejak awal, ia sudah menarik batas dan Sakura juga berusaha agar tidak melewatinya. Sarapan bersama pertama dan terakhir --karena ia tak ingin bercinta dengan orang yang sama-- bukan masalah untuknya.

"Mau jam berapa?"

"Delapan kepagian?"

"Boleh."

"Oke."

Keisuke berjalan menuju kamar mandi dan melirik ke arah kasur yang ditempati Sakura sekilas. Perempuan itu cepat-cepat mengalihkan pandangan begitu tatapan mereka bertemu. Wajahnya merona, bagaikan tomat ceri.

.

.

Sepanjang malam, Sakura memaksakan diri untuk tidur meski sebetulnya sulit. Ini kali pertamanya berbagi ranjang dengan seorang lelaki selain ayahnya sendiri. Keisuke tidur di sampingnya, namun memunggunginya. 

Padahal, biasanya lelaki sering mendengkur. Namun Keisuke tidur dengan tenang sepanjang malam. Lelaki itu juga tidak banyak bergerak. Ketika lelaki itu tidur menghadapnya, ia menyadari kalau paras lelaki itu sungguh rupawan.

Ketika pupil hitamnya terpejam, paras wajahnya terlihat lebih lembut. Rupanya mata seseorang banyak berpengaruh untuk memberi kesan tertentu. Istilah mata adalah jendela jiwa tampaknya memang benar.

Sakura segera mandi dan menata rambutnya begitu jam menunjukkan pukul enam pagi. Ia pikir, Keisuke baru saja akan terbangun setidaknya setengah jam lagi. Namun begitu ia membuka pintu, ia mendapati Keisuke sudah berdiri tak jauh dari pintu kamar mandi.

"Eh? Kau sudah bangun?"

"Aku memang biasa bangun jam segini," sahut Keisuke seraya mendekati pintu.

Tatapan Keisuke tertuju pada wajah Sakura yang kini sudah dirias. Rambut perempuan itu bahkan sudah dikeringkan dan dicatok sehingga tampak agak bergelombang di ujungnya.

"Cepat juga kau siap-siap. Atau kau mau 'lagi'?"

Intonasi suara Keisuke terdengar sensual. Sakura mulai merasa gugup. Padahal semalam Keisuke yang berperan lebih dominan dan memulai terlebih dulu. Sekarang, dia malah berniat mengajak terlebih dulu kalau lelaki itu tidak bertanya.

"Mau. Soalnya, kemarin ada yang belum selesai," jawab Sakura dengan intonasi yang tak kalah menggoda.

Keisuke sedikit menyeringai. "Mau sekalian mandi?"

Sebagai perempuan, tentu saja Sakura memiliki fantasi seks. Salah satu fantasinya justru bercinta di dalam bak mandi. Kamar yang dipesan Sasuke memiliki bak mandi di dekat jendela satu arah yang memungkinkan mereka bercinta sambil melihat pemandangan di pagi hari.

Namun sepertinya hal ini masih harus menunggu. Kemarin mereka bahkan belum berhasil penetrasi. Bercinta di dalam bak mandi akan lebih aman dengan posisi women on top karena dia lah yang akan menimpa tubuh Keisuke, bukan sebaliknya. Tetapi, posisi ini pasti menyakitkan buatnya.

"Mau. Tapi ... gimana kalau gagal lagi?"

Keisuke menepuk puncak kepala perempuan di hadapannya. "Kalau kau takut begitu, bisa-bisa sungguhan gagal, lho."

"Kalau begitu, aku harus mandi lagi," sahut Sakura seraya mengulurkan tangan dan melepas piyama hitam yang dikenakan lelaki di hadapannya.

Kejantanan Keisuke sudah ereksi, hal yang biasa ia alami setiap pagi. Namun ia tetap membiarkan Sakura melepaskan atasan piyamanya hingga kancing ketiga. 

Pada akhirnya, ia segera berhenti begitu sudah tak tahan lagi. Ia menepuk puncak kepala perempuan itu dan berucap, "Aku mau ritual pagi. Permisi."

Sakura mengernyitkan dahi begitu Keisuke menyelinap dengan begitu cepat dan langsung menutup pintu. Begitu pintu tertutup, Keisuke segera memulai ritualnya. 

.

.

Setiap pagi, Keisuke akan berkemih dan menyikat gigi. Biasanya ia tidak akan pernah mau keluar kamar dan berinteraksi dengan siapapun sebelum menyelesaikan ritual paginya. Namun kali ini ia terpaksa menahan diri karena Sakura langsung mulai menyentuhnya.

Sejujurnya, ia merasa aneh ketika bercinta dengan Sakura. Ketika ia mulai penetrasi, rasanya seolah ada tembok yang tak bisa ditembus. Ketika ia mencoba, Sakura malah berteriak kesakitan. 

Ini bukan kali pertamanya bercinta dengan perawan.  Beberapa perempuan yang ia tiduri selama ini adalah perawan dan menurutnya, bercinta dengan perawan tidak semenyenangkan yang dibayangkan orang-orang.

Namun setidaknya, ia selalu berhasil penetrasi berkat pemahamannya akan tubuh perempuan. Kali ini apa yang salah? Tidak mungkin kecurigaannya benar-benar sungguhan, kan? Padahal perempuan itu bahkan sampai orgasme. 

Ia segera mengeringkan tubuh sekedarnya dan melilitkan handuk putih di sekitar pinggangnya. Sengaja. Ia pikir perempuan itu seharusnya akan terpesona pada otot perut yang cukup terbentuk itu. Begitu ia membuka pintu, ia mendapati Sakura yang terkesiap. Ia terdiam sesaat dan wajahnya merona.

Dengan tangannya yang sedikit basah, ia menyentuh bahu perempuan itu. Bahu Sakura menyentak, wajahnya merona namun pandangannya tak lepas dari tubuh Keisuke yang hanya ditutupi handuk.

Di luar dugaan, Sakura malah menghampirinya. Perempuan itu mengulurkan tangan, lalu memeluknya dengan erat seraya membenamkan kepalanya sendiri di dadanya. Ia sedikit kebingungan, haruskah ia memeluk perempuan itu? Katanya, perempuan butuh merasa disayang agar bisa menikmati seks.

Ia baru saja akan membalas pelukan Sakura. Namun perempuan itu tiba-tiba saja sedikit berjinjit dan mengecupnya. Tangan perempuan itu mulai bergerilya, menyusuri dadanya, perut, pinggang, lalu berhenti ketika menyentuh handuknya.

Ia menyentuh tangan Sakura yang menyentuh handuknya. Kemudian ia melepasnya dengan tangan Sakura sehingga tubuhnya telanjangnya terpampang di hadapan Sakura.

Sakura terkesiap begitu menyaksikan kejantanannya yang sedikit menegang. Entah apa yang ada di pkiran perempuan itu, namun wajahnya terlihat agak ketakutan. Ia mengernyitkan dahi, memangnya apa yang mengerikan dari tubuhnya?

Keisuke mengulurkan tangan, segera menggendong tubuh Sakura dan membuat perempuan itu memekik. Namun perempuan itu tersenyum seraya menatap matanya, sedangkan ia menarik sedikit sudut bibirnya.

Tatapan Keisuke tertuju pada pupil emerald yang menatapnya dengan tatapan penuh harap dan gairah. Ia lalu menundukkan kepala, mengecup bibir merah muda yang entah kenapa begitu menggairahkan untuk dilumat.

.

.

Di bawah pancuran air yang mengalir dari puncak kepala kedua insan berlainan jenis itu, mereka berdua bercumbu. Dua bilah bibir yang mula-mula terbuka, saling melumat dan bertukar saliva,perlahan semaki intim seraya hasrat menguasai mereka. 

Jemari yang bergerilya, lalu berhenti dan memijat di area sensitif membuat sang empunya tubuh mengembuskan napas berat. Embusan napas perlahan berubah menjadi desah dan erangan tak karuan ketika sang lawan memutuskan menyentuh area-area sensitif di dalam kelamin. Suara air yang mengalir sedikit meredam suara desahan  nikmat, juga memberikan sensasi licin di tubuh yang basah.

Perempuan berambut merah muda itu mendesah ketika Keisuke menghisap vaginanya bagaikan lebah menghisap nektar. Bibirnya terbuka, mendesah penuh nikmat. Kali ini pun, ia bisa merasakan vaginanya sudah basah dipenuhi cairan.

Lidah Keisuke menyapu klitorisnya, membuat tubuhnya berguncang naik turun karena geli. Seolah ingin membuatnya lemas, lelaki itu kini dengan sengaja menyentuh putingnya dengan satu tangan, sedangkan tangan lain menyentuh area sensitif di sekitar pinggul.

"K-kei.... suke. Aku jatuh nanti," ucap Sakura di tengah erangannya. Kakinya benar-benar lemas dan ia merasakan kenikmatan tiada tara. Ditambah lagi, tetesan air membuatnya merasa geli.

Keisuke menundukkan kepala. Ia segera mengeluarkan cairan vagina Sakura dari mulutnya, kemudian membiarkan air shower masuk ke dalam rongga mulut serta berkumur. Ia melakukannya seraya tetap menyentuh area sensitif Sakura, berusaha membuat perempuan itu tidak begitu menyadarinya.

Lelaki itu sudah bergairah. Tubuh perempuan berusia 30-an itu masih tampak kencang dan vagina kemerahan itu membuatnya ingin memasukinya. 

"Aku lupa ambil kondom. Sebentar, ya," ujar Keisuke seraya melepaskan sentuhannya pada tubuh Sakura.

"Mmm ... kau tidak punya penyakit kelamin, kan?" tanya Sakura sambil menatap kejantanan Keisuke yang sudah menegang. Setidaknya penis lelaki itu terlihat normal, tidak ada tanda penyakit kelamin.

"Aku baru tes dua hari lalu. Katanya normal. Bisa kutunjukkan nanti kalau kau mau."

Keisuke tidak sedang berbohong. Ia memang baru saja melakukan tes dua hari lalu dan Sakura adalah perempuan pertama yang ia tiduri sesudah hasil tesnya keluar. Namun ia tak mengira Sakura akan percaya padanya.

"Kalau begitu, tidak perlu kondom. Aku sudah minum pilku."

Barangkali, gairah telah mengalahkan rasionalitas perempuan itu. Dia beruntung karena Keisuke lah rekan bercintanya dan lelaki itu tak berniat menipu siapapun. Keisuke sungguh-sungguh tak berbohong dan melakukan pemeriksaan dua kali setahun, demi dirinya sendiri.

"Kau minum di jam yang sama, kan?"

Sakura mengangguk. Setidaknya, ia sudah mempelajari panduan minum pil KB. Ia tidak ingin hamil dan membesarkan anak seorang diri. Terlebih, anak dari laki-laki yang tak ia ketahui selain wajah dan nama depannya.

Keisuke menekan tubuh Sakura di dinding dan berniat melakukan penetrasi. Perlahan, ia memasukkan ujung penisnya ke vagina Sakura. Perempuan itu tersentak karena rasanya begitu penuh dan ternyata sangat tidak nyaman. Rasanya nyeri hebat sejak penis Keisuke mulai masuk. 

Begitu penis Keisuke hendak masuk lebih dalam dan menekan untuk menerobos selaput daranya, seketika ia menjerit tak tertahankan. Perutnya terasa mulas dan ia mendorong tubuh lelaki itu kuat-kuat.

Percobaan penetrasi keduanya gagal. 

-Bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro