Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mr. Right For Now - 4.1 Malam Pertama = Sesi Curhat


Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.

Thank you :)

🌟


Acara pernikahan berlangsung tanpa aku ingat sama sekali. Aku mungkin mengalami lupa ingatan atau seperti orang-orang yang dihipnotis hingga tidak tahu apa saja yang telah mereka lakukan. Atau dekorasinya seperti apa. Atau bagaimana Kamal dan Tante hari ini? Apa mereka menangis? Kamal mungkin siap memboyongku pergi jika aku memberikan sinyal dan kesempatan itu aku lewatkan. Dokumentasi hari ini akan menjadi satu-satunya pengingatku. Aku berdoa semoga saja wajahku tidak melongo atau mengeluarkan ekspresi aneh.

Sesuai pembicaraan kami sebelum pernikahan, aku akan tinggal di rumah Ekata dan Alma. Aku menolak tawaran Ekata untuk memindahkan isian kosku minggu lalu. Aku sudah terlanjur membayarnya untuk satu tahun, itu berarti aku masih punya empat bulan lagi.

Koperku yang berada di dekat tangga hanya berisikan pakaian beberapa lembar. Aku sengaja memang. Supaya aku dapat kembali ke kosanku secara bertahap hingga seluruh barang habis. Kembali ke tempat yang mengingatkanku akan status single yang sudah berubah. Tapi kembali ke kosanku akan terasa lebih nyaman dibanding rumah ini.

Rumah ini, biarpun jauh lebih bagus dari kosan mungilku, terasa sangat asing. Tidak ada tanda-tanda keberadaanku atau jejakku di sini.

Juga aku tidak mungkin membiarkan Ekata melihat benda-benda keramatku yang berada di dalam laci. Bukannya aku malu, tapi aku tidak sedekat itu dengannya untuk membagi informasi mengenai mainan yang kupunya.

"Kamarku di atas?" tanyaku hati-hati kepada Ekata yang menggendong Alma.

"Kamar kita," ralat Ekata, "kamu lupa kalau setuju satu kamar denganku asal kita nggak pergi honeymoon?"

Aku merengut sebagai jawaban. Tidak mungkin aku lupa acara tawar-menawar kami. Ekata yang mau satu kamar dan kami pergi honeymoon sedangkan aku tidak ingin keduanya. Jalan tengahnya menurut Ekata saat itu adalah "Kamu drop salah satu. Mana yang paling kamu nggak mau?"

"Ada berapa kamar di sini?"

"Tiga."

"Ok, aku nggak mau pergi honeymoon," putusku buru-buru. Pergi berlibur dengan orang yang tidak akrab denganku sangat tidak ingin aku lakukan. Kalau rumah ini punya tiga kamar, aku bisa memanfaatkan salah satunya untukku dengan berbagai macam alasan, bukan? Ini curang memang, tapi acara tawar-menawar kami sudah berlangsung lama dan aku ogah berpikir terlalu lebih panjang lagi.

Ekata hanya mengangguk dua kali. "Okay. Aku perlu perjelas; satu kamar kita, satu kamar Alma dan satu lagi dipakai jadi ruang kerja."

Jantungku ngacir dari dalam dada, bersamaan dengan mataku yang sudah jatuh ke lantai. "Kenapa nggak bilang dari tadi?!"

"Kamu nggak kasih aku kesempatan buat jelasin."

Dan itu adalah penyebab aku belajar untuk menunggu Ekata menyelesaikan kalimatnya jika tidak ingin terjebak. Karena sejujurnya aku merasa terjebak sekarang. Aku seharusnya memilih honeymoon dan tidur sendiri. Aku hanya perlu menahan untuk tidur di kamar yang sama dengan Ekata selama beberapa hari saja lalu mendapatkan ketenangan. Sekarang? Aku harus satu kamar dengannya setiap hari sampai tiga tahun ke depan.

"Kamu lapar? Mau pesan makanan? Tadi kamu makannya sedikit." Ekata membuka kain perlak dan menidurkan Alma di atasnya. Gerakannya luwes saat mengganti baju hingga popok putrinya. Sesekali dia menggelitiki perut Alma yang menyembul dibandingkan seluruh tubuhnya. Dia menoleh ke arahku saat aku tidak memberikan jawaban.

Aku bahkan tidak ingat kalau aku tidak makan, pun dengan menu kateringnya. Tapi perutku sama sekali tidak memberi tanda-tanda akan demo biarpun menurut Ekata aku makannya sedikit. Tidak heran, sih. Setelah pagi tadi aku dikejutkan dengan pengakuan Ekata, lalu disusul dengan rencana yang aku kira sudah kami setujui mengalir ke toilet. Aku tidak tahu mana yang lebih membuatku syok. Pengakuan Ekata atau yang setelahnya. Atau mungkin residu pengakuan Ekata membuat bom perihal rencana meledak tepat di wajahku.

Parahnya, aku bahkan tidak tahu apakah ucapan cowok buaya satu ini dapat dipercaya atau tidak.

"Enggak. Aku mau mandi dan langsung tidur."

"Butuh bantuan?" Ekata menunjuk kepalaku yang dipenuhi dengan bobby pin.

Aku menerima tawarannya dengan tangan terbuka. Memangkas kegiatan agar aku dapat tidur lelap dengan cepat adalah langkah yang cerdas.

Bokongku sudah mendarat dengan mulus di atas sofa, menunggu Ekata yang tiba-tiba ke dapur sambil berucap "Aku buat susunya Alma dulu." Dia bergerak cepat hingga satu botol sudah berada di tangan Alma yang menyedotnya dengan penuh semangat. Dua tangan semoknya memegangi botol sendiri dan Ekata terlihat sangat bangga, seolah-olah Alma sudah melakukan hal yang luar biasa.

Ini pasti milestone yang orang-orang bicarakan. Hal kecil yang diharapkan oleh orang tua hingga kemudian mereka menuntut hal yang sama ketika si anak sudah dewasa. Kali ini dengan skala yang lebih besar. Lupa kalau keberhasilan—yang dianggap kecil—juga merupakan keberhasilan yang patut dirayakan.

Tidak, tidak. Aku tidak mengalami fase itu. Tante dan kedua abangku merayakan hal hingga yang paling terkecil . Sejujurnya dulu itu membuatku malu. Bahkan saat aku pertama kali menstruasi saja, mereka sampai membelikan kue untuk merayakan tanda aku sudah dewasa secara biologis.

Aku menarik napas panjang saat rindu terhadap mereka membumbung tinggi dan memenuhi dada lalu menyambar hingga ke balik bola mata yang terasa panas. Aku harus berkedip guna menyamarkan air mata yang siap meluncur, tapi tidak cukup cepat karena Ekata sudah keburu menyadarinya.

"Kenapa?"

Pertanyaan itu hanya memancing air mataku untuk turun dan perasaanku meluap. Aku tidak pernah malu untuk menangis. Tante selalu mengajarkan kalau emosi bukan sesuatu yang harus disembunyikan atau malu. Jadi, di sinilah aku sekarang. Di rumah baru dengan status baru, menangisi keluargaku yang masih berada dalam satu kota, bersama suami yang aku tidak terlalu kenal dan anaknya.

2/5/23

sa ae Tata

Apdet lagi saat bintang 400 dan komen 200 ya ges, atau 20 Mei 2023. Aku ada apdet tgl 13 Mei 2023 di cerita Six Ways To Sunday. Monggo mampir ke cerita duda beranak dua juga :)

BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy).

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro