Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

41. Ingin Tau

Seraya menoleh ke belakang melalui pundaknya, kaki Velly tetap melangkah. Dan ia manyun tatkala mendapati bagaimana sosok Reki lantas muncul dari belokan di belakangnya itu. Setengah berlari seraya melambai padanya. Spontan membuat cewek itu mendesis.

"Stres!"

Tepat ketika ia mengatakan itu, Velly memutar kembali kepalanya. Dan langsung kaget saat mendapati seseorang di hadapannya.

"Astaga!"

Velly langsung menghentikan langkah kakinya. Nyaris saja ia menabrak cewek di depannya itu.

"Sorry, Jes," kata Velly kemudian. "Nggak apa-apa?"

Jessica di hadapan Velly menggeleng. Tersenyum. "Nggak apa-apa kok, Vel."

"Ah .... Syukurlah kalau gitu," kata Velly manggut-manggut. "Ini gara-gara Reki sih. Dia---"

"Makanya jangan lari-larian di koridor!"

Suara Reki memotong perkataan Velly. Tepat ketika cowok itu tiba dan menghampiri kedua cewek itu. Ia menunduk melihat pada Velly.

"Hampir nabrak kan?"

Velly mencibir. "Aku nggak bakal lari kalau nggak kamu kejar."

"Masih aja dibahas," kata Reki. "Jelas-jelas tadi aku minta kamu nungguin aku. Eh ... malah ngacir duluan."

Tak meladeni perkataan Reki, Velly kembali beralih pada Jessica. "Sekali lagi sorry, Jes."

"Iya, nggak apa-apa," balas Jessica.

Lantas, tak mengatakan apa-apa lagi, Velly beranjak dari sana. Meninggalkan Reki dan Jessica berdua saja sementara dirinya terus melangkah. Menuju kelasnya yang terletak tiga meter di depan.

"Ya, Vel. Udah ngacir aja lagi," kata Reki. Pada Jessica, ia berkata. "Duluan, Jes."

Mata Jessica membesar. "Be-be-bentar, Ki."

Reki sih mungkin memang akan langsung beranjak dari sana, tapi ketika ia mendapati tangan Jessica menahan tangannya, maka urunglah niatan hatinya itu. Mau tak mau membuat ia kembali menoleh pada Jessica.

"Ya?" tanya Reki dengan refleks melihat tangannya yang ditahan oleh Jessica. "Ada apa?"

Jessica melihat bagaimana mata Reki yang tertuju pada tangannya. Sontak membuat gadis itu menarik tangannya dengan salah tingkah.

"So-sorry," katanya dengan gugup. "Ehm ... ada yang mau aku omongin ke kamu."

"Ehm?" Mata Reki mengerjap-ngerjap. "Apaan?" tanyanya polos. "Ngomong aja. Mumpung belum masuk."

"Ehm ... itu ...."

Jessica tampak sulit bicara. Bahkan sekarang cewek itu terlihat makin salah tingkah. Yah ... setidaknya itulah yang dilihat oleh Velly sih.

Eh?

Velly?

Ckckckck.

Berusaha untuk tidak tampak, ternyata Velly tidak benar-benar masuk ke kelas loh. Memang sih dia sudah melewati ambang pintu kelas. Tapi, alih-alih langsung menuju ke mejanya, gadis itu justru berdiri di pintu. Bersembunyi. Seraya berusaha untuk melihat keluar. Pada Reki dan Jessica.

Mata Velly mengerjap. Melihat bagaimana tadi Jessica melepaskan tangan Reki dengan salah tingkah.

Ehm ....

Kayaknya ini mereka berdua lagi ada apa-apa.

Velly angguk-angguk kepala.

Mau balikan ya mereka?

Ehm ....

Masuk akal sih.

Mereka berdua cocok.

Sama-sama tinggi.

Biar keturunan mereka jadi manusia pencakar langit.

Terus anak-anak mereka pada nggak bisa melewati pintu manusia normal pada umumnya.

Ha ha ha ha.

Entahlah. Sepertinya itu bukan sesuatu yang lucu sama sekali. Alih-alih terkesan seperti ledekan saja.

Didorong oleh rasa penasaran, maka Velly pun beringsut sedikit. Mencoba peruntungan kalau-kalau dirinya bisa mencuri dengan perbincangan Reki dan Jessica.

Ya ....

Semua orang juga tau kok kalau jiwa kepo aku itu udah akut.

Tapi, apa benar begitu?

Velly menarik napas dalam-dalam. Mencoba menajamkan telinganya ketika ia melihat bagaimana di sana Jessica juga tampak menghirup udara hingga dadanya mengembang.

"Ngomong apa, Jes?"

Nah, suara Reki sih terdengar jelas di telinga Velly. Tapi, sebaliknya. Jessica bicara dengan suara lirih. Membuat Velly mengerutkan dahinya.

"Ehm ... sebenarnya aku ma---"

Mata Velly membesar. Buru-buru menarik diri ketika mendapati tatapan Jessica menemukan dirinya. Cewek itu membeku.

Sial deh.

Ketahuan lagi sama Jessi.

Aaah ...!

Kok aku goblok banget sih?

Sementara di dalam kelas ada Velly yang merutuki ketololan dirinya di dalam hati, di luar sana Jessica tampak mengerutkan dahinya. Menatap lurus pada pintu kelas 12 IPA 2 yang membuka.

Menyadari Jessica menghentikan perkataannya secara mendadak, membua Reki bingung.

"Kenapa?" tanya Reki seraya memutar tubuh. Mencoba melihat ke arah fokus mata Jessica tertuju, ke belakang. "Ada apa?"

Di mata Reki sih tidak ada apa-apa lagi sehingga wajar sekali cowok itu bingung.

"Oh ...."

Jessica mengerjapkan matanya berulang kali ketika melihat pada pintu kelas itu, lantas beralih lagi pada Reki. Ia menggeleng.

"Ehm ... nggak. Nggak ada apa-apa."

Tapi, jelas sekali setelah mengatakan itu Jessica kembali melihat ke arah pintu kelas Reki tersebut. Hanya saja, tak terlihat sesuatu yang tadi sempat matanya lihat sekilas.

Tadi ... kayaknya ada Velly kan ya?

A-a-apa dia mau nguping pembicaraan aku sama Reki?

Melihat tak ada tanda-tanda bahwa Jessica akan kembali bicara pada dirinya, sontak membuat Reki membuang napas panjang.

"Ehm, Jes ...," katanya kemudian. "Ini kamu mau ngomong apa ya?" Reki mengangkat tangannya. "Kalau nggak ada yang penting, aku mau masuk."

Jessica tergugu. "Oh, sorry sorry, Ki. Cuma ...." Gadis itu menarik napas dalam-dalam. "Aku ada yang mau diomongi."

Mata Reki berkedip sekali melihat Jessica.

Dari tadi dia ngomong kalau ada yang mau dia omongin sama aku.

Aku tanyain apa.

Terus jawabnya aku ada yang mau diomongin.

Gitu aja terus muter-muter kayak bianglala.

Sebenarnya sih ingin sekali Reki mengatakan itu, tapi ia urungkan. Alih-alih, ia kembali bertanya.

"Silakan ngomong. Aku dengerin deh. Apa?"

"Ehm ... kalau balik sekolah ntar gimana?" tanya Jessica. "Kita ngomongnya ntar aja."

"Eh?"

Sontak saja dahi Reki berkerut-kerut. Bingung.

"Nggak ngomong sekarang aja? Lebih cepat lebih baik loh."

Jessica meringis. "Nggak enak ngomongnya di sini, Ki."

"Oh ...." Reki angguk-angguk kepala. "Oke. Ntar balik aku tungguin di parkiran deh."

Jawaban Reki membuat Jessica tersenyum lebar. Rasa gugup dan salah tingkahnya sontak saja menghilang. Tergantikan oleh ekspresi yang lebih senang dan lepas.

"Makasih," kata Jessica kemudian. "Ntar aku chat kalau udah di parkiran."

Reki mengangguk. "Oke. Dan jangan lama-lama ya," kata cowok itu lagi. "Soalnya Velly biasa ngamuk kalau kelamaan."

Jessica bengong. "Ya?"

"Aku ke kelas dulu."

Mengabaikan ekspresi Jessica yang secepat kilat langsung berubah lagi lantaran satu nama itu, Reki lantas beranjak dari sana. Berjalan dengan langkah kakinya yang lebar dan lalu masuk ke kelas. Meninggalkan Jessica yang masih melongo di tempatnya berdiri.

Di-di-dia belum jadian sama Velly kan ya?

*

Ketika pelajaran pertama dimulai, Velly masih tidak bisa fokus dengan materi yang diberikan oleh Bu Wati. Semua kata kerja bentuk ketiga itu seolah-olah hanyalah makhluk halus di mata cewek itu.

Wajah Velly tampak tertekuk. Terlihat tidak seperti biasanya. Dan itu membuat Eshika di sebelahnya menulis di secarik kertas. Memberikannya pada Velly.

Kamu kenapa?

Keliatan bete gitu?

Ada masalah?

Velly menerima pesan itu. Membacanya dan paham betul bahwa Bu Wati benar-benar tipe guru yang menginginkan keheningan saat ia mengajar. Jangan bicara, menarik napas saja kalau bisa jangan sampai ada suara. Maka tidak heran kalau Eshika menggunakan pesan kertas seperti itu. Bukannya apa, tapi berkirim pesan Whatsapp jelas memiliki risiko yang sama besarnya dengan bisik-bisik tetangga.

Menarik napas sekilas, Velly lantas menulis balasannya.

Nggak ada masalah apa-apa sih.

Cuma lagi nggak mood aja bawaan hari ini.

Ehm ....

Mau dapet bulanan kali.

Eshika menerima pesan itu dengan dahi berkerut. Langsung membalas.

Dapet bulanan?

Yang bener aja?

Kita baru selesai berapa hari yang lewat.

Ya kali udah mau dapet lagi.

Kerajinan buang ovum mah rahim kamu.

Argh!

Rasanya sekarang kepala Velly berdenyut saat membaca balasan pesan Eshika. Di saat ia sedang merasakan suasana yang tidak enak, Eshika justru membahas materi Biologi dengannya?

Yang benar saja!

Velly lantas tak membalas pesan itu, alih-alih ia tampak beringsut. Memanfaatkan jeda penyampaian materi Bu Wati, gadis itu permisi ke toilet. Meninggalkan Eshika yang tampak menelengkan wajahnya ke satu sisi dengan heran.

Dia kenapa sih?

Kayak yang nggak biasanya lesu begitu.

Ya siapa pun tau, Velly boleh bertubuh kecil. Tapi, untuk urusan tenaga dan semangat hidup, gadis itu tiada duanya. Maka tidak heran kalau melihat Velly seperti itu membuat Eshika menjadi menebak-nebak.

Apa dia diusilin sama Reki?

Sayangnya, pertanyaan itu tidak hanya menggema di benak Eshika. Alih-alih tanpa sadar, Eshika memutar tubuhnya. Melihat ke belakang. Dan tepat di saat itu Reki sedang melihat ke arah papan tulis. Sontak saja membuat tatapan keduanya bertemu.

Reki yang mendapati Eshika melihat padanya, alih-alih pada Tama, refleks mengerutkan dahi. Alis matanya naik dengan kompak. Sebagai ganti dari pertanyaan: Apa?

Tapi, Eshika hanya mengembuskan napas panjang. Memutar kembali tubuhnya sebelum ia ditegur oleh Bu Wati. Memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat demi bisa menginterogasi Reki.

Sementara itu, Velly yang memakai alasan ke toilet untuk bisa keluar dari pelajaran Bu Wati, dengan begitu sengaja berjalan dengan menggunakan rute yang berlawanan arah. Mungkin maksudnya bisa bisa berlama-lama di jalan.

Ck.

Nyaris membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit hingga kemudian Velly tiba di toilet. Ia masuk ke satu bilik. Memaksakan diri untuk buang air kecil. Tapi, karena sebenarnya ia memang tidak dalam rangka menunaikan panggilan alam, maka wajar saja bila tidak ada yang keluar.

Velly menyerah. Memilih untuk keluar saja dari bilik toilet. Dan demi Tuhan! Ketika selangkah Velly keluar, maka bibirnya langsung melayangkan satu kesiap kaget.

"Astaga, Jes!"

Tampak Jessica yang juga baru keluar dari bilik toilet. Gadis itu tampak tersenyum. "Sorry, Vel. Buat kaget ya?"

Velly meringis kaku. Kali ini ia benar-benar keluar dari bilik toilet dan menuju ke wastafel. Begitupun dengan Jessica.

"Ya lumayan kaget juga sih sebenarnya," gerutu Velly seraya mengusap-usap dadanya.

Berdiri di sebelahnya, Jessica memutar kran air. Mencuci tangannya seraya becermin. Lantas tampak melihat pada Velly melalui pantulan benda itu.

"Ehm ..., Vel."

Mendengar namanya disebut membuat Velly menoleh. "Ya?"

"Mumpung kita lagi berdua aja," kata Jessica kemudian seraya memutar kembali kran. Membuat aliran airnya berhenti. "Aku boleh nanya sesuatu?"

Masih membilas tangannya, Velly mengangguk. "Boleh. Mau nanya apa?" tanyanya berusaha untuk tenang. Padahal sebenarnya Velly sudah panik di dalam hatinya.

Sial!

Jangan ngomong dia mau nanya apa pagi tadi aku nguping atau nggak.

Argh!

Pleaseee ....

Jangan sampe.

"Kamu dan Reki ada sesuatu gitu?"

Gerakan tangan Velly di bawah kucuran air berhenti seketika. Melongo. Dan keluhannya di dalam hati sontak terjeda.

Mata Velly mengerjap-ngerjap. Bingung.

"Eh? A-a-apa?"

Jessica menatap lurus pada Velly. "Kamu dan Reki ... lagi dekat?"

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro