🍪50| The Truth
Play: you are - klang
Hujan masih mengguyur dengan deras. Di sebuah daerah yang jauh dari bisingnya perkotaan dan terasingkan dari kehidupan itu, sebuah bangunan besar berdiri dengan kokoh. Sekilas, tempat itu terlihat seperti gudang yang tak terpakai. Bagian permukaan luarnya lecet di sana-sini hingga air hujan tak sedikit merembes dan bocor di banyak tempat.
Seorang gadis yang entah sejak kapan terbaring di atas ranjang itu mulai mengernyit dan bergerak saat setitik air hujan mengenai wajahnya. Beberapa detik setelahnya, maniknya mulai terbuka dengan lemah.
Remang, ia dapat melihat langit-langit yang rawan roboh, rasa sakit langsung menghantam tubuhnya yang terbujur kaku saat mencoba untuk bangun. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan rantai kecil ke sisi ranjang, sementara bibirnya dilakban.
Gelisah, ia mencoba untuk membebaskan dirinya dari ikatan itu, tapi semua itu percuma, bukannya terlepas, ikatan itu malah balik menyakiti tangan dan kakinya. Gadis yang tak lain adalah Dahyun itu mengedarkan pandangannya, mencari sesuatu untuk membuka ikatannya itu namun ia langsung terhenyak saat melihat seseorang yang terduduk tak jauh di dekat ranjangnya.
“Ju-Jungkook-ah …” rintihnya tanpa suara. Maniknya memanas saat melihat keadaan Jungkook yang jauh dari kata baik-baik saja. Keadaannya sangat mengenaskan dengan darah dan lebam di sana-sini. Tak terbayangkan sudah sejauh mana Jungkook mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan Dahyun.
Dahyun mengerang, kembali mencoba melepaskan rantai di kedua tangannya dengan tak sabaran. Hatinya begitu sakit melihat Jungkook yang tak kunjung sadar. Hanya dengan melihatnya saja, ia seolah bisa merasakan semua penderitaan yang lelaki itu rasakan. Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa jadi seperti ini? Dahyun benar-benar tidak bisa mengingat apapun.
Seseorang membuka pintu, masuk ke dalam ruangan yang cukup luas itu dengan suara gema langkah kaki yang terdengar mengerikan. Dahyun yang sempat berontak mulai menghentikan aksinya saat siluet hitam itu kini menampilkan wujudnya.
“Oppa ... Sungguh? Kau yang melakukan semua ini padaku? Pada jungkook?” Air mata Dahyun mengalir begitu saja, tanpa dapat mengeluarkan sepatah katapun.
“Oppa, temui aku di taman dekat apartemen.”
Pesan itu telah dikirim beberapa puluh menit yang lalu pada Eunwoo dan Jaehyun lewat ponsel Dahyun, namun lelaki yang mereka tunggu itu tak kunjung menunjukan batang hidungnya.
Baik Wonwoo maupun Lisa sepakat, untuk mengirimi kedua lelaki itu pesan yang sama, dalam tanda kutip untuk menjebak dan menebak siapa pelaku penculikan Dahyun. Jika Jaehyun yang datang, maka bisa dipastikan kalau Eunwoo dalangnya, begitupun sebaliknya.
Keduanya bersembunyi dibalik pohon besar yang tak jauh dari bangku. Hujan sudah reda beberapa saat yang lalu, namun masih menyisakan basah dan lembab.
“Ssstt—dia datang,” bisik Wonwoo. Keduanya siaga, menajamkan penglihatan dan pendengarannya saat ada sebuah bayangan yang mendekat.
Seorang lelaki dengan ransel di punggungnya terlihat duduk di bangku itu. Posisinya yang membelakangi Wonwoo dan Lisa membuat mereka tidak dapat melihat wajahnya, apalagi lampu taman yang remang semakin membuat mereka tidak bisa memastikan siapa orang yang datang itu.
Keduanya agak terkesiap saat ponsel Dahyun bergetar, menampilkan sebuah panggilan dari seseorang. Dan lagi-lagi, keduanya mematung saat melihat lelaki itu juga terlihat tengah menelepon seseorang.
Tidak mungkin.
Lelaki itu mengulas senyum tipis yang kini sangat dibenci oleh Dahyun. Dahyun tak pernah menyangka kalau lelaki yang sangat diandalkannya selama ini ternyata adalah orang yang selama ini menerornya sekaligus pembunuh sahabat dekatnya. Sosok yang sempat menjadi malaikat penolong itu kini menjadi iblis kejam yang tak segan untuk menghabisi nyawa seseorang.
Dahyun langsung membalikan wajahnya saat lelaki itu mencoba untuk menyentuh pipinya. Ia berdecak meremehkan. “Tidurmu nyenyak?” Demi Tuhan, Dahyun sudah tak sudi memandang wajahnya lagi.
“Kenapa tidak menjawab? Oh ya, sebentar, aku bukakan dulu lakbannya.” Dengan kasar, lelaki itu membuka lakban yang menempel di sepanjang pipi dan bibir Dahyun, menimbulkan rasa perih yang membuat pipi Dahyun yang pucat jadi memerah.
“Dasar biadab! Tak memiliki perasaan! Brengsek!” pekik Dahyun sekuat tenaga.
Lelaki itu malah tertawa. Tawa yang sangat tidak ingin Dahyun dengar darinya, tangan gadis itu mengepal, masih tak percaya kalau orang yang ada di hadapannya saat ini adalah orang yang sama dengan orang yang selalu menolongnya dikala tak ada satupun yang memedulikannya. Jaehyun, sejak kapan lelaki ini berubah menjadi seorang psikopat gila.
“Hahahaaha … bukankah ini menyenangkan? Akhirnya kita bisa bertemu lagi dengan status yang jelas. Aku sudah begitu menantikan momen ini terjadi dan kau memudahkan segalanya.” Jaehyun berjalan memutar lalu mendudukan dirinya di tepi ranjang seraya menatap Dahyun yang masih terbaring dengan senyum tipis. Tak ada lagi kehangatan di dalam maniknya, yang tersisa hanya kebejadan yang nyata.
“Hiks—brengsek! Sejak kapan kau merencanakan semua ini, hah?! Apa ... apa kau pantas melakukan semua ini padaku? saudaramu sendiri?” Dahyun menangis miris, kenyataan saat ini begitu menyayat hatinya hingga ia sudah tak mampu lagi merasakan sakit pada tangannya yang kini berdarah akibat dari gesekan besi yang merantai tangannya.
“Saudara? Cih, bukankah sejak awal aku sudah tidak dianggap? Semenjak perceraian ibu dan ayah, kalian dari keluarga ibu bukannya membuangku? Kau tahu, semenjak pertemuan terakhir kita, aku sudah berniat untk membawamu bersamaku, tapi si Jungkook itu malah menahanmu untuk tidak pergi. Lalu sekarang, ia mencoba untuk menyelamatkanmu. Cih, memangnya dia siapa? Lihat, sekarang siapa yang kalah?”
Dahyun menggeleng, benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Jaehyun. “Kau benar-benar brengsek! Kenapa kau menyiksa Jungkook? dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah ini!”
“Tidak ada?” Jaehyun berdiri, lantas berjongkok untuk menikmati pemadangan Jungkook yang terduduk dengan keadaan yang masih tak sadarkan diri. “Kau tahu, cecunguk ini hampir menangkap basahku waktu itu. Mana bisa aku membiarkannya hidup? Setidaknya ia harus mendapatkan yang lebih buruk daripada temanmu itu. Kau tahu, aku paling tidak suka dengan orang yang sok tahu dan ikut campur.”
“A-apa? Jungkook pernah menemuimu? Kapan?”
Jaehyun bangkit dan kembali duduk di sisi ranjang untuk menatap Dahyun. “Kau tidak perlu tahu soal itu. Sekarang pilihannya tergantung padamu. Aku akan melepaskan semua ikatan di tubuhmu dan melepaskan Jungkook kalau kau berjanji untuk ikut denganku ke Jepang, dan meninggalkan semua kehidupanmu di sini. Atau … kau bisa memilih untuk mati terpanggang bersama kekasihmu itu di sini.”
“Apa?! Bagaimana bisa aku—“
“Waktumu hanya lima detik. Satu …” Jaehyun mengangkat sebuah pemantik api dan Dahyun baru menyadari kalau seluruh lantai di ruangan ini telah dilumuri bensin. Hanya butuh api setitik saja, maka tempat ini bisa dipastikan hangus terbakar.
“Ya! Aku tidak sudi ikut bersamamu!”
“Dua … “
“Tidak akan pernah! Lebih baik aku tetap di sini bersama Jungkook!”
“Tiga … waktumu tingal dua detik lagi, kau yakin?” Jaehyun mulai menyalakan pemantik api di tangannya.
“Iya! aku tidak akan pernah meningalkannya.”
“Empat … ini kesempatan terakhir. Kau tetap tidak ingin mengganti pilihanmu?”
Dahyun memandang miris ke arah Jungkook. Rasanya seperti ada sebuah belati yang menancap ke dadanya, membuat pernapasannya semakin sesak seiring berjalannya waktu. Jungkook sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan masalah ini, dan melihatnya pingsan seperti itu membuat hatinya semakin sakit.
“Kau ... akan membiarkannya tetap hidup, kan?”
Jaehyun tersenyum, perkataan itu akhirnya meluncur juga dari mulut Dahyun. “Tentu saja. Asalkan kau ikut bersamaku, maka dia akan baik-baik saja.”
Dahyun memejamkan matanya, rasanya sangat sulit untuk memutuskannya, namun pada akhirnya, ia berujar. “Baiklah, aku akan ikut bersamamu.”
Jaehyun langsung mematikan pemantik api itu, lantas mengelus rambut Dahyun, yang langsung ditepis olehnya.
“Pilihan yang bagus.”
“Tapi ... Dengan satu syarat.” Dahyun menatap ke satu titik. Ke sosok yang terduduk tak jauh dari ranjangnya. “Lepaskan dulu ikatanku ini, dan beri aku waktu untuk berpamitan pada Jungkook.”
Sekarang udh kejawabkan siapa dalang dari semuanya :") beberapa udh ada yang jawab bener tapi kebanyakan pada nyangkanya Eunwoo ya 😂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro