🍪35| Medicine pt. 2
Play: Love -
Ost are you human too?
Jungkook berulang kali meregangkan lehernya. Padahal ini masih pagi, tapi ia sudah merasa lemas sekali. Kemarin malam pun ia tidak bisa tidur nyenyak karena tubuhnya terasa sakit semua. Dahyun mengernyit bingung saat melihat gerak-gerik aneh Jungkook. Lelaki itu terlihat sangat pucat dan keringat juga mulai membasahi keningnya, “Kookie-ya, wae irae? Eodi appa?” tanyanya khawatir.
Jungkook yang masih fokus menyetir hanya menoleh sekilas sembari tersenyum tipis, “Ani, aku hanya merasa kepanasan saja.”
“Mwoya, kau kepanasan di musim dingin?” tanya Dahyun heran.
“Oh iya ya? Hehe sepertinya hanya perasaanku saja.” Jungkook segera memarkirkan mobilnya ketika mereka telah sampai. “Aku akan ke ruangan Donghwa hyung dulu baru aku akan—“ Perkataan Jungkook terpotong saat Dahyun tiba-tiba saja menempelkan tangannya ke dahi Jungkook untuk mengecek suhu tubuhnya.
“Ya, kau demam. Dahimu panas sekali,” ujar Dahyun khawatir. Ia segera mengenakan seatbelt-nya lagi lalu menyuruh Jungkook untuk kembali menyalakan mobilnya. “Ayo kita pergi. Jangan ke kantor, kita pergi ke rumah sakit, ya?”
Lelaki itu langsung menahan tangan Dahyun yang akan menyalakan mobilnya. “Tidak usah. Sepertinya aku hanya kelelahan saja. Istirahat sebentar juga pasti akan sembuh. Ayo, kita harus segera masuk.” Jungkook langsung membuka pintu mobilnya dan ke luar dari sana. Sementara Dahyun masih menatap lelaki yang kini menyuruhnya untuk ke luar dari mobil itu dengan pandangan bingung. Kenapa tingkah Jungkook aneh sekali?
Tak mau ambil pusing, akhirnya Dahyun menyusul Jungkook yang telah menunggunya di pintu masuk. Ia sempat menyuruh Jungkook untuk menunduk selagi ia berbisik, “Setelah ke ruangan Daepyo-nim, kau harus langsung datang ke ruanganku, ya?”
Jungkook kembali menegakkan tubuhnya seraya tersenyum tipis, “Tentu.”
Setelah menyapa beberapa pegawai lain—terutama Hyunjin dan Yeji yang langsung membombardirnya dengan berbagai pertanyaan—Jungkook segera pergi menuju ruangan Donghwa. Sebelumnya, ia sempat berbalik dan menyapu pandangannya ke tempat di mana para pegawai tengah sibuk bekerja. Walaupun ia baru bergabung di sini selama beberapa bulan, ia pasti akan merindukan suasana ramai di perusahaan ini.
Tanpa mengetuk pintu lebih dulu, ia langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya, mengagetkan Donghwa yang tengah berbincang dengan seseorang lewat teleponnya.
“Oh geure, nanti akan saya kabari lagi.” Donghwa segera mematikan panggilannya lalu duduk berhadapan dengan Jungkook di sofanya.
“Ada apa? Sudah lama kau tidak kemari,” terang Donghwa, sementara Jungkook menatapnya serius.
“Aniya, aku hanya akan bilang kalau besok aku akan kembali ke Jerman.”
“Mwo? Kau akan kembali ke Jerman? Lalu kapan kau akan kembali?”
Jungkook membuang pandangannya, menatap ke arah jendela yang menampilkan pemandangan kota Seoul. “Entahlah, aku juga berharap bisa kembali kemari,” gumamnya tanpa sadar. Lalu kembali menatap Donghwa yang masih tidak mengerti dengan maksud ucapannya. “Aku tidak tahu kapan aku bisa kembali lagi kemari. Kau sudah menerima naskahku, kan? Memang belum selesai, tapi mungkin kau bisa memberikan naskahnya pada Dahyun. Biar dia yang menyelesaikan bagian akhirnya.”
Jungkook segera bangkit lalu membungkuk sekilas, “Kalau begitu, aku permisi.”
“Ya, Hwang Jungkook. Apa maksud perkataanmu itu? Dahyun yang melanjutkannya? Bagaimana bisa? naskah itu kan karyamu, bahkan para penggemarmu sudah sangat menanti novelmu itu.”
Jungkook hanya menoleh sekilas, “Lakukan saja seperti yang kukatakan kalau kau tidak ingin aku menarik sahamku di sini. Dahyun pasti bisa menyelesaikannya karena menjadi seorang penulis adalah impiannya sejak kecil. Lagipula, tanpa diberitahu pun, Dahyun pasti akan tahu setelah membaca naskahku.”
Lelaki itu kembali melangkahkan tungkainya meninggalkan ruangan itu, sementara Suho masih terpaku di tempatnya. Jungkook sempat memegangi kepalanya yang terasa pusing saat ia sudah ada di depan pintu ruangan Dahyun. Maniknya memejam sesaat sebelum membuka pintu itu dengan senyuman lebar.
“Eoh, sepertinya kau sangat sibuk, ya? Apa kedatanganku mengganggu?” tanya lelaki itu saat melihat Dahyun yang tengah sibuk memeriksa naskah penulis lain yang terus berdatangan.
“Ani, tidak terlalu. Duduk saja dulu, aku akan memeriksa ini sebentar lagi,” balas Dahyun tanpa melepaskan fokus pada monitornya. Jungkook mengangguk, lantas menjatuhkan tubuhnya pada sofa di ruangan Dahyun dengan leluasa.
Jungkook menyugar rambutnya ke belakang, dengan dalih menahan rasa sakit yang terus menghujam kepalanya. Bibirnya semakin pucat dan suhu tubuhnya tidak kunjung menurun. Tak ingin membuat Dahyun khawatir, Jungkook lantas beranjak dan memberitahu Dahyun kalau ia akan ke kamar mandi. Sepertinya ia harus membilas wajahnya supaya kembali segar.
Begitu Jungkook ke luar, Dahyun sempat memastikan kalau lelaki itu sudah benar-benar pergi ke toilet lewat ekor matanya lalu mengalihkan pandangan pada tas lelaki itu yang dibiarkan tergeletak di atas sofa. Gadis itu memainkan penanya seraya menggigit bibir, ia benar-benar tidak bisa fokus karena terus memikirkan obat yang ia lihat pagi tadi lalu melihat kondisi Jungkook yang sekarang malah semakin membuat perasaannya tidak tenang.
Akhirnya ia memutuskan untuk kembali memeriksanya sendiri setelah berpikir beberapa menit. Ia meraih tas Jungkook lalu mencari keberadaan obat itu yang sempat ia selipkan ke bagian depan tas itu. “Ah ketemu!”
“Dahyun-ah.”
Dahyun langsung membeku di tempatnya saat mendengar suara Jungkook di belakangnya. Ia segera memasukan obat itu kedalam sakunya lalu berbalik dan menatap lelaki itu seolah tidak ada hal yg terjadi, “Oh, kau sudah kembali? Kenapa cepat sekali?” tanyanya refleks.
Jungkook berjalan perlahan menghampirinya lalu melirik ke arah tasnya yang telah terbuka. “Apa yang sedang kau lakukan dengan tasku? Sedang mencari sesuatu?”
“Ah ani!” Dahyun mengibaskan tangannya panik. “A-aku hanya membenarkannya saja karena sejak tadi tas ini sudah terbuka.”
“Ah geure?” Jungkook segera mengambil alih tasnya lalu meletakannya di atas meja. Sama sekali tidak menaruh kecurigaan apapun pada Dahyun. “Pekerjaanmu sudah selesai?” tanyanya.
“Tentu saja belum. Aku baru menyelesaikan setengahnya. Kau sudah baikan?”
“Eoh, sedikit. Sepertinya aku harus pulang duluan untuk beristirahat, tidak apa-apa, kan?”
“Tentu saja, aku baru saja akan menyuruhmu untuk pulang. Tapi … kau sungguh tidak akan ke rumah sakit? Luka pada tubuhmu kemarin cukup banyak. Aku khawatir jika kau—“
“Tidak perlu. Sudah aku bilang kan kalau aku hanya kelelahan saja? Lagipula aku sudah terbiasa seperti ini saat awal musim dingin. Tubuhku hanya butuh waktu yang lebih untuk menyesuaikan diri dengan perubahan suhu yang ekstrim seperti ini.” Jungkook mengusap rambut Dahyun seraya tersenyum tipis, tidak mau membuat gadisnya semakin mengkhawatirkan keadaannya.
“Omong-omong, ini hari terakhir kita. Maaf karena tidak bisa menemanimu lebih lama di sini,” lanjutnya agak menyesal.
“Gwenchana. Kesehatanmu lebih penting justru aku yang minta maaf karena tidak bisa merawatmu. Kalau kau tetap menolak ke rumah sakit, segeralah pulang dan istirahat, aku akan pulang lebih awal nanti.” Dahyun balas menggenggam tangan Jungkook erat. Lelaki itu mendekatkan wajahnya lalu mendaratkan kecupan di tangannya. “Gumawo, nan galge. Annyeong!”
Dahyun balas melambai saat Jungkook akan meninggalkan ruangannya. Begitu lelaki itu telah benar-benar menghilang dari pandangan, Dahyun mengeluarkan obat di dalam sakunya.
“Jungkook-ah, sebenarnya kau sakit apa? Kenapa tidak mau memberitahuku?”
Dahyun menggenggam obat itu dengan erat, sementara maniknya memejam erat, mencoba menahan rasa kecewa dan khawatir yang terus menghantuinya. Ini hari terakhir Jungkook berada di Seoul dan besok, lelaki itu sudah akan pergi ke Jerman. Gadis itu merebahkan tubuhnya ada sofa, menatap langit-langit ruangannya dengan helaan napas panjang.
Selama waktu yang tersisa, bisakah ia menghilangkan perasaan tak mengenakan ini? ia jadi takut, kalau hari ini menjadi hari terakhirnya melihat Jungkook. Sampai kapanpun, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia tidak mau, kehilangan lelaki itu untuk kedua kalinya.
Translate:
Ani = Tidak
Gumawo = Terimakasih
Nan galge = Aku pergi
Annyeong = Dah, bye, halo
Wae irae? = Kau kenapa?
Eodi appa? = Ada yg sakit?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro