🍪21| Ily Cookie
Play: Darling U - ost
Oh my venus
Dahyun menggeliat pelan saat sebuah suara musik sayup-sayup mulai terdengar. Ia mengernyit dengan mata yang menyipit saat melihat jam yang baru menunjuk angka empat pagi. Dahyun menegakkan tubuhnya lantas menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang seraya mengumpulkan nyawanya.
Dahyun kemudian turun dari ranjang, lantas berjalan menuju kamar mandi untuk gosok gigi dan mencuci wajahnya saja. Ia tidak mandi, karena ini masih pagi buta. Siapa sih yang memutar musik di pagi buta seperti ini?
Dahyun ke luar dari kamarnya lantas mengernyit saat menyadari tidak ada siapapun di ruang tengah. Ia mendekatkan telinganya pada pintu kamar Jungkook, namun suara musik tidak terdengar dari sana. Dahyun pun memutuskan untuk mencari asal suara musik itu. Ia berjalan perlahan menelusuri penginapan yang mereka sewa.
Suara musik itu terdengar semakin keras, disusul dengan suara deru napas yang berlomba keluar. Dahyun mematung di tempatnya saat melihat pemandangan di hadapannya saat ini. Jungkook tengah berlari di atas treadmill dengan kaos putih tanpa lengan. Bibirnya sesekali melantunkan lirik dari musik yang tengah di putar. Keringatnya yang bercucuran di sekujur tubuhnya membuat Dahyun dapat melihat tubuh bagian belakang Jungkook yang tercetak jelas. Belum lagi lengannya yang memiliki otot cukup kekar itu membuat Dahyun meneguk ludahnya payah. Apa-apaan ini, kenapa Jungkook terlihat sangat sexy?
Seakan tak cukup dengan pemandangan itu, Jungkook segera menangkap basah Dahyun yang tengah menatapnya. "Eoh, sejak kapan kau ada di sana?" tanyanya agak kaget. Jungkook mematikan treadmill-nya lantas berjalan menuju kulkas dan mengambil air.
Dahyun gelagapan, "Ah ba-barusan. Aku mendengar suara musik jadi tanpa sadar sampai di sini."
Jungkook membuka tutup botolnya, lantas menegak air minumnya hingga habis setengah. Ia meletakan botol itu di tempatnya lantas menghampiri Dahyun. "Oh ya, jam 7 nanti kita sudah harus kembali ke Seoul. Kakek sepertinya masih tidur, kita bisa mengantarnya pulang dulu sebelum kembali.”
"Eoh, geunde ... aku masih khawatir, bagaimana jika kondisinya memburuk lagi setelah aku pulang? Dia terlalu terbawa suasana saat pergi ke sini."
"Tenang saja, aku yakin dia akan baik-baik saja. Walaupun berat untuk meninggalkan, tapi kita juga harus menghargai keputusannya yang memilih untuk tetap tinggal di Busan." Ya, sebelumnya Dahyun sudah membujuk sang kakek untuk tinggal bersamanya di Seoul, namun lelaki paruh baya itu dengan gegas menolak. Ia lebih memilih untuk tetap tinggal di sini, dan menyuruh Dahyun untuk fokus pada pekerjaannya saja.
Jungkook duduk di sebuah bangku panjang, ia menepuk tempat di sisinya, menyuruh Dahyun untuk duduk di sampingnya. "Kemarilah, duduk di sini."
Dahyun menurut, ia mendudukan dirinya di samping Jungkook hingga dapat merasakan hawa panas di tubuh Jungkook yang menguar. Aroma floral dan vanila yang manis bercampur dengan keringatnya menghasilkan wangi yang lembut namun maskulin, tanpa sadar Dahyun jadi semakin ingin berada di dekatnya dan mencium wanginya lebih lama.
Bukankah ini aneh? Biasanya mereka tidak tenang seperti ini, pasti ada saja adu argumen yang terjadi, tapi kali ini, entah kenapa suasananya agak berbeda.
"Kenapa memperhatikanku seperti itu?" tanya Jungkook saat memergoki Dahyun yang terus melihat ke arahnya.
"A-ah tidak? Siapa yang memperhatikanmu?" Dahyun membuang pandangannya seraya merutuk dalam hati. Sialan, itu memalukan sekali. Sementara Jungkook terkekeh kecil, "Kenapa hari ini kau terlihat malu-malu begitu? Biasanya kau selalu mengomeliku."
"Si-siapa yang malu-malu?" cicit Dahyun. Pipinya tiba-tiba saja memanas saat melihat Jungkook yang menyugar rambutnya ke belakang, membuat kening lelaki itu terekspos dan entah kenapa itu membuat ketampanan Jungkook bertambah berkali-kali lipat. Ahh ... sial, aku sepertinya sudah gila, rutuk Dahyun dalam hati.
Dahyun langsung bengkit berdiri, tanpa melihat ke arah Jungkook lagi, ia segera pergi dari sana. "A-aku mau mandi dulu."
Jungkook yang melihatnya merasa aneh. Ia sempat menahan tawa saat melihat Dahyun menabrak pintu, lalu kabur ketika menyadari Jungkook tengah melihatnya. "Astaga, kenapa kau semakin menggemaskan. Aku kan jadi tidak tahan."
Sarapan kali ini terasa lebih tenang dari biasanya. Hanya ada denting suara alat makan yang membentur piring dan kunyahan saja. Kakek Shin sudah makan lebih dulu, lelaki paruh baya itu saat ini tengah berjalan di sekitar penginapan untuk menghirup udara segar. Meninggalkan mereka berdua dalam suasana yang sangat asing. Dahyun juga bingung pada dirinya sendiri, kenapa rasanya jadi canggung seperti ini saat bersama Jungkook.
"Kenapa? makanannya tidak enak? Mau kusuapi?"
Ini yang Dahyun tidak suka dari Jungkook. Kenapa sih, Jungkook manis sekali? Gadis itu bahkan masih mengingat perlakuan manis lelaki itu padanya kemarin malam.
"Ahh ... tidak. Aku hanya tak berselera saja," balas Dahyun lemah. Ia menunduk, memaki dirinya yang kini bisa lemah oleh pesona Jungkook.
Tiba-tiba saja lelaki itu menempelkan punggung tangannya pada dahi Dahyun, mengecek suhu tubuhnya. "Kau sakit? Kenapa pipimu memerah?"
Ini semua gara-gara kau, bodoh!
"Ti-tidak! Lepas!" Dahyun menyingkirkan tangan Jungkook dari dahinya lalu menutupi kedua pipinya yang memanas.
Jungkook jadi bingung. Lelaki itu tidak merasa telah melakukan kesalahan apapun pada Dahyun hari ini, tapi kenapa gadis itu terlihat murung dan tak mau ia sentuh. Baginya lebih baik Dahyun yang suka mengomel dan protes daripada Dahyun yang terus diam seperti ini dan saat ditanya malah ketus. "Kau ini kenapa? apa aku melakukan kesalahan?"
"Iya! Banyak!"
Masa bodoh, Dahyun mulai memakan makanannya lagi dengan kesal hingga pipinya menggembung. Ia sudah lelah menjaga image karena pada akhirnya, Jungkook malah akan mengejeknya.
Jungkook mengangkat sebelah alisnya bingung. Sungguh, ia sama sekali tidak mengerti dengan sikap Dahyun. "Salahku apa?"
Dahyun langsung menatap Jungkook tajam dengan mulut penuh. "Cih, pura-pura tak tahu." Dahyun mengunyah dan menelan makanannya cepat lalu meminum airnya.
"Mwo? Sungguh, aku tak mengerti. Memangnya apa salahku?"
Dahyun menyentak sumpitnya pada meja seraya menatap tajam Jungkook. "Kau terlihat tampan dan selalu menggodaku, dan itu menyebalkan."
"M-mwo?" Jungkook mematung di tempatnya. Otaknya tiba-tiba saja terasa 'blank'. Apa katanya? Apa ia tidak salah dengar?
"Kau juga selalu menghantui pikiranku sejak semalam. Pagi tadi saja, apa kau sengaja pakai kaos tanpa lengan supaya aku bisa melihat ototmu, begitu?" kesal Dahyun.
"Tu-tunggu! Kau ... tidak sedang mabuk, kan?"
"Aku berharap diriku memang mabuk! tapi sialannya tidak! Sejak kapan kau seperti ini? aku tahu kau memang menyebalkan tapi kenapa kau membuatku berdebar?!" Hilang sudah harga dirinya saat ini. Dahyun menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangan. Astaga, barusan aku bilang apa? Kau memang bodoh, Kim Dahyun.
Jungkook syok. Apa-apaan perkataan Dahyun barusan? Sekarang bukan hanya Dahyun yang berdebar, Jungkook juga demikian hingga kupingnya memerah. "Aa—ini terlalu mengejutkan. Jadi ... maksudmu kau mencintaiku, begitu?"
Bodoh! Dia masih menanyakannya lagi.
"Tidak! Itu artinya aku membencimu!" sungut Dahyun kesal. Ia lalu berdiri dan bersiap untuk kabur tapi Jungkook segera menahan lengannya.
"Hey, berhenti menghindar. Kau mencintaiku, iya, kan?"
"Tidak! Kapan aku bilang?"
"Kau pikir aku bodoh? Yang kau katakan barusan itu bukannya pengakuan cinta?"
Dahyun melirik Jungkook sebal. "Kalau kau tahu kenapa masih bertanya? Menyebalkan sekali! Lepas! Aku mau—"
Dahyun terdiam saat Jungkook tiba-tiba saja menarik tangannya dan membawanya ke dalam sebuah pelukan. Posisinya yang berada di dada Jungkook membuat Dahyun dapat mendengar dan merasakan debaran jantung Jungkook yang berdetak sangat cepat. Sementara Jungkook mengecup pucuk rambut Dahyun yang wanginya sama seperti shampo miliknya. "Aku juga mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu."
Pipi Dahyun semakin memerah, ia semakin menyembunyikan wajahnya di dada Jungkook karena malu. "Berhenti mengatakannya, itu menggelikan."
Jungkook tertawa. "Kau tahu, pengakuanmu tadi lebih menggelikan, loh. Sayang sekali, seharusnya aku merekam wajahmu saat mengatakan hal itu."
"Ya! Mau mati?!"
"Tentu saja tidak mau. Nanti kau pasti sulit melupakanku kalau aku mati."
Dahyun mendelik, astaga, bagaimana aku bisa sempat melupakan sifat asli Jungkook yang menyebalkan?
"Sudahlah, berhenti memelukku."
"Tidak mau," tolak Jungkook. Ia malah semakin mengeratkan pelukannya membuat senyum Dahyun tanpa sadar mengembang.
"Tapi sampai kapan kau akan memelukku seperti ini?"
"Sampai aku puas atau kau boleh menggantinya dengan yang lain kalau pelukannya ingin dilepas sekarang."
Dahyun mendongakan wajahnya untuk menatap Jungkook sementara lelaki itu menunduk. "Apa yang harus kulakukan?"
Jungkook memanyunkan bibirnya. "Cium aku."
"O-oh?"
"Kisseu, arra?"
"Shiro! Kalau begitu peluk saja." Dahyun segera menenggelamkan wajahnya di dada Jungkook lagi membuat lelaki itu tertawa gemas dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Astaga, ini pacar siapa sih, menggemaskan sekali."
"Berhenti menggodaku, kookie!"
"Kookie?"
"Iya, Kookie, mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan sebutan itu lagi."
Jungkook tersenyum lebar. "Baiklah, jadi ... Kookie love Dub-ttungie, nih?"
Dahyun menggeleng. "Jangan Dub-ttungie, Dubu saja, itu lebih baik."
"Okey, Kookie dan Dubu. Kalau anaknya mau kita kasih nama siapa?"
"Anak?! Ya, kita hanya berpacaran! Bukan menikah!"
Jungkook lagi-lagi tertawa. "Untuk persiapan saja. Siapa tahu kita memang berjodoh." Lelaki itu kemudian melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah Dahyun. "Kau serius tidak akan memberiku morning kiss?"
Dahyun menatap Jungkook datar. Sebenarnya otak Jungkook itu terbuat dari apa sih? kenapa memikirkan hal itu terus?
"Ekhm! Apa? Kau menyuruh cucuku melakukan apa?"
Sang kakek yang tiba-tiba datang seolah menjadi celah untuk Dahyun supaya bisa kabur. Gadis itu segera berlindung dibalik tubuh sang kakek lalu menunjuk Jungkook seolah ia adalah pedofil.
"Kakek! Lihatlah, dia mulai kurang ajar!" Dahyun mengadu, lalu menjulurkan lidahnya penuh ejekan pada Jungkook sementara lelaki itu hanya bisa menggaruk lehernya salah tingkah seraya meringis malu.
Translate:
Ya! = Hey!
Kisseu = Cium
Ara = tahu, kau tahu
Geunde = tapi
Shiro = tidak mau
.
.
.
Aku gk berhenti senyum pas nulis part ini😌😂 kalo kalian gmn?
Akhirnya dubu udah sadar sama perasaannya wkwk
Seneng banget kemaren komennya bisa tembus 80+ 😢 kali ini bisa lagi gk ya?
See you💕
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro