Chapter 10
Tenn yang sudah tak nyaman bersama orang-orang asing yang tentunya menurutnya pribadi, memilih meninggalkan ruangan itu. Ia ingin merebahkan dirinya dikamar saja sambil menunggu jam makan malam.
Namun entah pikiran darimana, terbesit keinginan yang menurutnya konyol. Tubuhnya berbelok ke kiri dan bersembunyi di lekukan tembok lorong. Ia mencoba mendengarkan apa yang mereka katakan saat ia pergi.
Timbul perasaan penasaran didalam hatinya, hal apakah yang akan diobrolkan mereka saat ia pergi tanpa kata seperti tadi. Lihat saja bila mereka membicarakan tentang dia dan Riku, maka-
"Hei... Apakah kalian merasakan bila ada 'sesuatu' diantara Riku dan si Kujou itu? "
Kedutan terasa di dahi pemuda berambut pink pucat itu. Disusul perempatan tak kasat mata. Ia meremas lekukan tembok sambil tersenyum lebar tapi penuh dengan hawa membunuh.
'Baru ditinggal sebentar lo, Nikaido Yamato' batin Tenn yang gemas ingin meremas wajah seseorang.
Telinganya sedikit gatal, ia sedikit keluar dari persembunyiannya dengan mengeluarkan kepalanya kearah pintu ruangan yang terbuka agar lebih leluasa mendengar 'ghibahan' mereka lalu menentukan seberapa tinggi level untuk memberi pelajaran pada mereka.
Namun niatnya untuk lebih mendekat terhalang oleh suara langkah kaki terburu-buru, ia segera kembali menarik kepalanya. Suara pintu terkunci menggema dilorong itu.
Tenn yang mendengar suara pintu terkunci, melebarkan kedua bola matanya. Ia keluar dari persembunyiannya dan melihat pintu ruangan itu tertutup. Decakan lirih keluar dari mulutnya. Ia sedikit tersentak saat menyadari tingkah konyolnya yang menguping pembicaraan tak jelas.
Ia pun berlalu menuju kamarnya, memilih melupakan niat awalnya mendengarkan 'ghibahan' dari mereka. Toh bukan urusannya kan?
Langkahnya berhenti saat kalimat itu terlintas di pikirannya.
"Bukan urusanku, ya? " gumamnya entah kepada siapa.
•••
Pintu berderit disusul seseorang pemuda memasuki ruangan itu. Ia merebahkan badannya ke ranjang. Pandangan matanya mengarah ke atas. Pikirannya mulai mengembara bersamaan dengan larutnya ia ke pikirannya.
"Tak kusangka bocah kurang ajar sepertimu bisa galau juga"
Tenn tersentak, ia bangkit dari posisi berbaringnya lalu duduk sambil melebarkan kedua bola matanya kearah asal suara asing itu.
Disana, berdirilah seorang pemuda dengan menyenderkan tubuhnya ke dinding. Rambut abunya terlihat berkilauan dibawah lampu kamar Tenn yang lumayan redup.
"Woah... Santai saja, bocah. Jangan menatapku seperti ingin memakanku seperti itu" ucap si orang asing sambil memasang wajah remeh. Tenn kembali berdecak. Ia bersedekap dengan menatap tajam orang yang dengan santainya berkeliling dikamarnya.
"Hm... Seleramu bagus juga, bocah. Kukira kau menghias kamarmu dengan barang-barang berbau merah muda seperti rambutmu itu" ucapnya kembali.
Tenn yang mendengar ejekan tak langsung dari pemuda itu melemparkan bantalnya kearahnya yang sibuk membuka buku setelah mengambilnya dari rak. Dan tentu mendarat manis di kepala abunya.
"Aduh- kenapa kau melemparkan bantalmu kearahku, bocah?! " teriaknya dengan geram.
Tenn menyempitkan matanya dengan tetap menatap tajam.
"Mau apa kau kemari? "
Si pemuda menghela nafas, ia lalu tersenyum miring dengan tetap membawa buku disebelah tangannya.
"Menurutmu? " tanyanya balik dengan nada main-main.
Tenn menipiskan bibirnya memilih bungkam.
"Heh? Jarang sekali kau tak menyahut" kata si pemuda dengan sebelah alis naik, ia lalu berjalan mendekati ranjang Tenn dan dengan santai duduk disampingnya. Si empu ranjang mendelik namun memilih menarik nafas pelan, mencoba menyabarkan diri. Ia menatap jendela kamarnya yang memperlihatkan suasana diluar.
"Memangnya kenapa? Masalah? " gumam Tenn lirih.
"Tentu saja masalah. Biasanya kau akan mengomel atau menghujat atau menyemburkan ucapan pedas lalu-"
Ucapan beruntun si rambut abu terhenti. Ia lalu tersenyum tipis, tangannya terangkat mengelus pelan rambut merah mudanya Tenn. Yang dielus kepalanya tak menolak, lebih memilih membisu dengan pandangan mata tetap di luar jendela
"Khawatir dengan adikmu lagi? " tanyanya dengan lembut. Tenn tetap tak menjawab, ia menggigit bibirnya tanpa menatap balik orang yang mengajaknya bicara.
"Tak apa bila kau tak mengaku yang sebenarnya kepada adikmu itu dan memilih bersikap dingin, " pemuda itu tetap mengelus kepala Tenn dengan senyuman yang tetap terpatri di bibirnya. Tenn menolehkan kepalanya kearah pemuda abu itu. Matanya sedikit berkaca dengan alis yang saling bertautan.
"Eh? Mau menangis? " tanya si abu dengan alis dinaikkan. Tenn sekali lagi mendelikkan bola matanya. Habis sudah rasa pedih yang ada di matanya berganti dengan rasa ingin memukul pemuda abu di sampingnya.
"Siapa yang ingin menangis, hah?! " teriaknya. Walau rasa pedih sudah lenyap entah mengapa setetes air mata turun dari manik matanya, disusul air mata lain yang semakin deras mengalir dari kedua bola matanya yang berkaca-kaca. Raut wajah yang semula marah berganti sendu dengan bahu yang bergetar pelan.
"Li-lihat! A-aku tidak menangis, kan?! " ucap Tenn dengan suara bergetar.
Si pemuda abu tersenyum maklum, tanyanya tetap mengelus lembut rambut Tenn yang masih sibuk berusaha menghapus air mata yang berlomba-lomba keluar dari manik matanya.
Ditariknya dengan perlahan kepala Tenn menuju pundak lebarnya lalu dengan lembut ia menepuk-nepuk kepala Tenn yang sudah bersandar nyaman di pundaknya itu.
"Tetapi... " lanjut si pemuda abu membuka pembicaraan yang sempat terpotong tadi.
"Tetapi kau tetap kakaknya, kan? Kau tak bisa menampik hubungan persaudaraan kalian. " ucap si pemuda. Tenn dengan tetap berusaha menahan air matanya dengan terus menghapusnya dengan punggung tangan. Dengan lirih ia menjawab,
"Tapi aku sudah banyak berkata dan melakukan hal jahat kepadanya. Dia benar-benar bodoh bila tak membenciku "
Tawa kecil keluar dari pemuda berambut abu itu.
"Sayangnya dia tetap tak membencimu, malahan sepertinya ia berusaha menggapaimu walau banyak rintangan dihadapannya "
Tenn tersenyum tipis mendengar ucapan si pemuda abu.
"Ya. Dia benar-benar bodoh" ucapnya. Satu pukulan ringan dari tangan pemuda abu di kepala Tenn membuatnya mengaduh pelan.
"Kalau dia bodoh kau apa? Kuadratnya bodoh? " ucap si pemuda abu dengan jahil.
Tenn masih tersenyum namun senyum yang ia keluarkan terlihat sendu.
"Ya. Aku lebih bodoh darinya, seperti katamu"
Mendengar ucapan Tenn, si pemuda abu mencubit pelan pipi Tenn lalu menariknya.
"AAAA- LEUPASKAN, OUBAN-"
"Ha... Kau bicara apa? "
Tamparan bantal yang kencang menjadi jawaban dari pertanyaan si pemuda abu.
"Iya-iya aku lepaskan! Sudah, dong! " teriaknya.
Tenn mendengkus, si pemuda abu kembali tersenyum.
"Nah... Ini baru Tenn yang aku kenal. Si cowok bar-bar pemilik mood perempuan datang-"
Tenn kembali bersiap melemparkan bantalnya, namun si pemuda sudah menghilang entah kemana.
Tenn menurunkan bantal yang semula ia naikkan keatas kepala. Poninya menutupi sebagian wajahnya. Sebelah tangan ia letakkan di wajahnya.
Bibirnya kembali ia gigit menahan perasaan yang kembali menguar dari rongga dadanya.
"Aku bodoh karena merasa goyah. Apa yang kau harapkan, Tenn? "
Tawa hambar lolos dari bibirnya, terbesit tawa riang seseorang dikepalanya. Ia kemudian memilih menutup kedua matanya mencoba menghilangkan suara tawa itu.
"Kau tak akan kembali ke masa itu lagi... "
______________________________________
Woah... Ehem Soft boy, Tenn sad boy:"3/ditampar fans Tenn
Tenn galau nih, gak ada yang mau ngehibur?
Betewe... Enthor Shiro cinta kalian semua, makasih ya untuk yang udah ngikutin dari prolog ataupun yang baru baca. Yang meninggalkan komentar apalagi... Beuhh... Cintanya nambah banyak :"3
Enthor gak maksa kalian komen, gak kok~
Tapi entah kenapa liat dan baca komen kalian rasanya kayak... Hangat gitu hati Enthor... Ehehe... Intinya gitu sih :"
Ainana mau anniv ke 6. Gak kerasa... Udah 3 tahun Enthor di fandom ini. Banyak suka dan duka juga sesuatu yang membuat Enthor menjadi lebih baik :")
Ya... Walau kemarin ainana gak jadi tayang di Muse Indonesia tapi gak papa deh, mungkin next bisa :"D
Kalau boleh tau cerita dong, apa aja yang kalian rasakan ketika di fandom ini. Mulai dari suka dan duka~
Kita sharing bareng ya~ kangen aku ama pembacaku yang imut-imut ini :"3
Oh ya... Berarti udah 2 tahun juga Enthor di dunia oren... Duh duh...
Ada info nih~
Jan lupa nonton ya~
Oh- satu lagi-
Sudah siap :"D?
Tetep jaga kesehatan dan jangan lupa tersenyum~
Dah senyum belom hari ini, kalo belum senyum dulu dong, biar manis :"3
Bye-bye~
See you next chapter
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro