Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

019: Rencana Aliansi (Bagian 3)

"Tuan Diky, Tuan Dimas, bangun. Ini sudah pagi."

Suara dari Cassandra barusan membangunkan Diky dan Dimas yang tertidur pulas di kursi teras. Gadis setengah kucing itu hanya geleng-geleng dan berkata, "Kenapa Tuan-Tuan tidur di sini? Kenapa tidak membangunkan aku jika Tuan sudah kembali."

"Aku hanya tidak ingin mengganggu saja. Semalam kami kembali terlalu larut, jadi aku tidak enak jika membangunkanmu atau Pak Thomas," jawab Diky lalu mengucek matanya.

Cassandra hanya menghela napas dan berkata, "Padahal semalam aku tidur di ruang tamu agar menunggu kepulangan Tuan. Jadi, tidak masalah jika Tuan membangunkanku."

Diky menggaruk kepala dan berkata, "Eh, baiklah kalau begitu."

Dimas yang sedari tadi menyimak hanya senyum-senyum sendiri, seolah melempar seringaian jahil kepada sahabat masa kecilnya itu. Merasa ada tatapan jahil yang ditujukan kepada dirinya, Diky menoleh ke arah Dimas dan bertanya, "Kenapa reaksimu begitu? Memangnya ada yang salah?"

Dimas hanya menggeleng pelan, meski raut wajahnya terlihat seperti sedang menahan tawa. "Tidak ada apa-apa. Kalian lanjut saja berbincangnya."

Tiba-tiba Thomas keluar dari rumah dan menghampiri mereka. "Oh, rupanya kalian sudah kembali. Ayo masuk, tidak baik mengobrol terlalu lama di luar."

Sebelum masuk ke dalam rumah, Thomas meminta Cassandra untuk membantunya menyiapkan makan pagi. Sementara Diky dan Dimas beranjak dari kursi dan mengikuti dua Cathuman itu masuk. Kemudian Thomas meminta Diky dan juga Dimas untuk beristirahat di ruang tamu sembari menunggu makanan siap.

"Lalu, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Dimas memulai percakapan.

Diky bersedekap untuk berpikir sejenak. Tak lama berselang, sebuah ide terlintas dalam benaknya. "Bagaimana jika meminta Cassandra untuk membujuk Cathuman pemberontak? Mungkin saja mereka mau mengerti."

Dimas menempelkan tangan ke dagunya dan ikut berpikir. "Hmm, benar juga. Kalau kita yang melakukannya, aku yakin mereka akan memberi perlakuan buruk."

Diky masih mengingat bagaimana ia diperlakukan buruk layaknya seorang bajingan. Tiba-tiba sebuah pertanyaan melintas dalam benak lelaki tersebut. "Aku masih tak habis pikir, kenapa para Cathuman menaruh kecurigaan pada kita sebagai manusia?" gumamnya sembari berpikir keras.

Dimas hanya mengangkat kedua tangan sampai ke bahu, seolah memberi gestur tidak tahu. "Entahlah. Apa mungkin ada kejadian buruk di masa lalu, sehingga mereka membenci umat manusia?"

Diky hanya menghela napas panjang lalu memijat keningnya. Kepalanya merasa pusing karena tidak menemukan jawaban sama sekali. Sedangkan Dimas bersedekap dan terus memikirkan penyebab kebencian ras Cathuman pada manusia. Suasana mendadak hening karena tak ada satu pun dari mereka angkat bicara dan terus berpikir keras untuk mencari jawaban.

Tak lama kemudian, Thomas menghampiri mereka dan berkata, "Makanan sudah siap. Ayo, jangan murung begitu."

Diky dan Dimas menerima tawaran tersebut lalu mengikuti Tetua Desa menuju ruang makan. Di atas meja terhidang satu piring ayam panggang utuh dan juga semangkok salad, yang rupanya menjadi menu makan pagi Cassandra. Meski sempat merasa curiga karena perilaku tak biasa dari gadis Cathuman itu, Diky dan Dimas berusaha mengabaikannya dan menyantap sepotong daging yang telah disiapkan oleh Thomas.

"Oh iya. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan, Pak Thomas," kata Diky di sela jamuan.

"Apa itu? Katakan saja," ucap Thomas lalu kembali menyantap makanannya.

Diky menjelaskan rencana agar Cassandra membujuk para Cathuman pemberontak di Amberhorn, mengingat lelaki itu sempat mendapat pengusiran dan perlakuan buruk dari mereka. Seketika Thomas meletakkan sepotong daging yang ia santap ke piring lalu berpikir sejenak. "Hmm, sepertinya itu ide yang bagus. Kapan kalian akan melakukan rencana itu?"

"Jika memungkinkan, malam ini kita akan ke sana," jawab Diky.

Thomas mengangguk pelan lalu mengalihkan pandangannya pada Cassandra. "Bagaimana, Cassie? Apa kamu bersedia?"

"Tentu saja, Ayah," jawab Cassandra singkat lalu kembali melahap salad.

"Sebentar, Pak Thomas. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan," sela Diky.

Thomas tersenyum dan berkata, "Katakan saja. Tidak perlu sungkan."

"Sebenarnya kenapa ras Cathuman begitu membenci umat manusia? Apa mungkin terjadi sesuatu yang buruk di masa lalu?"

Thomas menempelkan tangan ke dagu untuk berpikir sejenak. "Hmm. Aku rasa ini ada hubungannya dengan Manhattan Project."

"Manhattan Project? Apa itu?" tanya Diky penasaran.

Sebelum Thomas sempat menjawab, tiba-tiba Cassandra menggebrak meja dengan keras. Ia tak mampu menyembunyikan ekspresi geram yang tersirat jelas di wajahnya, diiringi dengan napas yang memburu karena dibakar amarah.

"Hei, hei. Kau kenapa, Cassandra?" tanya Diky berusaha menenangkan keadaan.

Cassandra mengatur napasnya yang masih memburu. Tak kunjung mendapat jawaban dari gadis itu, Diky kembali bertanya, "Kau kenapa? Apa ada yang salah?"

Cassandra mengusap dada sembari terus mengatur napasnya yang tak karuan. Setelah hatinya merasa sedikit lebih tenang, ia menjawab, "Maaf, aku hanya tidak mau mendengar apapun tentang Manhattan Project. Lebih baik bicarakan yang lain saja."

Untuk mencairkan suasana, Thomas mengajak Diky dan Dimas untuk berjalan-jalan selepas makan pagi. Kedua lelaki itu mengiyakan lalu kembali meneruskan santapannya. Suasana mendadak canggung karena tak ada satu orang pun yang memulai pembicaraan, dan hanya fokus menyantap hidangan yang tersedia.

***

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga langit malam pun menyelimuti seisi desa. Setelah persiapan dirasa sudah cukup, Diky dan Cassandra berangkat menuju Amberhorn dengan menggunakan portal sihir. Dalam hitingan menit saja, mereka kini tiba di sebuah gang yang mengarah menuju persembunyian pemberontak Cathuman. Tanpa berlama-lama, Diky dan Cassandra menuruni anak tangga menuju ke ruang bawah tanah dan menyusuri lorong yang sedikit gelap dan juga pengap.

Setibanya di pintu, seorang Cathuman wanita menanyakan kata sandi dari balik pintu. Setelah Cassandra menjawab kata sandi yang tepat, akhirnya keluarlah manusia setengah kucing wanita itu. Namun, dia menunjuk ke arah Diky dan bertanya pada Cassandra dengan nada lantang. "Kau! Kenapa kau bisa bersama manusia ini, Cassie?!"

Cassandra mengangkat kedua tangannya sampai ke dada, seolah memberi gestur untuk menenangkan Cathuman tersebut. "Sudahlah, Rosalinda. Kita bicarakan secara baik-baik di dalam saja."

Awalnya Rosalinda menolak dengan keras. Kesal dengan perilaku Cathuman wanita itu, Diky pun akhirnya buka suara. "Cassandra benar. Bagaimana jika ada vampir sialan yang berpatroli di sekitar sini, lalu mendengar teriakanmu yang keras seperti itu?"

Rosalinda seketika bungkam karena tak bisa menyangkal. Kemudian dia mengajak Diky dan juga Cassandra untuk ke dalam dan berbicara lebih banyak. Setelah mereka masuk, tak lupa Rosalinda menutup dan mengunci pintu agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Rosalinda bersedekap dan bertanya dengan ekspresi curiga. "Jadi, apa yang mau kalian bicarakan? Cepatlah, jangan buang-buang waktu."

Tanpa banyak basa-basi, Cassandra menawarkan Rosalinda untuk beraliansi dalam menghadapi vampir yang menguasai Amberhorn. Namun, dia menolak dengan keras karena itu hanya akal busuk dari Diky, umat manusia yang dianggap antek-antek Mr. Manhattan dalam melakukan ekperimen gilanya. Tak lupa Rosalinda mengingatkan Cassandra, bahwa hanya dia satu-satunya yang berhasil selamat hidup-hidup dari Manhattan Project.

"Hei, hei! Aku saja tidak tahu apa-apa tentang Manhattan Project! Jadi, jangan sembarangan menuduhku!" sergah Diky menyela pembicaraan.

Rosalinda melempar senyum bernada sinis pada Diky lalu berujar. "Oh ya? Jangan kira aku akan percaya begitu saja padamu, dasar manusia licik!"

"Aku katakan sekali lagi, aku sama sekali tidak tahu apa itu Manhattan Project!" ujar Diky yang mulai tak sanggup menahan amarahnya.

"Sudahlah kalian berdua! Jangan bahas Manhattan Project lagi!" ujar Cassandra melerai perdebatan, dengan air mata yang perlahan jatuh di pipinya.

Seketika suasana mendadak hening. Baik Diky dan Rosalinda berhenti bertengkar dan hanya menatap tajam satu sama lain. Sementara itu, Cassandra terduduk ke lantai dan mulai menangis terisak. Rupanya Manhattan Project membuka luka lama di masa lalunya yang kelam, hingga membuat gadis itu tak mampu menahan kesedihannya.

Diky masih menatap tajam Rosalinda lalu menunjuk Cassandra yang masih menangis. "Lihat apa yang kau lakukan! Aku yakin dia mengingat masa lalunya yang kelam, karena kau sempat menyebut Manhattan Project!"

Rosalinda seketika bungkam karena merasa bersalah, lalu duduk di samping Cassandra dan memeluknya. "Maafkan aku, Cassie. Aku hanya tak mau manusia ini menyakitimu seperti waktu itu."

Cassandra yang masih terisak memeluk balik Rosalinda dan tak berbicara apa-apa. Diky yang menyaksikan hanya bersedekap dan menghela napas panjang. "Makanya, jangan sembarangan menuduh orang tanpa bukti," ujar lelaki itu pada Rosalinda.

Rosalinda hanya mengangguk pelan lalu membelai Cassandra agar dapat menenangkan hatinya. Diky yang masih bersedekap akhirnya angkat suara. "Aku tegaskan sekali lagi, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Manhattan Project. Jadi, kau tidak perlu curiga begitu padaku."

Rosalinda hanya mengangguk lemah dan meminta maaf atas perlakuan buruk sebelumnya. Diky sekali lagi menanyakan apa gadis setengah kucing itu bersedia untuk bersekutu dalam melawan vampir yang menguasai Amberhorn. Untuk membuat Rosalinda semakin yakin, Diky memberitahu bahwa dia pernah membantu dalam pertarungan merebut desa dari vampir.

"Baiklah. Aku bersedia untuk bekerjasama denganmu," jawab Rosalinda dengan penuh keyakinan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro