Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Morning Breeze - part 2

Dokter Fabian menatapku saat aku memasuki ruangannya, dia mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja. Jas putihnya di sampirkan di kursi,  menyisakan kemeja slimfit berwarna biru langit yang mencetak jelas tubuhnya. Wajahnya yang putih bersih dengan bulu yang tercukur halus di sekeliling rahangnya, tidak berekspresi sama sekali.

"Maaf dok..saya tadi makan siang duluan. Saya pikir dokter lama seminarnya." Ujarku enggan berbohong. Mengingat tadi aku sarapan hanya meminum susu jadi sekarang cacing di perutku sudah menjerit-jerit kelaparan.

Dia mengerutkan kening, "Kamu nggak sarapan tadi?"

"Tadi buru-buru dok.."

Dia mengangguk dan menatapku lagi, "Ah, lain kali sarapan dulu Dinasty, saya nggak mau kamu pingsan.."

Aku mengangguk, "Panggil asty saja, dok.." Aku risih di panggil dinasty, entah apa yang di bayangkan orangtuaku bisa memberiku nama Dinasty.

"Saya suka Dinasty. Nama yang bagus.." Ujarnya sambil tersenyum. Mata coklat gelapnya terus menerus menatapku.

Aku hanya tersenyum hambar dan mengutuk dalam hati kenapa bisa aku berduaan begini sama dia, dan itu matanya apa tidak bisa melihat ke arah lain. Aku melihat ke arah lantai yang tiba-tiba saja menjadi sangat menarik daripada harus menatap wajahnya.

Tok tok tok..

Terima kasih Tuhan..

Pintu terbuka dan masuklah sesosok perempuan cantik, tinggi semampai dan berkulit hitam manis. Dia adalah Katrina Maheswari. Dokter muda yang baru lulus dan bekerja di rumah sakit ini kurang dari sebulan yang lalu.

"Bian..kamu udah makan siang?" Ujarnya sambil berjalan menuju ke arah Fabian, dia tersenyum sekilas padaku dan aku balas mengangguk padanya.

"Belum..saya belum lapar." Jawabnya dingin. Dia terus menatapku yang masih berdiri kikuk di pinggir ruangan.

Dasar aneh, ama cewek secantik dan se-oke Katrina malah dingin.

"Ini, aku bawain ayam kemangi favorit kamu. Makan yuk.." Ujar Katrina sambil mengeluarkan tempat makan berwarna hitam dari paper bagnya.

"Aku masih kenyang, Kat..lagian kan ada kantin disini, kamu pakai repot-repot masak." Sahut Fabian. Wajah Katrina terlihat agak terkejut namun dia tetap memasang senyum malaikatnya.

Kok bau-baunya nggak enak banget nih, kalau tiba-tiba Katrina marah trus makanannya di banting ke lantai dan isinya berserakan kemana-mana, gimana?

"Maaf saya permisi dulu.." Aku langsung beranjak keluar tanpa menoleh lagi ke arah mereka berdua, alasannya jelas, aku nggak mau nonton sinetron drama siang bolong begini.

Aku menghela nafas dan duduk,  kemudian mengecek daftar pasien di komputerku. Syukurlah setelah tadi pagi ramai, siang ini kelihatannya agak sepi. Kebanyakan karena mereka sudah tahu dokter Fabian hari ini ada seminar.

Tapi kenapa dia sudah kembali jam segini? Itu kan berarti aku harus ke kantin bawah untuk memesan makan siangnya.  

Eh tapi tadi dokter Katrina udah bawain makan siang..

Aku dilema sendiri, menimbang-nimbang dan pada akhirnya memutuskan mengambil dompet dan ponselku lalu beranjak menuju kantin. Di hari pertama kerja dengan si tebar pesona itu, aku nggak mau di salahkan hanya karena masalah makan siang.

Corry dan Hendi masih duduk sambil bergosip di tempat yang tadi kami duduki. Mereka melirikku sambil tersenyum setan. Sejujurnya aku iri dengan Corry, dia menjadi asisten tetap Dokter Morseno spesialis anak. Dan si Dokter yang sudah sepuh dan baik hati itu menganggap Corry seperti anak sendiri, bahkan jika Corry terlambat kembali ke ruangan, dia tidak pernah di marahi. Atau Hendi yang bertugas di administrasi, dia tidak perlu menghadapi karakter ajaib dari beberapa dokter.

"Untuk dokter siapa?" Petugas kantin menyapaku ramah.

"Dokter Fabian Aganta.." Sahutku malas.

Tiba-tiba petugas kantin berubah cerah mukanya, "Oh Dokter Bian..kok nggak dia sendiri yang kesini sih? Atau suruh saya aja yang anter ke ruangannya.." Ujarnya sambil tersipu.

Gatel banget mbak.

"Dia lagi ada tamu.." Sahutku lagi.

"Oo begitu. Menu makan siang hari ini, capcay, ayam semur dan telur balado." Petugas kantin mulai menyiapkan makanan itu di tempat yang terpisah antara nasi dan lauk pauknya. "Dan jangan lupa, pepaya, favoritnya mas Fabian.."

Mas??

"Makasih.." Ujarku cepat langsung membawa makanan itu dan berjalan keluar kantin.

***

Aku mengerutkan kening ketika baru saja kembali dari kantin, dan melihat Katrina berjalan keluar dari ruangan Fabian sambil menenteng kembali paper bagnya, wajah manisnya di tekuk dalam-dalam. Bahkan dia tidak membalas senyumku saat kami berpas-pasan.

Pasti habis perang dunia ini di dalam..

Perlahan aku mengetuk pintu di depanku, dan langsung masuk ke dalam.

"Maaf dok, saya bawakan makan siang.." Ujarku. Wajah Fabian yang terlihat tidak bersemangat seketika langsung berubah cerah.

Aku menaruh tempat makan di mejanya dan mengaturnya agar dia bisa segera makan.

"Saya permisi dulu.." Ujarku sambil berjalan menuju pintu.

"Tunggu Dinasty.." Suara baritonnya memaksaku berbalik.

Fabian mengangkat alisnya, "Temani saya makan siang ya."

Ck..apalagi ini.

Aku menatapnya sejenak kemudian mengangguk lalu mengambil kursi di hadapannya, aku berusaha bersikap setenang mungkin.

Dia dengan santainya mulai menikmati makanan di hadapannya, "Kamu nggak makan?"

"Nggak, terima kasih.." Sahutku.

"Mau saya suapin?" Tanya dia lagi. Mata cokelat gelapnya menatapku dengan pandangan geli.

Dih..

Aku menyipitkan mata, dan memutuskan untuk membuang muka dan mengacuhkannya.

"Beneran ini enak banget lho.. Yakin nggak mau?" Dia mengangsurkan sendoknya padaku.

Aku menggeleng kemudian menunduk dan menatap jari-jariku yang saling bertaut.

Fabian menghentikan suapannya, menaruh sendok dan menatapku, "Ada yang salah dengan saya?"

Aku mengerutkan kening, "Maksud Dokter?"

Dia meminum air putihnya kemudian mengelap bibirnya dengan sehelai tisu, "Maksud saya, kamu terlihat nggak suka sama saya. Saya yang salah kira, atau memang begitu?" Dia bertanya sambil memiringkan kepalanya, menatapku dengan serius.

Aku balas menatap mata cokelat gelapnya, "Saya? Nggak suka dokter? Suka dalam definisi apa ya?" Hatiku mulai panas.

"Suka ya suka..senang, tertawa, bahagia. Bukan cinta, kalau itu maksud kamu." Jawabnya sambil menahan senyum.

"Saya senang-senang saja, tidak ada masalah. Darimana anda bisa mengambil kesimpulan seperti itu?" Aku mulai melotot kepadanya.

Fabian tersenyum tipis kemudian bersedekap sambil bersandar pada kursinya, "Kamu selalu menghindar tiap kali menatap saya, well, kecuali sekarang. Sepertinya jarimu atau bahkan lantai dan dinding lebih enak di lihat dari saya.."

Kok tahu??

"Saya nggak merasa seperti itu.." Ujarku sedatar mungkin. Dan tetap berusaha menatap matanya.

Dia berdiri dan menumpukan kedua tangannya di atas meja, membuat wajahnya hanya berjarak beberapa centimeter dari wajahku. Jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang karena mencium aroma parfum Davidoff miliknya.

"Kamu bukan pembohong yang baik, Dinasty. Saya tidak mau bekerja dengan orang yang tidak suka dengan saya, tapi terlalu sayang untuk meminta kamu bertukar dengan teman yang lain. Jadi pilihannya cuma dua, kamu dengan sukarela menyukai saya atau saya yang akan membuat kamu suka dengan saya.."

Sebelum aku bisa berpikir dan mencerna kata-katanya, bibir lembut mendarat di pipiku dan hampir mengenai sudut bibirku. Membuat perutku merasakan kepakan sayap jutaan kupu-kupu.

Kemudian Fabian berdiri tegap dan menyeringai padaku, lalu pergi keluar dari ruangan itu, meninggalkan aku yang seperti orang kebingungan dan hilang arah.

Fabian? Dokter tebar pesona itu? Menciumku?

Sialaaaan...!!!

-------------------------------------------

Heei..

 

Maafkan baru posting, kemarin ada acara keluarga jadi nggak pegang-pegang bang Fabian duluu :D

 

Kok dikit sih thor?

Semakin banyak vote dan komennya, nanti saya bikinnya juga makin panjaaaang :D kalo vomentnya dikit, ya apdetnya dikit-dikit juga *alibi*

 

Mari vote dan komen ya..biar saya semangaat :))

 

Yang sudah nungguin cerita ini, vote dan komen..i love you so much!!

 

Love

Vy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: