Clawless Luna 31
Pengadilan yang sedari awal sudah sulit untuk dijaga ketertibannya menjadi semakin tak terkendali. Pekik histeris pecah di mana-mana. Beberapa orang syok, sebagian lagi tak segan-segan untuk menyuarakan kemarahan.
Keadaan benar-benar kacau. Para guard segera turun tangan, tetapi tak banyak yang bisa mereka lakukan. Kematian Garth menimbulkan kemarahan kawanan.
Di lain pihak, Usher masih tertegun. Dia bergeming dengan mata yang kosong. Semua keributan dan sumpah serapah seolah tak menyentuh indra pendengarannya.
Usher mengangkat tangannya dengan perlahan sesaat kemudian. Dia mengusap wajahnya, lalu dilihatnya noda darah yang mengotori jari-jarinya—darah Garth.
"Garth," lirih Usher sembari mengerjap sekali. Lalu dilihatnya tubuh Garth yang tak lagi bergerak di lantai. "Garth."
Usher mencoba untuk melangkah. Ada dorongan tak kasat mata yang memaksanya untuk mendekati tubuh Garth. Lalu dia turun dan mengulurkan tangan. Disentuhnya tubuh Garth sembari kembali memanggil. "Garth."
Namun, Garth tak menyahut. Untuk kali ini, Garth mengabaikan panggilan Usher. Bahkan ketika dia kembali memanggil, Garth tetap tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Usher membeku. Dingin hadir dan mulai menjalari sekujur tubuh. Dia menggeleng ketika kepanikan timbul hingga membuat jantungnya bagai diremas.
"Garth, bangunlah."
Gelombang ketakutan menerpa Usher. Kesadarannya terhantam oleh kenyataan menyakitkan. Sesak mengikat paru-paru dan kepalanya berdenyut parah. Tubuhnya menjerit dalam perih yang mencabik-cabik ketika tatapannya beradu dengan mata Garth. Di sana, tak ada lagi cahaya kehidupan.
Keringat memercik dan menimbulkan basah. Usher gemetaran dalam pucat yang mulai menjajah wajahnya. Terus saja dia menggeleng demi menampik fakta yang terpampang di depan mata. Dicengkeramnya baju Garth dan dia mengguncang tubuh Garth berulang kali. Dia mencoba untuk menyadarkan Garth, tetapi itu semua percuma. Garth telah mati.
"Garth!"
Kepanikan dan ketakutan bergumul di dalam kepala Usher. Semua berputar-putar sehingga membuatnya mual. Napas terengah, dia nyaris terjerembap. Tubuhnya lemah, semua tenaganya seolah menguap.
"Usher!"
Tangan Usher diraih dan ditarik seseorang. Jadilah dia bangkit kembali dengan terpaksa. Dia berpaling dan dilihatnya Mireya dengan tatapan nanar.
"Mi-Mireya," lirih Usher dengan terbata. Dia meneguk gumpalan ludah yang menerbitkan rasa pahit di mana-mana. Lelah menghimpit, kegelapan mulai merayap secara perlahan di pandangannya. Matanya memberat dan semakit sulit untuknya mempertahankan kesadaran. "Mireya, Garth—"
"Garth sudah sepantasnya mati," potong Mireya cepat sembari menangkup wajah Usher dengan kedua tangannya. Ditatapnya Usher tanpa kedip sama sekali. "Dia tak berguna. Dia tak lagi mematuhi perintahmu, Usher."
Usher terdiam sejenak. Lalu denyut itu kembali menghantam kepalanya. Jadilah dia meringis dan menggeleng. "Garth. Tidak, dia—"
"Lupakan soal Garth. Dia sudah mati dan sekarang yang perlu kau lakukan adalah mengendalikan situasi sekarang. Lihatlah! Kawanan memberontak. Mereka tak lagi menghormatimu sebagai alpha!"
Usher mengedarkan pandangan ke sekitar dan dilihatnya kebenaran dari ucapan Mireya. Kawanan memberontak, sebagian besar dari mereka mencoba untuk mendobrak barisan para guard. Mereka mengamuk dan ingin memasuki area pengadilan.
Bentrokan antara kawanan dan para guard tak terbendung lagi. Kawanan semakin membabi buta. Sebagian dari mereka ada yang mendorong dengan kasar sementara yang lain berusaha memanjat pagar pembatas. Bersamaan dengan itu, tangis, teriakan, dan suara benturan tubuh terdengar bersatu padu menciptakan kericuhan yang mencekam.
"Jangan biarkan ini berlarut-larut, Usher. Kau harus segera mengambil tindakan atau semua akan menjadi semakin kacau," lanjut Mireya tanpa memutus kontak mata antara mereka. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan. Tunjukkan pada mereka bahwa kekuasaanmu tak bisa ditentang. Ingatkan mereka bahwa kau adalah alpha!"
Mata kosong Usher membalas tatapan Mireya. Lalu dia mengangguk. "Kau benar, aku harus menunjukkan pada mereka bahwa aku adalah alpha. Setiap keputusan dan tindakanku mutlak harus dipatuhi oleh mereka."
Mireya tersenyum. "Bagus."
Usher beranjak setelah tangan Mireya lepas dari wajahnya. Dia menuju pada kekacauan itu sementara Mireya hanya berdiam diri dengan tangan bersedekap, senyumnya kian lebar.
"Tangkap semua yang memberontak! Kalian yang memberontak sama artinya tidak memandangku sebagai alpha kalian lagi!"
Bentakan Usher sontak membuat kekacauan itu terhenti. Tanpa terkecuali, semuanya berpaling pada Usher. Mereka menatap Usher dengan sorot yang menyiratkan beragam emosi.
"Kau tidak mungkin melakukan ini pada Beta Garth, Alpha. Kau tidak seharusnya menghakiminya!"
Satu protes membuat jerit dan teriakan kembali pecah. Jadilah Usher memelotot dengan wajah berang. Matanya memerah, lalu kembali dibentaknya mereka.
"Kalian benar-benar tak termaafkan! Tangkap mereka yang memberontak!"
Berg dilema. Dia terjepit oleh perintah Usher dan hati nurani yang tak tega melihat kawanan diperlakukan dengan semena-mena. Dicobanya untuk menemukan jalan tengah, tetapi tiba-tiba saja datang sekumpulan guard yang tak dikenal olehnya. Para guard itu memukul dan mendorong kawanan dengan beringas, tak ada belas kasihan sama sekali.
Ketegangan semakin menjadi-jadi. Kehadiran para guard yang tak dikenal itu memperuncing gesekan. Berg mencoba untuk menenangkan keadaan, tetapi di waktu bersamaan terdengar jerit Ayla.
Ayla terdorong. Tubuhnya membentur meja hingga nyaris limbung dan pada saat itu, terdengarlah perintah Usher.
"Dia! Tangkap Ayla! Dialah orang pertama yang menimbulkan kekacauan di kawanan! Dia mengutuk putraku!"
Para guard menuju pada Ayla di tengah-tengah protes yang pecah. Cora maju, dilindunginya Ayla.
"Ayla adalah Tetua Suci di Kawanan Frostholm. Siapa pun tak boleh ada yang menyentuhnya!"
Usher menggeram. "Kau berani menentang alphamu, Cora?"
"Alpha," ucap Cora dengan wajah mengeras. Air mata tampak menggenang di kelopak matanya, tetapi dia bertahan untuk tidak menangis. "Kau tidak seharusnya melakukan ini, Alpha."
"Baiklah, Cora. Ternyata kau juga telah berani menentangku." Usher mengangkat tangan dan perintah selanjutnya terlontar dari mulutnya. "Tangkap semua yang membangkang! Tangkap tanpa terkecuali!"
Kericuhan berubah menjadi bentrok fisik yang semakin intens. Perkelahian tak mampu dielak. Berg yang semula dilema pun akhirnya memilih untuk melindungi kawanan.
Jeritan Ayla kembali terdengar. Seorang guard berhasil menangkap pergelangan tangannya. Cora mencoba untuk menyelamatkannya, tetapi guard yang lain mengadangnya.
Guard mengangkat tongkat keamanan. Diayunkannya pada Ayla yang sontak menutup mata. Namun, tongkat keamanan itu terpental ketika dengan tiba-tiba saja Jemma melompat dalam bentuk serigalanya.
Jemma berdiri di depan Ayla, melindunginya. Dia menggeram dengan sikap penuh waspada untuk setiap kemungkinan yang bisa terjadi. Matanya melihat tajam pada semua guard. Taring dan cakarnya siap menerjang siapa pun yang mencoba untuk melukai Ayla.
Kawanan terdiam dengan serta merta. Perkelahian terjeda dan jadilah semua membeku ketika Jemma telah turut bertindak. Disadari oleh mereka bahwa tak sepatutnya seorang luna terdahulu terlibat dalam kericuhan semacam itu.
Keterlibatan Jemma dengan sikapnya yang tegas dan siap bertarung mengubah dinamika situasi secara drastis. Para guard yang semula agresif pun menjadi ragu, tak yakin dengan tindakan apa yang seharusnya mereka ambil.
Sesaat waktu berlalu tanpa ada pergerakan dari semua pihak. Walau begitu Jemma menolak untuk lengah. Dia terus mengawasi keadaan dengan memegang teguh keyakinan bahwa dia tak memiliki pilihan lain. Langkah yang diambilnya bukanlah tanpa konsekuensi. Sebaliknya, bisa memicu konflik lebih lanjut. Namun, nalurinya sebagai luna terdahulu membuatnya merasa bertanggungjawab untuk melindungi Ayla meskipun itu berarti harus menghadapi risiko besar.
"Mengapa kalian semua diam?!"
Suara Mireya memecah keheningan. Jadilah semua mata beralih padanya dan Mireya memelotot.
"Apakah kalian tidak mendengar perintah Alpha Usher? Alpha Usher memerintahkan kalian untuk menangkap Ayla! Tangkap dia dan singkirkan semua yang berusaha melindunginya!"
Para guard yang semula diam kembali bertindak. Mereka maju dan Jemma pun tak tinggal diam. Jemma menggeram, lalu menerjang mereka yang mencoba untuk mendekati Ayla.
Tindakan Jemma memicu reaksi cepat dari para guard. Konfrontasi antara kawanan dan para guard semakin tak bisa dihindari. Ketegangan semakin menjadi-jadi dan tiba-tiba saja seekor serigala menubruk Jemma.
Jemma terpelanting dan ketika dia bisa berdiri dengan tegak kembali maka dilihat olehnya banyak serigala menuju padanya. Mereka menyerang Jemma secara bersamaan dan jadilah dia terdesak.
Pertarungan sudah berada di luar kendali. Para manusia serigala telah berubah dan saling menyerang satu sama lain. Cora turut membantu Jemma dalam melindungi Ayla, begitu pula dengan Berg yang pada akhirnya telah mengambil keputusan fatal. Dibantahnya perintah Usher dan dihadangnya setiap guard yang berusaha mencelakai Ayla.
Suara benturan terdengar keras ketika Jemma terpental dan menabrak dinding. Tubuhnya mendarat di lantai dengan keadaan menyedihkan. Dia mencoba untuk bangkit lagi, tetapi disadari olehnya bahwa ada satu kakinya yang patah.
Langkah Jemma terseok. Darah bercucuran dari punggungnya yang ternyata telah terluka. Napasnya mulai tersengal dan seekor serigala menubruknya dengan amat ganas.
Jemma kembali terpental, tetapi kali ini dia tak memiliki kesempatan untuk bangkit. Serigala itu terus menghajarnya dan digigitnya Jemma tak belas kasihan sama sekali. Dia ciptakan rasa sakit yang membuat Jemma menjadi tak berkutik.
Rintihan Jemma menarik perhatian Berg. Jadilah dia hempaskan tiga ekor serigala yang tengah mengeroyoknya. Setelah itu dia melompat dan menubruk serigala itu. Gigitan terlepas dan Jemma pun terbebas.
Berg menyerang serigala itu dengan tanpa ampun. Dia mencakar, lalu menggigit. Jadilah serigala itu tewas dalam hitungan detik yang singkat.
Sekelumit kelegaan yang Berg rasakan karena berhasil menyelamatkan Jemma tak berlangsung lama. Tatkala dia mendekati Jemma maka disadari olehnya bahwa luka Jemma sudah teramat parah.
Jemma tampak menderita dengan darah yang mulai menggenangi tubuhnya. Napasnya mulai berubah pendek-pendek dan pada akhirnya tak ada lagi napas yang diembuskannya. Dia tak lagi merasakan sakit.
Berg melolong panjang. Semua serigala berhenti berkelahi dan sama-sama melihat pada jasad Jemma. Kesedihan menular dengan cepat sehingga semua melolongkan duka serupa.
"Mama."
Untuk kedua kalinya, Usher membutuhkan waktu demi mencermati keadaan. Jadilah dilihatnya jasad Jemma dalam keheningan untuk sesaat. Setelahnya dia tersadar berkat rasa nyeri yang tiba-tiba menghentak di dalam dadanya. Jantungnya bagai diremas, dia tak bisa bernapas, dan tenggorokannya bergetar ketika kembali menyebut.
"Mama."
Rasa hangat hadir di mata. Kaki Usher melangkah. Dorongan hati membuatnya ingin menghampiri Jemma. Namun, Mireya menahannya.
Usher meneguk getir yang hadir di pangkal tenggorokan. "Mireya, Mama—"
"Dia bukan lagi ibumu, Usher. Sejak dia tak sepaham denganmu maka sejak itu pula dia bukan lagi ibumu," ujar Mireya kembali menghasut Usher. "Lagi pula dia sudah mati, jadi tak ada gunanya kau menangisinya. Terpenting sekarang adalah kita harus menyingkirkan Ayla. Setelah Ayla mati maka tidak akan ada lagi yang berani menentangmu."
Pergolakan terjadi di batin Usher hingga denyut kembali menjajah kepalanya dan membuatnya meringis tertahan. Sesaat, dia bergulat dengan rasa sakit itu, tetapi setelahnya dia mengangguk berulang kali. "Kau benar. Sekarang adalah waktunya untuk menyingkirkan Alya."
Senyum puas tersungging di wajah Mireya. Dinikmatinya pertempuran yang kembali berlanjut ketika kawanan semakin marah karena kematian Jemma. Di matanya, peristiwa berdarah itu tak ubah tontonan menyenangkan.
Berg kembali melolong ketika merasakan ada keanehan terjadi. Semakin lama maka dirasa olehnya pertempuran itu semakin tak seimbang. Selain itu firasatnya kian tak enak ketika disadarinya semakin banyak serigala yang tak dikenalnya. Siapa mereka?
Kala itu Berg menyadari satu hal terpenting, yaitu dia tak pernah melihat serigala yang membunuh Jemma sebelumnya. Jadilah firasat tak enaknya semakin menjadi-jadi. Terlebih lagi karena instingnya menuding secara alamiah bahwa semua ada hubungannya dengan Mireya.
Berg tak ingin mengambil risiko. Bila kekhawatirannya terbukti benar maka keselamatan kawanan menjadi terancam, terlebih lagi keselamatan Ayla. Untuk itu diperintahkannya para guard asli untuk melindungi kawanan dan Ayla sementara dia dan Cora berada di barisan depan.
Namun, pertahanan Berg dan Cora semakin lama semakin terdesak. Lawan mereka semakin banyak dan jadilah mereka kewalahan. Puncaknya adalah ketika Cora mendapat gigitan di leher sehingga pertahanan mereka pun menjadi buyar.
Cora menggeram. Dibalasnya serangan serigala itu dengan tak kalah ganasnya. Mereka bergumul dan bergulingan, lalu Cora dengan cepat mencakar perut serigala itu. Setelahnya tak lupa dia membalas serangan yang didapatkannya tadi di leher. Serigala itu pun tak bergerak lagi sedetik kemudian.
Keluarnya Cora dari formasi pertahanan membuat Berg menjadi kewalahan. Pada akhirnya seekor serigala pun berhasil merangsek dan Ayla pun terpojok.
Ayla menarik napas dalam-dalam. Keadaan yang terus mendesak membuatnya mengambil keputusan. Tekadnya sudah bulat, dia tak mungkin tinggal diam saja ketika kawanan berusaha melindunginya. Sebagai Tetua Suci, kehadirannya memang akan menjadi prioritas untuk berlangsungan kawanan. Namun, bukan berarti dia rela melihat banyak nyawa melayang karena dirinya.
Jubah pengadilan lepas dari tubuh Ayla. Rasa panas menjalari sekujur tubuh. Dia bersiap untuk berubah bentuk menjadi serigala, tetapi tiba-tiba saja ada serigala yang menerjang dirinya.
Ayla terjungkal. Dia bergulingan di lantai. Berg yang melihat kejadian itu tak bisa bergegas menolong ketika dirinya pun langsung diserbu oleh enam serigala sekaligus.
Ayla berusaha bangkit sembari menahan rasa sakit. Dihirupnya udara dalam-dalam, lalu dia bersiap. Namun, serigala itu justru terpelanting ketika melompat ke arahnya.
Bola mata Ayla membesar. Begitu pula dengan semua yang berada di sana. Semua fokus berpindah dan tertuju pada satu sosok yang sama, yaitu seorang pria yang mengenakan jaket hoodie dan masker—pria itu.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro