Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Clawless Luna 25

Garth lupa, kapan terakhir kali ia menginjakkan kaki di rumah Jemma padahal dulu Usher selalu melakukan kunjungan rutin dan ialah yang menemaninya. Ah! Agaknya Garth ingat bahwa Usher melupakan kebiasaan itu ketika ia mulai dekat dengan Mireya.

Jadilah wajah Garth mengeras. Bukan hanya Vione dan kawanan yang telah diabaikan oleh Usher, melainkan Jemma yang adalah ibu kandungnya pun telah Usher abaikan dan itu semenjak Mireya datang.

"Jadi, apa maksud perkataanmu tadi, Garth?"

Jemma datang dengan secangki teh. Disajikannya untuk Garth dan ia turut duduk di kursi teras yang tersedia. Angin berembus dan kesejukan itu lumayan bisa menenangkan perasaan mereka.

"Terima kasih, Jemma," ucap Garth sembari menikmati teh tersebut dalam satu kali sesapan. Teh kembali mendarat di meja, lalu ia membuang napas. "Kemarin, Mireya kedatangan seorang tamu."

"Seorang tamu?"

Garth mengangguk. "Seorang pria dan aku tak tahu berasal dari kawanan mana dia. Aku tak pernah melihat wajahnya selama ini."

"Lalu, apa yang terjadi?"

"Mireya menerima kedatangannya di kamar Alpha."

Bola mata Mireya membesar. "Apa kau bilang? Mireya menerima kedatangan pria itu di kamar Usher?"

"Ya," jawab Garth sembari menarik udara dalam-dalam. Begitu pula dengan Jemma, ia tampak amat syok. "Dia sangat keterlaluan, tetapi ada satu hal yang menarik perhatianku."

"Apa?"

"Mireya dan pria itu mengenakan kalung yang sama."

Jemma mengerutkan dahi. "Kalung?"

"Aku memang belum tahu kalung apa itu. Bisa saja tanda identitas atau yang lain. Aku akan mencari tahunya nanti."

Jemma hanya mengangguk sekali. Penjelasan Garth membuat kepalanya terasa penuh. Tak cukup dengan keadaan Usher yang memprihatinkan, sekarang ada dugaan tak mengenakkan lainnya.

Situasi benar-benar telah kacau dan Jemma teringat hal penting lainnya. Sesuatu yang menjadi alasan tambahan sehingga ia nekat untuk mendatangi Istana. "Bagaimana dengan Vione? Aku mendengar desas-desus yang mengatakan kalau Vione kabur dari penjara."

"Ya, desas-desus itu benar. Vione kabur dari penjara."

Jemma terkesiap. "Oh, astaga. Bagaimana mungkin? Mengapa dia kabur?"

"Dia kabur karena mengetahui Alpha sedang sakit," ujar Garth yakin. Ia mengusap kedua tangannya satu sama lain. "Vione sangat mencintai Alpha. Dia selalu mencintai Alpha. Selama ini dia tetap berada di penjara karena tahu, kabur justru membuat semua tuduhan itu benar. Namun, berita sakitnya Alpha membuat dia tak bisa berpikir jernih lagi. Pastilah dia kabur dari penjara karena ingin menemui Alpha. Dia ingin melihat keadaan Alpha dengan matanya sendiri."

Jemma menggigit bibir bawah. Matanya perlahan terasa panas. Ia mengangguk berulang kali karena mengetahui bahwa memang sebesar itu Vione mencintai putranya. "Vione yang malang."

"Storm sudah mengerahkan timnya tanpa sepengetahuan Mireya untuk mencari keberadaan Vione. Kuharap, dia bisa memberi kabar baik secepat mungkin."

Kala itu Garth menahan diri untuk tidak bercerita lebih banyak soal pengejaran Vione, terlebih lagi ia tak menyinggung perihal serigala emas yang diyakini oleh Storm adalah Usher. Ia tak ingin membuat Jemma semakin kalut di tengah-tengah situasi yang kacau itu.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang, Garth?"

Garth diam sejenak. Berbicara soal kalut, kepalanya pun sudah terasa penuh. Terlebih lagi karena semua yang terjadi belakangan ini berhasil membuat emosinya menjadi tak karuan. Jadilah ia merutuki diri sendiri. Emosi yang berantakan akan membuat akal sehatnya tak bisa berpikir dengan semestinya.

Untuk itu Garth mengerti. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah menenangkan diri. Persis seperti perkataan Scott tadi, ia harus tetap terkendali.

"Mungkin aku akan menemui Ayla."

Jemma mengernyit. "Kau akan menemui Ayla? Untuk apa?"

"Aku dan Scott memiliki satu pemikiran, Jemma. Bila pemeriksaan medis tak menemukan satu penyakit pun di tubuh Alpha maka bisa jadi Alpha tidak sakit seperti yang kita duga."

Bola mata Jemma membesar. Refleks, tangannya naik dan ia mendekap dada. "Kau tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Usher disihir bukan?"

"Mungkin saja. Semua kemungkinan bisa terjadi."

Jemma menggeleng. Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi karena sihir selalu menjadi momok bagi manusia serigala mana pun.

"Tidak mungkin, Garth."

Garth menguatkan diri. "Bila Ayla bisa mendapatkan penglihatan, mungkin saja dia bisa menemukan jalan keluar dari ini semua. Lagi pula seingatku dia memiliki seorang teman penyihir. Mungkin dia bisa membantu kita kalau memang keadaan Alpha disebabkan oleh sihir."

"Rowena," lirih Jemma sembari menatap Garth. "Namanya adalah Rowena. Dia memang pernah membantu kami selama ini. Namun, tak ada yang mengetahui keberadaannya lagi. Dia menghilang bertahun-tahun, sudah sejak lama, bahkan sebelum Usher lahir. Dia bisa saja sudah ...."

Garth mengabaikan kemungkinan buruk itu. "Aku akan tetap berusaha. Kalaupun dia sudah meninggal, semoga saja dia memiliki murid. Setahuku, penyihir pastilah akan mewariskan ilmunya."

"Kau benar."

"Baiklah, Jemma. Sepertinya aku harus pamit sekarang. Aku akan segera menemui Ayla," kata Garth sembari bangkit. "Kuharap kau menjaga dirimu dengan baik."

Jemma mengangguk. "Kau juga. Jaga dirimu baik-baik. Sekarang, kami semua bergantung padamu, Garth."

Garth mengerti hal tersebut dengan baik. Jadilah ia segera melajukan mobilnya. Tujuannya tentu saja rumah Ayla.

Situasi memang sedang keruh, tetapi pembicaraan dengan Jemma tadi telah memberinya pencerahaan. Setidaknya, masih ada harapan. Jadilah itu diucapkan olehnya berulang kali di dalam hati.

Garth harus bergegas. Bila Usher memang disihir maka nyawanya benar-benar tengah terancam. Ia berpacu dengan waktu dan ia tak bisa mengambil risiko dengan apa yang bisa terjadi esok hari.

Tangan Garth meremas kemudi. Satu hal yang berputar di dalam kepalanya, bila Usher memang disihir maka satu tersangka yang langsung dicurigainya adalah Mireya. Kalau memang kau dalang di balik ini semua, Mireya, aku bersumpah. Aku akan mencabik-cabik tubuhmu. Aku tak akan mengampuni nyawamu.

Wajah Garth mengeras. Napasnya memburu dan ia menginjak pedal gas dengan lebih dalam. Ia harus segera menemui Ayla.

Satu siluet menyentak konsentrasi Garth. Ia terkejut, tetapi refleksnya bekerja dengan amat baik. Ia segera mengerem dan laju mobil berhenti di waktu yang tepat.

Dada Garth bergemuruh. Ia nyaris saja menabrak seseorang dan—tunggu!

Garth menyipitkan mata. Sosok yang berdiri di depan mobilnya perlahan mengangkat wajah. Pria itu!

*

Garth tak membuang-buang waktu. Dilepasnya sabuk pengaman dan ia segera turun dari mobil. Ia hampiri sosok pria yang mengenakan jaket berhoodie dan masker itu.

"Kau."

Pria itu menatap Garth dan kala itu Garth teringat perkataan Storm. Semua ucapan Storm seolah terngiang kembali di benaknya. "Dia menatapku dan aku berani bersumpah, hanya Alpha yang bisa membuatku tak berkutik bahkan tanpa bicara."

Garth berani bersumpah. Ia persis mengalami itu. Tubuhnya seolah membeku ketika mata tajam itu menatapnya tanpa kedip sama sekali. Alpha. Apakah itu kau?

"Siapa kau?" Garth menguatkan diri. Bila itu memang adalah Usher maka ia yakin ada alasan kuat sehingga Usher melakukan itu semua. "Apa yang kau lakukan?"

Pria itu mendekat dan jantung Garth seolah ditabuh. Tubuhnya bereaksi dengan sangat alamiah, terlebih lagi dengan jiwa serigalanya.

"Segera temui Ayla sekarang juga."

Garth mengerjap. Itu memang adalah tujuannya sekarang, tetapi ia jadi penasaran. "Apa maksudmu? Mengapa aku harus menemui Ayla?"

"Usher, dia membutuhkan bantuan Ayla. "

"Apa maksudmu?" tanya Garth mencoba mengulur waktu. Ditatapnya pria itu sembari mengamati keadaan sekitar. Selain itu, ia pun mencoba untuk mencermati suara pria itu karena diyakininya pria itu berbicara dengan mengubah suaranya. "Mengapa Alpha membutuhkan bantuan Ayla?"

"Ayla memiliki seorang teman, namanya adalah Rowena."

Sontak saja Garth membeku. "Apa kau bilang?"

"Perkataanku mungkin akan terdengar gila, tetapi kau harus percaya padaku, Garth," ujar pria itu sembari menarik napas dalam-dalam. Di matanya, terlihat ada gejolak emosi. "Usher tidak sakit. Dia sehat dan baik-baik saja. Satu-satunya yang terjadi padanya adalah dia telah disihir."

Itu memang adalah dugaan Garth dan Scott tadi, tetapi rasanya aneh ketika menyadari ada orang lain yang mengira hal serupa. Jadilah ia sedikit syok, terlebih lagi pria itu mengatakan hal tersebut dengan penuh keyakinan. Sontak saja semua kekalutan itu kembali mengusiknya dari dalam.

"Apa kau bilang?"

Pria itu mengulang perkataannya. "Usher tidak sakit, melainkan sebaliknya. Dia sedang dalam pengaruh sihir Mireya."

Kembali Garth terhenyak. Bagaimana mungkin mereka memiliki pemikiran yang sama? Selain itu, lagi-lagi pria itu mengatakannya tanpa ada keragu-raguan sama sekali, seolah dia memang mengetahui hal tersebut.

"Selama ini, Mireya telah menyihir Usher secara perlahan. Teh yang selalu diberikan oleh Mireya telah diberi mantera dan satu-satunya yang bisa mematahkan sihir itu adalah Rowena, teman baik Ayla."

Garth benar-benar tak bisa bicara sekarang. Semua perkataan pria itu membuat kepalanya terasa pening. Jadilah tangannya terangkat dan ia memegang kepala.

Mata pria itu membesar. "Apa kau tak percaya padaku? Semua yang kukatakan benar. Aku tak berbohong dan ini adalah demi kebaikan Usher. Nyawa Usher sedang terancam. Kau harus segera bertindak, Garth, kalau tidak semua akan terlambat."

Garth mencoba untuk tetap terkendali. Disisihkan dulu olehnya perihal Rowena dan semua dugaan yang mengarah pada Mireya. Ia memang akan menemui Ayla agar bisa meminta bantuan Rowena, juga ia akan menyelidiki Mireya. Sementara itu sekarang ada hal lain yang lebih penting untuknya.

Tatapan Garth membalas tatapan pria itu. Jadilah tubuhnya gemetar, ia merasa gentar hanya dengan menatap pria itu.

"Aku tak bisa mempercayaimu begitu saja. Aku tak mengenalmu. Apakah ada jaminan bahwa yang kau katakan benar?"

Pria itu terdiam. "Aku tidak berbohong. Aku melakukan ini semua untuk keselamatan Usher."

"Aku tak percaya. Apa kau lihat kenyataannya? Alpha sekarang terbaring di tempat tidur dan tidak ada yang tahu kapan dia akan bangun. Itu semua terjadi karena ada orang yang menginginkan Alpha celaka," ujar Garth dengan suara bergetar. Persetan dengan rencananya yang ingin menjebak pria itu, nyatanya mengatakan hal tersebut membuat darahnya menjadi menggelegak. "Itu sudah cukup membuat mataku terbuka lebar bahwa tidak semua orang menginginkan keselamatan Alpha."

"Kau benar. Aku memaklumi kekhawatiranmu, tetapi aku yakin kau percaya pada Alya. Jadi, kau cukup menemui Ayla dan mengatakan kemungkinan ini padanya. Dia tahu apa yang harus dilakukannya nanti."

Garth mendesak. "Mengapa kau bisa seyakin itu?"

"Aku—"

"Sebenarnya, siapa kau? Apa yang sedang kau lakukan? Mengapa kau selalu muncul?" tanya Garth sembari memaksa kaki untuk melangkah. Semakin dihadapinya pria itu. "Selain itu, di mana kau menyembunyikan Vione?"

"Tenanglah, Garth. Aku tak menyembunyikan Vione, tetapi aku mengamankannya di suatu tempat. Mireya tak boleh menemukan Vione atau kalau tidak, nyawanya juga akan terancam."

Mata Garth menyipit. "Mengapa kau sepeduli itu pada Alpha dan Vione? Kau tahu, saat ini aku tak bisa mempercayai siapa-siapa. Aku tak ingin mengambil risiko. Terlebih lagi, aku tak tahu siapa kau."

"Aku tak bisa memberi tahumu identitasku." Pria itu menggeleng sembari mundur. Ketika Garth semakin mendekatinya maka ia pun langsung menciptakan jarak yang aman. "Walau begitu kau bisa memegang perkataanku."

"Aku tak percaya padamu dan sekarang kalau kupikir-pikir, adalah kau penyebab semua tragedi ini."

Kedua tangan pria itu naik. "Garth, kumohon, tenangkan dirimu."

"Kau yang menjadi penyebab pelengseran Vione. Apa kau lihat akibat perbuatanmu? Vione dihina oleh semua orang. Alpha mengusirnya dan itu semua karena kau!"

Garth menutup perkataannya dengan satu terjangan yang terarah. Jadilah pria itu berkelit, tetapi Garth kembali menyerbu. Pria itu tak bisa terus menerus menghindar dan terpaksalah ia meladeni Garth.

Perkelahian tak bisa dihindari dan itu memang adalah tujuan Garth. Ia ingin menangkap pria itu. Ia ingin melepaskan hoodie dan masker itu. Ia ingin melihat wajah pria itu yang tersembunyi selama ini.

Namun, agaknya pria itu menyadari niatan Garth. Jadilah ia bergerak dengan lebih lincah dan ia berhasil menangkap kedua tangan Garth di balik badannya.

Garth mencoba melepaskan diri, tetapi pria itu dengan cepat mendorongnya ke kap mobil. Di sana, pria itu menekan Garth sehingga ia tak bisa bergerak sama sekali.

"Lepaskan aku!"

Pria itu bergeming. "Aku pasti akan melepaskanmu, Garth, tetapi kau harus berjanji padaku. Kau harus menemui Ayla, katakan semua yang telah kukatakan padamu, dan minta dia untuk menghubungi Rowena."

"Aku tak akan melakukannya," geram Garth sembari terus berusaha melepaskan diri. "Tak ada jaminan bahwa perkataanmu benar. Tak ada jaminan bahwa niatanmu memang adalah untuk keselamatan Alpha."

Cengkeraman pada kedua tangan Garth mengeras. Kekuatan itu membuat ia meringis. Namun, ada hal lain yang justru membuatnya jadi membeku.

"Bukankah kau akan selalu menjadi cakar kelima untuk Usher? Jadi, buktikanlah, Garth."

Garth tak lagi meronta. Ia tak lagi mencoba melepaskan diri dan pada kenyataannya, pria itu telah melepaskan kedua tangannya.

Tubuh Garth merosot dan ia terduduk di jalanan. Pria itu telah pergi dan sekarang tinggallah ia seorang diri dengan perasaan kacau. Alpha.

*

bersambung ....

Note: Aku minta maaf, tetapi sepertinya aku ga bisa updat tanggal 8 dan 9 Februari 2024. Ada urusan penting. Jadi, kita ketemu lagi di tanggal 12 Februari 2024. Makasih untuk pengertiannya (❁'◡'❁)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro