Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌙 | Moonlight Stealth (1)

Flashback - Adventure of Moonlight Stealth Part (1)

🐢🐇🐐🐤🐦

"Baiklah, nama sekolahku SMA XXI. Kalau begitu aku berangkat sekarang. Dan kuharap kalian tidak akan membuat keributan nantinya!"

Kami bertiga mengangguk lalu segera keluar begitu Fhea membukakan pintu rumahnya. Ia berlari terburu-buru menuju bus nya, meninggalkan kami bertiga di teras rumah.

"Baiklah sekarang bagaimana?" tanya Kelinci.

"Bagaimana kalau gagak menggotong kita berdua dengan cakarnya lalu membawa kita terbang ke sekolah?" usul Ayam.

"Wah, ide yang bagus Ayam!"

Kelinci dan Ayam segera berjalan mendekat ke arah Gagak. Ia menatap mereka enggan lalu mengapit kedua tubuh mereka dengan cakarnya dan mulai mengepakkan sayap hitamnya.

"Wah aku terbang! Kita terbang!" Ayam menjerit kesenangan begitu mereka mulai melayang beberapa senti dari tanah.

"Wah aku tak percaya ide ini berhasil .…" gumam Kelinci.

"Lebih tinggi lagi Gagak! Lebih tinggi! Ayo kepakkan sayapmu! Ayoo!"

BRUUKK …

Belum ada semenit, Gagak langsung melepaskan Ayam dari cengkramannya. "Berisik!"

"Hei! Tak bisakah kau memberikan peringatan sebelum melepaskanku dan menurunkanku baik-baik?!"

Gagak tak mempedulikan ocehan ayam dan melirik Kelinci yang berada di cengkraman kanannya. Seolah mengerti isyarat yang diberikan Gagak, Kelinci langsung melompat turun sebelum ia dijatuhkan seperti Ayam.

"Tak bisa. Kalian terlalu berat." ucap Gagak. "Sebaiknya kita jalan saja, aku akan mencari letak sekolah Fhea terlebih dahulu lalu kembali ke sini dan memandu kalian dari atas."

"Jadi kami akan jalan kaki ke sana?" tanya Ayam tak percaya. "Aaahh … menyebalkan, kokoroyok~"

"Apakah waktunya akan cukup?" tanya Kelinci.

"Aku akan terbang untuk mengeceknya terlebih dahulu, baru nanti kita putuskan untuk bagaimana kesananya. Kalian diam di sini dulu! Jangan kemana-mana!"

Gagak pun terbang meninggalkan mereka, mengikuti arah bus yang dinaiki Fhea tadi sambil mencari-cari jalan terdekat menuju sekolah. Sementara itu Ayam dan Kelinci duduk di teras rumah Fhea.

"Kau akan menunggu Gagak, Kelinci?"

"Tentu saja. Memangnya apa yang bisa kita lakukan?"

"Kita bisa mencari jalan ke sekolah Fhea sendiri!"

"Tidak. Aku akan tetap menunggu Gagak."

"Ayolah, kau juga takut kan waktunya tidak sempat untuk menunggu Gagak kembali?"

"Kau benar sih. Tapi aku lebih memilih menunggu Gagak daripada jalan bersamamu! Kau tidak bisa dipercaya."

"Ughh … dasar menyebalkan! Ya sudah aku pergi sendiri saja!"

"Hei Ayam! Jangan egois seperti itu! Kita harusnya menunggu Gagak tahu! Memangnya kau tahu jalannya? Bagaimana kalau nanti tersesat?" Ayam tidak peduli dan terus berjalan.

"Aaahh … menyebalkan! Ayam tunggu aku!"

Mereka berdua pun berjalan ke arah lain, memulai petualangan mereka sendiri menuju sekolah Fhea tanpa tau ada rintangan yang menunggu mereka di sana.

"Ayam, kau yakin ini jalan yang benar? Aku rasa kita jalan ke arah yang salah."

"Apa kau meragukan instingku? Sudah kubilang ini jalan yang benar! Kita sudah semakin dekat dengan sekolah!"

"Bagaimana kau tahu kalau kita sudah dekat?"

"Dengan instingku." jawab Ayam sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kau gila? Aahh … harusnya aku tidak perlu mengejarmu tadi …."

"Lalu kenapa kau mengejarku?"

"Karena aku khawatir."

"Wah … aku tidak tahu kalau selama ini diam-diam kau perhatian denganku?"

"Kau gila? Kapan sih kau mau menggunakan otakmu untuk berpikir? Kalau kau kutinggalkan sendiri, belum 2 menit kau mungkin sudah mati di sini."

"Hei! Aku tidak selemah itu ya! Aku punya dua sayap!"

"Tapi tidak bisa terbang." timpal Kelinci sambil tersenyum mengejek.

"Aku bisa berkokok!"

"Tapi kokokanmu jelek."

"Tidak jelek ya! Lagipula aku punya 2 kaki!"

"Aku punya 4! Dua kali lebih banyak darimu!"

"Tapi aku punya—"

"Ssstt!" Kelinci langsung membekap paruh Ayam.

"Kelinci, ada apa?" bisik Ayam.

Kelinci memutar bola matanya kesal, ia menunjuk gang sempit yang berada di depannya. Terlihat seekor kucing hitam tampak kepayahan ditindas oleh kucing-kucing lain.

"Kejam! Tega sekali menindasnya seperti itu!" sungut Ayam. Kelinci mengangguk setuju. "Apa yang harus kita lakukan?"

"Ya memangnya apa yang bisa kita lakukan. Biarkan saja!"

Kelinci melotot ke arah Ayam dan menyikutnya. "Karena pola pikirmu lah Bumi tidak pernah damai."

"Lah kenapa jadi salahku? Kan salah mereka yang menindasnya. Lagipula jumlah mereka 3, kita 2, mereka juga mempunyai cakar yang tajam. Kita tidak akan bisa menang."

Kelinci memutar bola matanya malas. "Pengecut."

Ayam tampak ingin memprotes dan mengeluarkan pembelaan lainnya namun kelinci segera membekap mulutnya lagi. "Ssstt … nanti kita ketahuan!"

Kelinci melirik ke segala arah, berpikir apakah ada alat yang bisa membantunya melawan kucing-kucing nakal itu. "Ayam, aku ada ide!"

"Sebaiknya aku jangan dilibatkan pada rencana anehmu itu!"

Kelinci ersenyum lebar, "Yang pasti ideku lebih baik darimu yang tidak berani melakukan apapun." Ia segera menarik Ayam ke tempat sampah yang berada tak jauh dari mereka.

"Bauu … untuk apa kau mengajakku ke sini? Kau tidak akan menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh kan?"

Kelinci tak menjawab, sibuk mencari-cari sesuatu di dalam tempat sampah. "Ayam tangkap!"

Hup! Ayam segera menangkap pipa kecil yang dilempar Kelinci. "Ini untuk apa?"

Kelinci kembali dari tempat sampah sambil membawa pipa kecil di tangannya juga. "Cepat kumpulkan batu kerikil dan cari tempat yang cocok untuk melempar batu ke mereka diam-diam!"

"Woah idemu bagus juga Kelinci!" Ayam segera berlari ke seberang jalan dan masuk ke salah satu kardus yang tergeletak di sudut jalan. Sementara kelinci masuk ke dalam tempat sampah.

Setelah memberi sinyal, mereka berdua segera melempar batu-batu kerikil ke arah kucing-kucing itu—dengan meniup pipa kecil yang sudah mereka isi batu terlebih dahulu.

Kucing-kucing itu segera mengalihkan perhatian mereka, salah satu diantaranya menggeram kesal. "Siapa yang berani menggangguku?"

Ayam menoleh ke arah Kelinci, bertanya lewat isyarat wajah, apa yang harus ia lakukan. Kelinci tetap biasa saja dan terus melempar batu diam-diam. Beberapa batu mengenai tubuh mereka, membuat kucing hitam yang ditindas itu mendapat kesempatan untuk melarikan diri.

"Siapa di sana? Meong!" Kucing berwarna putih yang berdiri di tengah tampak sangat kesal setelah batu yang dilempar Kelinci mengenai kepalanya. Ia menatap sekeliling, mencari sang pelaku.

Buru-buru Ayam dan Kelinci bersembunyi. Jantung mereka berdua berdetak kencang. Apakah misi mereka berhasil? Justru mereka lupa dengan misi Fhea karena terlalu sibuk mengurus kucing-kucing itu.
[Lol, author numpang ketawa, #fheaterlupakan #poorfhea #fheasadgirl]

Terlambat! Salah satu kucing sempat melihat pergerakan Kelinci. "Dia! Berada di tempat sampah!'

Kucing-kucing itu mengeong keras lalu berlari menyerbu tempat sampah. Sementara itu Ayam dilanda kepanikan. Bagaimana ini? Apa yang seharusnya ia lakukan?

Tempat sampah persembunyian kelinci jatuh, berguling di jalanan. Tanpa pikir panjang Ayam segera meniup batu di pipa itu, mengalihkan fokus mereka.

"Wah rupanya ada 2 ya … cari ke sama juga!" komando si kucing putih.

Ayam dan kelinci tersudut. Rencana mereka gagal. Apa yang harus mereka lakukan sekarang?

Sebelum kucing membuka penutup tempat sampah, dan menghampiri Ayam. Kain merah dengan corak bunga-bunga terbang di atas langit, layaknya karpet terbang.

"Gagak!" Ayam menjerit kegirangan.

Gagak terbang sambil mencengkram kain merah dan menjatuhkannya di atas kucing-kucing itu. Menutupi pandangan mereka. Belum sampai situ, kelinci segera keluar dari tempat sampah dan berteriak, "AYAM! AYO SERANG MEREKAAA!"

Ayam dan Kelinci segera melempar batu-batu ke mereka tanpa ampun. "RASAKAN ITU! RASAKAN! KOKOROYOK~"

Gagak segera terbang ke arah kucing hitam yang masih duduk diam terpaku. "Sedang apa kau? Ayo cepat pergi!"

Kucing hitam itu nampaknya masih shock meyaksikan pemandangan yang baru saja ia lihat. Dengan gesit Kelinci segera menarik pergelangan kaki kucing dan mengajaknya lari bersama. Mereka kabur, meninggalkan kucing-kucing itu yang sibuk mencoba mencari jalan keluar dari dalam kain.

"Wah Gagak! Kau keren sekali! Bagaimana bisa kau tahu kami ada di sini? Bagaimana caranya kau mendapatkan kain super itu?" tanya Ayam.

Dari atas Gagak tersenyum tipis. Sementara pemilik kain itu mencari-cari dimana sprei merah bunga-bunga kesayangannya.

🌙🌙🌙

🐤 : Gimana? Di sana aku keren kan?
🐦 : //Memutar bola matanya malas
🐰 : Maaf yaaa kami bajak dulu ceritanya! ʕ´•ᴥ•'ʔ

Semoga kalian menikmati petualangan Moonlight Stealth di chapter ini yang sangat ... Absurd

Lol XD

Have a nice day reader!
Semoga kalian terhibur juga yaa di chapter kali inii ^^

- salam manis dari Fhea yang terlupakan #poorfhea #fheasadgirl #maafkankamifhea

See you in next chapt! ♡

- 🌙✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro