Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22 | Shocking News

Aku menutup mulut tak percaya, nyaris berteriak. Lalu kembali membaca ulang sebaris pesan itu.

Fhea, ibu akan pulang hari Minggu dan nginep di rumah kamu selama beberapa hari.

"IBU AKAN PULAAANGG!"

"Wah ... baguslah! Akhirnya kita bisa menyapa Ibu Fhea!" seru Arya.

"Tidak-tidak! Bukan seperti itu!" Aku mendesah pelan, menatap mereka satu persatu. Astaga bagaimana aku harus menyembunyikan mereka. Apa yang harus kulakukan? Jujur dan cerita pada Ibu? Ah tidak-tidak!

Di mana aku harus menyembunyikan mereka? Apa di lemari? Kolong kasur? Aku menatap Kayla, ia pasti tidak akan muat di sana. Ya Tuhan kenapa kau begini padaku!?

Aku berjalan mondar-mandir di sepanjang rumah, bahkan aku lupa belum ganti baju dan membereskan diriku. Sibuk memikirkan suatu jalan keluar. Apapun itu jika bisa, jika ada, aku akan menyanggupinya. Namun masalahnya aku tak menemukan cahaya tetepan setitik pun dari permasalahan ini?

Aku terduduk di lantai, masih terhanyut dalam pikiran. Aku harus menyembunyikan mereka di tempat yang sepi yang orang-orang tidak akan pergi ke sana. Suatu tempat seperti gudang.

Apa ada gudang/ gedung terbangkalai dekat rumahku? Tiba-tiba pikiranku terlintas pada gudang sekolah.

"Iya! Kita bisa memanfaatkan tempat itu!" Aku berseru kegirangan pada mereka.

"Kau mau membawa kami ke mana?" tanya Kayla.

"Gudang sekolah! Di sana lumayan besar, gelap dan sepi. Tidak ada orang yang tertarik masuk ke sana apalagi terletak di taman belakang sekolah."

"Kenapa kami harus sembunyi?" Kini Arya yang bertanya.

"Karena jika ibuku melihat kalian, bisa-bisa penyakit jantungnya kambuh. Terlalu beresiko." jawabku. "Bagaimanapun aku harus menyembunyikan kalian sampai ibu pulang!"

"Apa tidak bisa jujur saja?" tanya Rara.

Aku menggeleng, "Dari awal memang tidak ada yang boleh tahu keberadaan kalian."

"Kenapa?" Rara bertanya lagi.

"Media akan tertarik dengan kalian dan bisa saja kalian dijadikan objek penelitian, dibelah perutnya, atau tinggal di kebun binatang seumur hidup."

Ekspresi mereka berubah ngeri. Aku mendesah dan berjalan ke kamar mandi. Barus saja pulang tapi pikiranku sudah kusut. Aku butuh air dingin untuk berpikir jernih.

Setelah mandi dan beres-beres aku kembali duduk di atas ranjang. Mencari cara lagi untuk menghentikan insiden yang mungkin selama aku hidup tidak ingin terjadi.

Jarum jam terus bergerak, tak terasa sudah hampir setengah jam tapi tetap tidak bisa menemukan titik terang atas permasalahan ini. Aku mengerang kesal, putus asa.

"Apa kalian tidak punya super power?" tanyaku sedikit membentak.

"Maksudnya gimana?" tanya Arya bingung.

"Yaa, kekuatan hebat. Seperti dapat menghilang atau berteleportasi atau menghentikan waktu begitu?"

"Kau pikir kita Ironman atau superhero hebat yang terbuat dari mutan atau penyihir dari klan lain? Kami hanya manusia terkutuk yang sedang menjalankan misi untuk menebus dosa kami!" seru Grey.

Aku cemberut. Otakku sudah sangat buntu. Satu-satunya cara adalah membawa mereka dan mengurungnya di gudang sekolah hingga ibu pulang. Tapi terlalu beresiko. Walau begitu tidak ada cara lain.

"Baiklah sudah diputuskan!" seruku. Mereka semua segera menatapku.  "Karena tidak terpikirkan tempat lain lagi, untuk sementara dari hari Minggu kalian akan nginep di gudang sekolah sampai ibu pulang!"

"Berapa lama?" tanya Kayla.

"Bagaimana caranya kau membawa kami ke sana?" Cici juga bertanya.

"Bagaimana kalau nanti ketahuan?!" jerit Rara.

"Bagaimana kalau kami bosan di sana?" Arya ikut-ikutan bertanya.

"Tunggu dulu! Satu-satu aku bingung!" jeritku dan semuanya langung berhenti berbicara. Hftt ... sabar Fhea.

"Untuk waktu pastinya aku tidak tahu, ibu tidak memberi tahuku. Nanti aku akan menginfokannya lewat Grey, Grey dapat terbang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa menimbulkan kecurigaan. Nanti jika ibu sudah mau pulang, aku akan menginfokannya lewat Grey dan Grey bilang ke kalian. Grey sesekali bisa ke rumahku dan ke gudang sekolah. Grey tidak apa-apa kan?"

Grey mengangguk, yang lain juga tampaknya setuju. Aku kembali menjelaskan untuk pertanyaan kedua dari Cici.

"Karena membawa kalian dalam bentuk hewan terutama Kayla tidak bisa maka kita akan ke sana saat malam. Diusahakan bergerak di jalan yang terkena cahaya rembulan di mana kalian berwujud manusia jadi akan lebih gampang. Setelah itu kalian memanjat pagar taman belakang dan segera bersembunyi di dalam gudang. Bagaimana?"

Mereka mengangguk lagi, tanda setuju dengan rencanaku.

"Lalu jika kita ketahuan ... usahakan saja untuk terus diam dan tetap tenang agar tidak ketahuan! Aku masih berharap kita tidak ketahuan dan semoga saja TIDAK!"

"Kalau kita bosan gimana?" Arya mengajukan pertanyaannya lagi.

Aku mendelik, "Memang biasanya kalian ngapain di sini?"

"Bermain TOD!" seru Arya

"Kejar-kejaran!" timpal Rara.

"Bermain bajak laut!" balas Arya

"Bermain tebak-tebakan!" Cici ikut berseru.

"Tiduran!" Arya berseru lagi, tidak mau kalah.

"Nah!" Aku menunjuk Cici. "Tepat sekali! Kalian bisa tiduran di sana?"

"Apa di sana sempit? Gelap? Kotor? Sumpek?"

"Memang kenapa kalau begitu?" tanyaku balik ke Rara.

SRIINNGG ....

Rara berubah wujud menjadi gadis kecil berambut pendek yang menatapku kesal dengan wajah mengkerut. "Tidak apa-apa kok." ujarnya lalu berjalan pergi.

Aku tidak tahu sudah berapa kali aku mendesah hari ini. Masalah satu sudah selesai kini datang lagi masalah lainnya silih berganti. Tidak membiarkanku tenang walau sedikitpun. Apa Tuhan memang benar-benar sedang mengujiku atau menghukumku? Ah sudahlah!

"Pokoknya saat hari Sabtu Maghrib menjelang malam, aku akan antar kalian ke sekolah. Kita ke sana bareng-bareng, dalam wujud MANUSIA ya! Lalu kalian bersembunyi terus di sana jangan macam-macam, okey! Semoga saja Ibu tidak nginep di sini lama-lama."

Mereka mengangguk lagi, kali ini dalam wujud manusia. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Empuk sekali. Sudah cukup kepalaku puyeng mengalami masalah di sekolah, aku tida akan membiarkan otakku semakin eror karena memikirkan masalah ini juga.

"Kalian tidur juga sana. Nanti kita bahas masalah ini lagi besok. Good night."

"Good night juga Fhea—"

"Sebentar!" Aku beranjak, menatap mereka satu persatu.

"Apa kalian bertemu dengan Tuhan atau seseorang yang menyuruh kalian ke Bumi?

Mereka saling menatap satu sama lain. "Memang kenapa Fhea?" tanya Kayla.

"Bilang ke Tuhan atau siapapun di langit yang menyuruh kalian. Sampaikan ke sana kalau aku sudah cukup lelah menerima segala masalah, ujian dan hukumannya jadi tolong hentikan dan beri aku kedamaian untuk sementara waktu sebelum menjadi gila."

Kayla tertawa, "Dia pasti sedang mendegarmu sekarang."

"Sungguh?"

Kayla mengangguk, "Saat itu kebetulan kami mendengarmu berdoa dan diutus membantumu. Pasti Tuhan selalu dan sekarang pun mendegar doamu."

Aku mendelik, "Namun kenapa ia selalu memberiku masalah setiap waktu?"

Kayla menggidikan bahunya, "Entahlah, mungkin Tuhan mempunyai alasan tersendiri."

Aku memutar bola mataku malas, tidak mengerti apa yang sebenarnya Tuhan lakukan di sana. "Kalau begitu, jika aku berdoa sekarang apa dia akan mengabulkannya juga?"

Kayla tersenyum, "Coba saja."

"Kalau begitu aku berdoa semoga kita semua selalu mendapatkan kebahagiaan dan terhindar dari masalah apapun itu!"

"Dan permohonan kami semua terkabulkan!" seru Cici.

"Dan Fhea dapat berpacaran dengan Zean!" jerit Rara.

"Dan kita tidak ketahuan saat bersembunyi nanti!" Arya ikut berseru.

Kami tertawa. Segala kekhawatiran hilang dalam kebahagiaan yang menguar di dada kami. Sekali lagi aku berharap dan memohon pada Tuhan. Bukan dengan amarah atau tangisan tapi harapan tulus yang diselingi tawa. Tuhan, tolong dengarkan doaku kali ini juga.

🌙🌙🌙

Wah semoga saja Rencana Fhea berhasil yaa! Xixixi
Aku sengaja buat suasananya lebih UwU di akhir Chapter wkwk
Kasian Fhea kena masalah terus

Terimakasih banyak buat yang sudah dukung Fhea selama ini
Maaf agak lama dan makin ngawur updatenyaa T^T

See you in next chapt!

- 🌙✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro