Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03 | First Plan

Aku berjalan ke perpustakaan dan mengambil beberapa buku hingga menutupi setengah wajah. Sambil memperhatikan langkahku, aku berjalan ke arah taman, menunggu di sana hingga mereka memberi sinyal.

Tak lama terlihat burung gagak terbang ke arahku sambil berkata, "Cepatlah berjalan ke arah sana, Zean ada di sana."

Aku mengangguk dan segera berjalan sambil mengangkat buku sesuai arah yang ditujukan gagak. Tak lama dari arah yang berlawanan, seekor kelinci datang diikuti Zean di belakangnya yang terlihat tertarik pada kelinci putih kecil yang melompat-lompat ke arahku.

Lalu sesuai yang direncanakan begitu jarakku dengan Zean sudah cukup dekat, kelinci melompat ke arahku dan menabrak kakiku cukup kencang hingga aku terjatuh bersama buku-buku yang kubawa.

"Hei, kau tidak apa-apa?"

"Ah i-iya. Aku baik-baik saja," ucapku susah payah menahan wajahku agar tidak tersenyum seperti orang gila. Ya Tuhan kuharap ia tidak mendengar suara jantungku.

Persis seperti rencana mereka, Zean membantuku memunguti buku dan mengajakku bicara. Bahkan aku tidak melihat anak perempuan yang biasanya selalu mengerumuni dia. Mereka berhasil!

"Buku-buku ini mau dibawa kemana? Biar aku bantu bawakan."

"Ini mau aku bawa ke kelas."

"Eh, semua buku ini untuk kamu baca sendiri? Wah rupanya kau ini maniak buku ya!"

Aku tersenyum tipis sambil menenangkan jantungku yang sedang berdisko di dalam sana.

"Oh iya namamu siapa?"

"Namaku-"

"Zean!"

"Darimana saja kau? Ketua klub memanggilmu sekarang. Cepat datang sebelum ia marah!" seru anak laki-laki yang datang dengan terengah-engah.

"Ah baiklah. Kalau begitu tolong bantu angkatin buku anak ini ke kelasnya ya!"

"Lah kenapa aku harus membantunya?"

"Bawakan saja, kasian dia kesulitan membawa banyak buku sendirian."

"Ck, kalau kesulitan membawa sebanyak ini kenapa ia bawa banyak-banyak."

"Rei! Kalau gitu aku pergi duluan ya!"

Setelah percakapan yang singkat itu, cowok yang dipanggil Rei tadi membantuku membawa buku ke kelas.

"Buat apa buku-buku ini?" tanyanya di tengah perjalanan.

"Emm ... itu buat aku baca di kelas."

"Semua ini?!"

"Ah i-iya. Soalnya aku malas ke perpustakaan jadi aku stok banyak buku biar gak perlu bolak-balik ke perpustakaan kalau mau baca."

"Ooh ... bagaimana kau bisa berduaan dengan si Zean?"

Aduh ... dia ini kepo sekali sih!

"Tadi aku cuma terjatuh pas bawa buku ini lalu Zean membantuku, itu saja kok."

"Oh ... gak sengaja jatuh kan?"

"Hah?"

"Ya soalnya ada banyak anak perempuan yang coba dekatin dia dengan berbagai macam cara. Bahkan yang sudah ditolak berkali-kali pun tetap gigih mengejarnya. Zean memang orangnya terlalu baik sih. Kamu paham maksudku kan?"

Setelah berkata seperti itu ia tidak mengucapkan apa-apa lagi. Begitupun denganku. Tanpa ia berbicara seperti itu, aku sendiri sudah tahu maksudnya.

"Terimakasih sudah membantu."

Ia mengangguk dan berlalu pergi. Jujur hatiku sedih saat mendengar perkataannya. Memang aku tidak boleh suka padanya? Memang hal itu salah? Aku juga tahu kalau itu mustahil jadi aku tidak berharap banyak dengannya.

Setelah itu aku melanjutkan pelajaran di sekolah seperti biasa. Namun perkataan Rei tadi terus terngiang-ngiang di kepalaku. Ia menyadarkan bahwa ucapannya memang benar. Mungkin setelah ini aku harus mencari mereka dan menghentikan rencananya.

Aku jadi kepikiran. Sekarang mereka sedang apa ya? Apa masih di sekolah? Atau sudah pulang ke rumah? Apa mereka baik-baik saja? Astaga ... aku lupa bilang ke mereka bahwa ada anjing penjaga sekolah di kebun belakang!

"Permisi Pak! Saya izin ke toilet!"

"Baiklah. Jangan lama-lama ya!"

Setelah izin kepada Pak Tono, guru MTK. Aku segera berlari secepat kilat ke kebun belakang. Berbagai macam pikiran buruk berkeliaran di otakku.

Bagaimana ini?

Bagaimana jika mereka dimakan anjing penjaga?

Bagaimana jika mereka terluka?

Bagaimana jika mereka MATI?!

Aku mempercepat langkahku menuju kebun belakang. Samar-samar aku mendengar suara ayam berkokok dan anjing menyalak saling beradu. Dengan segala pikiran khawatir aku berlari menemui mereka yang sedang ... sedang apa mereka?

Mereka-anjing penjaga, ayam, kelinci berdiri bersusun ke atas di samping pohon apel. "Kalian sedang apa?"

"Oh Fhea datang! Tepat waktu sekali! Bisa ambilkan apel itu untuk kami?"

"Pftt-Ahahahaha ...."

Aku tak bisa membendung tawaku begitu menyadari apa yang mereka lakukan. Aku melirik ke bawah, tampaknya si Anjing penjaga sekolah pun tampak menginginkan apel tersebut.

Aku menengadah, menatap pohon apel yang rimbun. Terlalu tinggi, aku sendiri tak bisa menggapainya. "Kenapa gak minta bantuan gagak aja?"

"Dia menolak untuk membantu kita!" sungut kelinci dengan nada jengkel.

"Sekarang ia dimana?"

"Entah tadi sih cuma bilang mau terbang lihat-lihat sekolah."

"Ooh ... " Aku mengangguk. "Terus bagaimana? Kalian masih menginginkan apel itu?"

"Tentu saja! Lihatlah, apel itu terlihat sangat segar dan besar-besar!"

Aku tertawa kecil melihat tingkah lucu mereka. "Baiklah-baiklah, apa ada yang bisa kulakukan untuk membantu?"

"Bisakah kau melempar Ayam ke arah apel itu?" rujuk kelinci dengan tangan mungilnya.

"Kau ... yakin?" Aku menatap ragu tubuh Ayam yang mungil. "Apa Ayam bisa terbang?"

"Tentu saja tidak." sahut Ayam.

"Kalau begitu kau akan terjatuh dong? Apa tidak apa-apa melakukan ini?"

"Tidak apa-apa. Jangan khawatir~"

Ragu-ragu aku mengangkat Ayam ke atas, bersiap melemparnya. "Kau siap?" bisikku.

"Tentu saja!"

Dalam hitungan ketiga aku segera melemparnya ke atas-menuju buah apel yang menggantung di salah satu dahan.

BRUKK ....

Ayam terjatuh, menggelinding di rumput bersama buah apel di pelukannya. "BERHASIL!" seru Ayam diikuti sorakan kelinci dam gonggongan anjing penjaga.

Aku terkekeh geli melihat mereka yang saling bersorak atas keberhasilan mereka mengambil buah apel. Bagaimana kebahagiaan dapat mereka rasakan semudah dan sesederhana itu.

"Fhea tolong lempar aku lagi ke arah apel yang ada di sebelah sana!" tunjuk Ayam.

"Baiklah." Aku segera mengangkatnya lagi dan melemparkannya ke arah apel yang dia tunjuk. HUP!

Ia berhasil menangkap apel itu sebelum terjatuh dan menggelinding di rumput lagi. Ayam berjalan, mendekati Anjing penjaga dan memberikannya apel tersebut. Anjing itu menggonggong kencang lalu mendekatkan moncongnya ke kepala Ayam, dan menjilatnya.

Aku tertawa melihatnya. "Sejak kapan kalian jadi dekat?"

"Ahh ... entahlah, mungkin karena kami berdua sama-sama menginginkan apel? Apa kau akan ikut memakan apel ini bersama kami Fhea?"

"Hem? Astaga ... aku lupa, aku harus masuk kelas!"

Dengan langkah terburu-buru aku berlari secepat mungkin ke kelasku, sebelum guru menyadari bahwa aku telah menghilang cukup lama.

Saat itu aku tidak tahu kalau hidupku akan benar-benar berubah karena kedatangan 5 hewan aneh itu dan tragedi-tragedi lainnya yang sama sekali tak terduga.

🌙🌙🌙

Haii nice to meet you all para pembaca cerita Moonlight Stealth UwU

Tau gak aku seneng banget masih ada yang mau baca cerita ini. Kuharap kalian bisa merasakan kehangatan dan keceriaan di chapter ini jugaa //sending virtual hug (つ≧▽≦)つ

Nantikan momen dan tingkah kocak bin aneh Moonlight Stealth di chapter selanjutnya yaa xixi [note : ini spoiler] ☜( ͡° ͜ʖ ͡° ☜)

See you in next chapt gais!

- 🌙✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro