Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

As You Wish: BAB 12

Sudah lima menit ponsel Dara berdering. Nama Intania Putri tertera pada layarnya. Teman SMA-nya yang satu itu meneleponnya tanpa henti. Menyerah, akhirnya Dara menerima telepon tersebut dan menantikan Intan yang menyapa duluan.

Di detik kelima telepon berlangsung, Intan tanpa berbasa-basi bertanya, "Lo kenapa? Mona keluar grup, lo juga keluar grup. Ada masalah?"

Dara terpaku diam. Kedua tangannya yang semula tengah menari-nari di atas keyboard laptop, kini terhenti. Fokusnya langsung buyar ketika mendengar Intan bertanya demikian. Apa yang harus Dara jelaskan kepada Intan? Kepada teman-temannya semua?

"Ra?" panggil Intan. Dara tak menggubris. Namun sekali lagi, suara Intan terdengar dari speaker ponselnya yang diaktifkan. "Dara, lo masih dengerin gue nggak, sih?"

Dara mengangguk, meski gadis itu tahu Intan takkan melihatnya. Ia menghela napasnya, meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Dara beranjak dari meja belajarnya. "Tan," panggilnya dengan suara bergetar. Dara melangkah menuju balkon kamarnya sambil menyelimuti dirinya sendiri dengan jaket yang tergeletak di atas ranjangnya. "Gue ... gue suka sama pacarnya Mona, Tan. Berengsek banget gue ya, jadi sahabat?"

"Hah? Apa-apaan sih lo, Dar, bisa-bisanya suka sama Randi?" omel Intan tanpa berbasa-basi lagi. "Lagian, Dar, kayak nggak ada yang lain aja lo suka sama cowok tipe begitu."

Dara terdiam sesaat. Niat hati Dara ingin mengakui pada Intan kalau ia menyukai Angkasa. Namun ternyata Dara lupa satu hal. Tidak ada satu pun teman-temannya yang tahu kalau Mona sudah putus dari Randi dan jadian dengan Angkasa. Bahkan, tidak satu pun dari mereka yang tahu betapa rumit kini hubungan Dara dan Mona hanya karena dua laki-laki tersebut.

Dara terkekeh pelan. "Sori, lupa kasih tau sesuatu," katanya. Detik selanjutnya, cerita Dara mengalir begitu saja. Tentang Dara yang menemukan Angkasa, dan bagaimana segala cerita ini dimulai, sampai akhirnya kacau seperti hari ini.

Dua jam waktu yang Dara habiskan bersama Intan di telepon. Ketika cerita Dara akhirnya benar-benar selesai, Intan lantas memberikan komentar, "Kenapa dari dulu Mona nggak berubah, ya, Ra?"

Dara terdiam. Kali ini Dara tidak mau salah bicara apapun tentang Mona, meskipun jauh di lubuk hatinya, Dara sedang terbakar amarah.

"Selalu begitu. Dulu waktu masih ada Kak Garda, Mona juga segila itu sama Angkasa. Ketika Angkasa pergi, Mona udah memutuskan buat jalin hubungan sama Randi. Tapi giliran Angkasa kembali, Mona malah kelihatan kayak mainin Randi," lanjut Intan panjang lebar. Dara bisa mendengar gadis itu menghela napas berat. "Bertahun-tahun temenan sama Mona, gue nggak pernah bisa ngerti cara hatinya bekerja, Ra. Sumpah. Gue udah nahan pikiran ini sejak SMA. Gue pikir waktu itu Mona emang lagi di puncak masa-masa labil. Tapi, ini udah berapa tahun berlalu, Ra? Mona masih kayak gini."

Tidak bisa berkata apapun, Dara menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Intan. Dara paling tahu Intan, dan berlaku sebaliknya. Dara jadi orang yang paling tahu bahwa Intan sudah cukup muak dengan Mona yang pernah memainkan perasaan Garda dan Angkasa beberapa tahun silam.

"Tan, enough," tutur Dara lembut. Tanpa Intan lihat, Dara menyungging senyum. "Kita nggak perlu ngebahas dia lebih lanjut. Emosi gue lagi nggak stabil. Gue nggak mau sakit hati membawa gue ke pertengkaran lebih lanjut sama Mona."

"Tapi, Ra. Mau sampai kapan kita membiarkan sahabat kita sendiri serakah kayak gitu? Dia nggak cuma nyakitin hati lo, Ra. Tapi mungkin nyakitin Randi juga yang masih dikekang sama dia. Atau bahkan nyakitin hati Angkasa karena dia masih seperhatian itu sama Randi," balas Intan tak mau kalah. "Bisa nggak sih, kita tiadakan dulu status sahabat ini? Kita nggak boleh, Ra, belain orang yang salah meskipun dia sahabat kita."

Dara menghela napas. Sebagian hatinya sangat ingin mendukung Intan, namun sebagian lainnya, tetap bersikeras untuk berpikir positif. Dara tidak bisa begitu saja menghujat Mona seperti Intan.

"Seserakah apapun dia sekarang, Tan, pasti bakal ada saatnya Mona milih cuma satu," ujar Dara. "Entah itu Angkasa, entah itu bakal balik ke Randi, atau bahkan orang lain di luar sana yang belum pernah dikenalin ke kita."

"Dan sekarang, di saat dia kayak gini, lo masih mau maklumin, Ra? Lo sempet punya kesempatan sama Angkasa, Ra. Tapi Mona ngerebut Angkasa dari lo. Dan sekarang, kalaupun lo punya kesempatan sama Randi, gue berani jamin lo nggak akan bisa dapatin Randi dalam waktu dekat, Ra," balas Intan.

Dara tahu itu. Tanpa Intan beritahu pun Dara sudah tahu. Benar. Mungkin salah Dara sebab pilihannya tidak jauh dari nama Angkasa atau Randi. Mungkin salah Dara karena Dara sempat dekat dan menyukai Angkasa. Mungkin salah Dara karena Dara didekati Randi. Mungkin salah Dara. Semua saja salah Dara.

"Gue nggak suka sama Randi, Tan," balas Dara.

"Tapi nyaman kan, sama Randi?" Intan bertanya lagi.

Giliran Dara bungkam. Sangat lama. Kedua matanya menyaksikan langit dengan seantero isinya. Bulan, jajaran bintang, dan awan yang samar-samar bisa Dara lihat. Mona pernah cerita padanya kalau Angkasa bilang padanya, bahwa tempat ternyaman bagi bulan adalah langit.

Tempat ternyaman bagi Mona adalah ... Angkasa.

"Ra, lo masih di sana?" dan suara Intan kembali membawa Dara untuk fokus pada telepon. "Jadi, yang mana nih, Ra? Angkasa, atau Randi?"

Dara kembali menyaksikan langit. "Emangnya bisa gitu, Tan, gue dapatin Angkasa? Angkasa kan tempatnya bulan. Rumahnya bulan," balas gadis itu sambil menyaksikan purnama bulat yang ada jauh di depan matanya. "Dan bulannya Angkasa ya ... Mona."

"Bintang itu lebih bersinar daripada bulan loh, Ra," balas Intan.

"Ah, lo makin ngarang deh," ujar Dara. "Gue nggak mau ngerebut Angkasa dari Mona, Tan. Gue pernah bilang sama Angkasa, kalau gue bakal lebih milih buat menyelamatkan persahabatan gue ketimbang perasaan."

"Lo nyatain perasaan lo?" tanya Intan. "Gila! Lo serius, Aidara Amelia?!"

Sesaat, Dara mengangguk pada dirinya sendiri. Pikirannya menyelam kembali ke memori tersebut. Di malam yang gelap dengan cahaya rembulan yang temaram. "Awalnya, ini skenarionya Randi, Tan. Sampai akhirnya gue sadar, kalau ternyata gue emang suka sama Angkasa. Tapi, semakin ke sini ... ah, gue nggak tau lagi deh, Tan. Lika-liku percintaan tuh ribet. Makanya gue nggak pernah mau pacaran dari dulu."

"Ra, kita harus ketemu, deh. Sumpah. Sama Mona sekalian. Kalau perlu sama Angkasa dan Ran—"

"Sembarangan aja lo, Tan, kalau ngomong," interupsi Dara. "Udahlah, Intan. Gue nggak mau merusak apapun lagi. Mona sama gue bahkan belum baikan sampai sekarang. Gue mau let it flow aja. Gue nggak mau memperjuangkan apapun. Angkasa, Randi, Mona, bodo amat."

"Lo serius?"

"Iya."

Selanjutnya, percakapan mereka berganti haluan. Berhenti membicarakan Mona, melainkan membicarakan hal-hal lainnya di luar kehidupan percintaan. Berjam-jam mereka habiskan, sampai salah satunya menyudahi percakapan, dan telepon pun berakhir.

Dara kembali ke meja belajarnya, menyimpan pekerjaannya yang belum usai, kemudian mematikan laptop. Gadis itu lantas melompat ke ranjangnya dan menarik selimut, hendak tidur.

Namun ponselnya tiba-tiba berdering di nakas. Nama Randi, serta pesan pop-up terbit di layarnya yang semula hitam.

Randi Amadilo : Besok kosongin jadwal ya, Ra. Gue mau ketemu. Ada yang mau gue omongin.

Baru Dara meraih ponselnya hendak membalas pesan masuk dari Randi, satu pesan lagi masuk, dari nama yang berbeda.

Angkasa Putra P. : Ra, besok kosong, nggak? Gue mau ketemu, tapi jangan bilang Mona. Ada yang mau gue bicarain.

Sial. Kalau begini, Dara harusmenelepon Intan sekali lagi!

+

an: haloooo! udah lama nggak nulis author note. apa kabar? makin geregetan sama dara? atau sama angkasa? wkwkwk. kansa-nya juga geregetan kalau bacain komen kalian, apalagi yang pada suka gosip :) *mau ikutan tapi mestinya gabole ikutan*

anyway, kansa udah hampir selesai nulis cerita ini. kayaknya bakalan tamat di bab 21-22-23 dan sekitarnya, nggak sampai 25. as soon as possible kalau udah tamat nulisnya, kansa bakal update dengan baik dan benar, nggak tiba-tiba dan lama begini hahaha.

see you on the next chapter!

coba tebak, akhirnya angkasa sama mona, angkasa sama dara, atau angkasa jomblo lagi?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro