Big Brother With His Weird Brothers
Catatan Penulis: Para tokoh di cerita ini terinspirasi oleh cerita Adorable Kook karya kak augustddrugs. Bukan bermaksud plagiat ataupun membuat fanfict dari cerita tersebut, namun saya hanya mengambil usia dan sifat-sifat di cerita Adorable Kook dan menuliskan cerita komedi berdasarkan ide saya. Terima kasih.
**
Seokjin bukannya tak sayang pada adik-adiknya, apalagi pada trio-bangsat-tapi-gemay yang masih kecil. Ia sayang seratus persen malah. Hanya saja mengurus bocah itu butuh tenaga ekstra, apalagi ini jumlahnya ada tiga. Ia harus pandai membagi waktu antara bekerja, mengurus pekerjaan rumah, dan meladeni adik-adiknya. Oh tak lupa waktu untuk beristirahat juga (tapi rasanya menjadi berkurang drastis). Terlebih jika Kookie sudah berseru, "Seokjinnie, Kookie mau nge-poof!"
Astaga. Kenapa harus di saat-saat seperti ini?!
"Cepat ke kamar mandi dan buka celanamu," kata Seokjin sambil membereskan kertas-kertas berserakan di mejanya. "Seokjinnie akan datang kalau sudah selesai."
Akan tetapi, muka Kookie malah memelas. "Ti-tidak bisa. Sudah di celana."
Lalu Taehyung yang memegang mainan pistol-pistolan muncul dari belakang dan menutup hidungnya. "Hueek! Bauuu!!!" Ia menembakkan pistolnya yang berisi air ke pantat Kookie. "Hoseokkie bilang, segala yang bau akan hilang terkena pistol ini."
"Huuuaa Taetae jahat!!" pekik Kookie menangis. Ia tak nyaman celananya basah, apalagi masih ada benda padat di pantatnya.
"Hei, ini di ruang tamu! Tae, jangan main pistol air di sini. Kookie, ayo ke kamar mandi," lerai Seokjin akhirnya. Ia menyeret Kookie agar ikut dengannya. Seharusnya sih digendong saja supaya lebih mudah, tapi Seokjin tidak mau bajunya terkena harta karun emas.
Bahkan ketika sudah duduk di kloset, Kookie masih saja menangis. Sehingga Seokjin tidak punya cara lain selain memandikan Kookie untuk menghiburnya. Bermain dengan busa dan meniup gelembung sangat menyenangkan bagi Kookie, dan lihatlah kini sudah riang kembali. Tak apalah jika Kookie mandi tiga kali hari ini dan menguras waktunya, asalkan itu mampu membuat adiknya merasa lebih baik.
Tapi jika harus berlari-lari ke luar kamar mandi saking senangnya sambil telanjang, Seokjin harus bagaimana lagi untuk membuat Kookie tenang?
"Kookie~ Pakai handuk dulu!"
"A A A A AHH~ TIDA MAUU!!!" pekik Kookie kelewat girang.
Mendengar bising-bising layaknya Tom and Jerry, Yoongi beranjak dari tempat persembunyiannya dan terkejut mendapati penampakan Kookie yang bersinar terang. Kulit mulus seputih itu ... astaga Yoongi jadi ingin mencubitnya! Sedetik kemudian Yoongi sudah main kejar-kejaran dengan Kookie. Seharusnya sih, Yoongi bisa dengan mudahnya menangkap Kookie karena kakinya panjang. Tapi sepertinya ia sengaja melambatkan diri. Dan itulah sebabnya Seokjin kesal.
"Kookie harus pakai baju dulu," gumamnya, "kalau tidak nanti masuk angin." Pada akhirnya Yoongi berhasil menangkap Kookie dan memakaikannya baju setelah merasa kasihan pada kakaknya.
Suasana rumah mulai kondusif. Seokjin memasak di dapur karena hari sudah mulai gelap. Hoseok tidak pulang karena ada acara di sekolah. Kookie, Tae, dan Jimin ditemani Yoongi di ruang tengah. Mereka bermain puzzle sembari menunggu makan malam yang tidak pernah tidak enak dibuatkan Seokjin. Biasanya sang kakak yang satu itu akan mengeluarkan jurus pamungkas supaya ketiga adiknya cepat tidur: susu hangat. Jimin bilang, itu menu yang dikhususkan untuk mereka bertiga sebagai tanda paling disayang. Kenyataannya sih, supaya tidak merepotkan di malam hari.
Indera penciuman Taehyung bekerja cepat tatkala Seokjin sudah menyiapkan makan malam. "Makanan enaknya sudah datang!" pekiknya, menarik Jimin dan Kookie. Ketiga bocah cilik itu pun berlari menuju meja makan dan duduk. Perihal mengisi perut sih, mereka tidak pernah absen.
"Ayo duduk yang rapi dan berdoa," suruh Yoongi.
Lebih baik menurut supaya cepat-cepat makan. Mereka pun menghabiskan makan malam bersama. Seokjin beruntung tidak ada kekacauan yang terjadi. Ia masih agak was-was sebab kemarin malam, Jimin dan Taehyung bertengkar mengenai susu hangat. Kemudian malah berakhir salah satu gelas terjatuh dan pecah. Acara makan malam ini berlangsung aman tanpa kehebohan apa pun.
Namun ada yang kurang, dan Kookie menyadarinya.
"Namjonnie tidak ada ya?" katanya kebingungan.
"Ehh benar, kenapa ya? Dia ada di rumah kan?" Jimin bertanya, entah pada siapa.
"Terakhir kali Hyung lihat, Namjoon Hyung sedang memandang laptopnya sedekat nadi," jawab Yoongi, memperagakan bagaimana jarak antara Namjoon dan laptop dengan tangannya. "Sedang latihan merusak mata sendiri, mungkin."
Taehyung memandang Yoongi tidak suka. "Yoonginie tidak boleh seperti itu! Kasihan Namjonnie. Dia sudah terlalu sering patah hati ditolak Noona-noona. Seharusnya kita lebih mengasihaninya."
"Itu mengasihani atau meledek sih?" Seokjin geleng-geleng kepala.
Tetapi memang, sebagai saudara, sudah seperti ikatan batin mengetahui ada yang tidak beres dengan saudaranya yang lain. Kookie merengek ingin menjenguk Namjoon meskipun Seokjin berkata tidak usah. Taehyung pun membela Namjoon meski kedengarannya sedang meledek. Yoongi sebenarnya tidak terlalu peduli pada Namjoon, tapi adik-adiknya sangat berisik sehingga ia pun tertarik mendengarkan. Jimin? Ia juga ingin bertemu Namjoon dan didongengkan cerita pengantar tidur.
Lantas, Seokjin pun memutuskan. Kini mereka semua akan pergi beramai-ramai ke kamar Namjoon dan mengecek bagaimana keadaannya. Agak memalukan sih, sampai harus dijenguk ramai-ramai hanya karena rengekan ketiga bocah.
Di depan pintu kamar Namjoon, yang pertama kali membukanya adalah Taehyung. Ia masih membawa pistol-pistolan dan menembakkannya ke penjuru arah. Seokjin dan Yoongi tidak menyangka hal itu bisa terjadi.
"Tae, jangan menembak!" Itu suara Namjoon.
"Ah tapi kan Tae sudah menembak, Namjoonie harusnya mati!" balas Jimin.
"Aduh iya, iya, nih aku mati!" Demi menyenangkan sang adik, Namjoon membaringkan badannya di lantai.
Dan tentu saja, ketiganya akan melonjak senang lantas menjadikan Namjoon sebagai sasaran injak-injak trampolin. "Yeay Namjonnie mati! Namjonnie mati!"
Setelah ketiga bocah tersebut puas dan kehabisan tenaga, Seokjin buka suara, "Lihat kan, Namjoon tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dicemaskan."
"Tapi Namjonnie tidak ikut makan malam," ujar Kookie murung. Astaga, Namjoon jadi tidak enak hati sudah membuat adiknya khawatir kenapa tidak ikut makan malam (walaupun datang-datang malah main hajar sih).
Ia mengusap kepala Kookie lembut. "Hyung cuma sedang mengerjakan sesuatu kok."
Kali ini tak hanya ketiga bocah yang penasaran, tetapi salah satu kakak tua yang lainnya juga turut serta. Apa sih yang sedang dikerjakan Namjoon sampai melewatkan makan malam dan memandang laptopnya seperti tanpa jarak? Bagi Seokjin, itu bukan apa-apa tatkala Namjoon menjawab: "Aku sedang jadi admin olshop kampus. Baru open PO, makanya sibuk."
Bagi ketiga bocah cilik, ini tampak menarik. "Wah! Namjonnie jual apa saja?"
"Banyak! Nanti Hyung belikan untuk kalian."
"Tapi Namjonnie ada yang aneh ...," tanggap Taehyung. "Namjoonie jadi ol soup? Sup macam apa itu? Namjonnie tidak bilang kalau Namjonnie bisa dimakan."
Tuhan, kenapa?
Seokjin tidak mau tahu lagi. Ia memilih merayap diam-diam ke kamarnya untuk beristirahat. Biarlah Namjoon yang akan mengurus mereka dengan aliran sesatnya, selama itu mampu membuat ketiga bocah tidak macam-macam tentu tak masalah. Tapi bisa-bisanya Namjoon beralasan menjadi admin olshop. Itu bohong. Sebab Seokjin sudah tahu apa yang dilihat Namjoon sampai sedekat itu dengan laptopnya. Maka dari itu ia berani mengatakan tidak usah ditengok. Kenyataannya Namjoon sedang menonton hal memalukan.
Tetapi, Seokjin senang adik-adiknya saling menyayangi satu sama lain.
- TAMAT -
Ps. Gue nulis apaan bngst 😭😭😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro