Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❬ 3 ❭ @MaaLjs - Lucid Dream

Kata ramai cocok mendeskripsikan kantin tempat Zebora Allen berada. Dengan makanan yang sudah terletak di mejanya, ia menyisir pandang ke bagian sekolah yang hampir tak pernah sepi itu. Ketika gadis-gadis di sana selalu datang ke kantin bersama teman-teman dekat mereka, anak perempuan berambut sebahu tersebut selalu datang sendiri dan duduk di salah satu meja paling terpencil walau kadang Molly─si aneh yang sangat terobsesi pada dunia sihir─menemaninya.

Ze adalah seorang introver. Oleh karena itu, ia tak memiliki banyak teman atau bisa dikatakan, tidak ada sama sekali. Ia pernah mencoba untuk berbaur tapi karena ia membosankan dan tak pandai mencari bahan obrolan, teman-teman sekelasnya hanya akan berbicara pada pemilik mata bermanik coklat itu ketika perlu saja.

Jika di novel-novel seorang introver pintar, maka Ze tidak. Ia hanya siswi biasa dengan nilai yang tak terlalu menonjol atau pun buruk. Namun, seperti gadis pada masa pubertas pada umumnya, ia tertarik pada salah satu lelaki populer di sekolah, Elray Dixon. Makanya sekarang Ze menghentikan tatapannya pada anak laki-laki berparas tampan itu.

"Ya, El memang tampan sangat tampan dalam balutan pakaian kasual seperti itu."

Sontak Ze menoleh ke asal suara dengan raut terkejut tapi Molly─sang empu hanya tersenyum tanpa dosa dan duduk di hadapannya.

"Tenang, Ze. Tidak perlu terkejut seperti itu. Aku tahu semuanya."

"H-huh?"

"Kau menyukai El, kan?" bisik Molly.

Ze bergeming. Ia hanya menatap Molly dengan ekspresi yang tak bisa diartikan.

"Tak perlu malu seperti itu tapi ... siapa pun yang melihat caramu menatap El dapat menyimpulkannya." Molly berbalik dan menatap Elray yang sedang tertawa bersama teman-temannya. "Sulit untuk mendapatkan lelaki populer itu tapi,"─Molly kembali menghadap Ze─"aku bisa membantumu merasakan bagaimana menjadi orang yang digilainya dalam semalam, bahkan akan benar-benar terjadi jika kau beruntung."

Ze tersenyum, kembali tak bersuara. Ia tahu Molly akan mulai bercerita tentang sihir dan segala macamnya. Menurutnya, diam lebih baik daripada mencela. Oleh sebab itu, Molly yang juga dijauhi karena keanehannya lebih suka berbicara pada Ze.

"Aku serius walau awalnya aku juga tak percaya. Akan kutunjukkan caranya padamu nanti."

❬✧✧✧❭

"Apa yang akan kita temukan di perpustakaan daerah selain buku?" tanya Ze bingung ketika Molly menyeretnya ke tempat itu.

"Apa lagi kalau bukan buku?" Molly bertanya balik, sementara Ze hanya mengernyitkan keningnya. "Tapi ..., buku yang akan kita cari sekarang bukanlah buku biasa, Ze."

"Maksudmu?"

"There's magic in it."

"Molly, aku─Ya Tuhan!" Ze berteriak ketika melihat buku yang melayang setelah Molly menggerakkan tangannya.

"Jangan berteriak atau kita akan ditendang keluar sekarang juga." Molly mengingatkan ketika ia berhasil membawa buku itu ke tangannya.

"Tapi kau baru saja─"

"Yes, I am," potong Molly dengan senyum kecil yang tiba-tiba membuat Ze menampilkan wajah ketakutan. "Jangan pasang raut seperti itu. Aku bukan penyihir, monster, atau hal mengerikan yang mungkin sedang kau pikirkan sekarang. Aku hanya gadis biasa yang terobsesi pada dunia sihir sehingga dianggap aneh tapi beruntung karena menemukan apa yang selama ini kuobsesikan."

Masih syok, Ze kembali bersuara. "I-it's impossible."

Si aneh kembali tersenyum. "Lebih baik kita keluar dari perpustakaan terlebih dahulu sebelum diusir dengan rasa malu."

❬✧✧✧❭

"Ini," kata Molly saat memberikan buku yang tadi ia ambil dari rak tanpa menyentuhnya.

Adalah tetap diam yang Ze lakukan. Ia masih terlalu syok dengan hal yang baru saja ia lihat.

Molly menarik tangan Ze dan menaruh buku tersebut di sana. "Ambillah dan kembalikan tepat waktu atau jika kau menikmatinya, perpanjang tempo untuk meminjam buku itu."

Ze masih tidak bersuara saat buku yang kertasnya sudah menguning itu berada di tangannya. Netra bermanik coklatnya menatap Molly tak percaya.

"Yes, it's too impossible but kau sendiri sudah melihatnya, bukan? Bahkan waktu itu aku juga terkejut tapi ini semua memang nyata." Molly melihat ke sekeliling. Ketika ia merasa sudah aman, digerakkan tangannya untuk memasukkan sebuah botol kosong yang dibuang sembarangan ke tong sampah tanpa menyentuh permukaan benda tersebut. "See? Itu semua nyata. Ze, awalnya aku juga tak percaya kalau kekuatan telekinesis ini kukuasai di dunia nyata. Maksudku, setelah membaca buku itu, aku mendapatkan superpower ini."

"Bagaimana kau bisa mendapatkan buku ini?"

"Saat itu rencananya aku ingin membaca novel fantasi di perpustakaan daerah lalu aku menemukannya. Jujur saja, aku tak tertarik pada buku itu karena sudah tampak sangat tua. Namun, aku sudah menyelesaikan semua novel fantasi di perpustakaan daerah. Oleh karena itu, aku mencoba untuk membacanya dan ... wow, it's so amazing as I said before, there's magic in it."

"What kind of magic?"

"Kau akan tertidur setelah membacanya."

"Tertidur?"

"Ya, tertidur tapi bukan hanya tidur biasa karena kau akan mendapatkan sebuah mimpi yang tampak sangat nyata. Begitu nyata dan mungkin memang bisa dikatakan seperti itu sebab setelah kau terlelap, kau akan masuk ke dunia paralel, di mana kau akan mengendalikan ahli tubuhmu yang lain."

"Bahkan teori dunia paralel masih diragukan, Molly."

"I know. Awalnya aku tak percaya tapi aku sudah melakukannya. Apa lagi yang bisa membuatmu tak percaya jika kau sudah mengalaminya sendiri?"

Menatap Molly dengan lekat adalah sesuatu yang sedang Ze lakukan sekarang. Otaknya bekerja keras untuk mencerna dan mencoba untuk percaya pada gadis pirang di sebelahnya. Ini terlalu tiba-tiba dan ia masih syok hanya untuk sekedar berpikir rasional sehingga kemudian Ze menghela napas lalu berkata, "Tell me more."

Molly berdeham. "Seperti yang kukatakan, kau akan berada di dunia paralel, menguasai dirimu yang hidup di sana. Kehidupan dirimu yang di sana mempunyai keadaan sebaliknya dengan dirimu yang di sini. Jadi, ikuti alurnya. Jangan sampai ada yang mengetahui bahwa kau datang dari dunia ini atau kau akan sulit kembali ke sini."

"Kau bilang aku akan berkelana di dunia paralel setelah membaca buku itu karena tertidur. Lalu apa yang terjadi pada tubuhku yang ada di sini jika aku terperangkap di sana?"

"Kau akan dinyatakan koma. Namun, semakin lama tubuhmu akan melemah. Semua keputusan ada pada keluargamu, ia tetap percaya kau akan kembali dan terus mengurusmu yang koma atau mengikhlaskanmu."

Ze menelan liurnya. "Bagaimana tentang El? U-um, maksudku, apa arti dari ucapanmu yang tadi? Kau bilang aku mungkin saja bisa beruntung, kan."

"Oh, tentang itu." Molly terkekeh pelan hingga membuat wajah Ze memerah. "Paralel artinya sejajar. Itu artinya dunia yang kita tempati dan yang akan kau jelajahi itu terhubung termasuk para makhluk di dalamnya walau kita dan mereka tak tahu bahwa ada dunia lain di luar sana. Kau pasti tahu déjà vu, kan? Nah, semakin banyak hal berkesan yang kau lakukan dengan seseorang di sana akan membuat orang yang berinteraksi denganmu merasakan déjà vu ketika melakukan sesuatu atau melihatmu. Itu seperti kilasan balik tapi kau tak tahu kapan dan di mana pernah melakukannya."

"Lalu superpowermu?"

"Ini kudapatkan setelah menjelajahi dunia paralel untuk pertama kalinya. It's like a reward karena kita telah mengunjungi dunia itu sebab semua manusia yang ada di sana mempunyai superpower."

"Superpower yang kita di sana akan melekat pada tubuh kita yang di sini?"

"Ya, maksudku seperti itu."

"Bagaimana kau bisa tahu banyak tentang hal ini?"

"Aku sudah mulai menjelajah sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama."

"Oh, I see."

❬✧✧✧❭

Langit malam sudah terlukis di luar. Setelah menyelesaikan tugas sekolah, Ze bergegas duduk di ranjang dan mulai membuka buku ajaib yang ia pinjam bersama Molly dari perpustakaan daerah tadi.

Ze tak langsung membaca buku berjudul Explorer Des Mondes Parallèles itu. Ia terdiam sesaat untuk menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang. Jika boleh jujur, ia masih ragu dengan apa yang diceritakan oleh Molly tapi ia juga penasaran dan ingin melakukannya. Oleh karena itu, dengan pelan tapi pasti, Ze pun mulai membaca tulisan di buku tersebut walau ia tak mengetahui apa artinya.

"Emmène-moi dans un monde parallèle. Emmenez-moi là-bas et laissez-moi l'explorer. Emmène-moi dans un monde parallèle. Emmenez-moi là-bas et laissez-moi en profiter."

Kelopak mata Ze bekerjap beberapa kali. Ia melihat ke sekeliling dan mengerutkan dahi ketika melihat pemandangan yang ada di depannya.

"Lalu apa? Tidak ada yang berbeda," monolog Ze. Kemudian, ia menghela napas dan mengambil ponselnya yang berada di nakas. "Hm, mungkin Molly hanya membohongiku."

❬✧✧✧❭

Sinar matahari yang menembus tirai kamar dan alarm bekerja sama membangunkan Ze dari tidur nyenyaknya. Gadis berumur tujuh belas tahun itu mengucek mata lalu merenggakan tubuhnya.

"Selamat pagi hidupku yang membosankan," ujar Ze pelan sekali. Itu adalah hal yang sering ia lakukan saat baru bangun tidur. Sudah seperti tradisi sehingga tak bisa ditinggalkan.

Sejurus kemudian, dering ponsel Ze memenuhi ruangan. Ze yang masih memasang mata sayu dibuat terperanjat seketika karena hal itu. Segera ia mengambil benda persegi panjang tipis tersebut dan menekan ikon berwarna hijau tanpa melihat nama peneleponnya karena masih mengantuk.

"Ya, halo?"

"Halo, Ze! Kau di mana? Aku sudah berada di depanmu! Cepatlah!"

Ze menjauhkan ponsel dari telinganya sebab sang penelepon berteriak begitu nyaring. Ia mengernyit dan melihat nama kontak itu. Lalu ia menjelarkan matanya ketika huruf yang ada di layar datar tersebut menunjukkan nama seoarang Lacey Alexander, primadona sekolah yang sangat terkenal.

"Kau L-Lacey?"

"Astaga, Zebora! Kau masih bertanya siapa aku ini?" Terdengar geraman dari seberang telepon. "Aku yakin kau pasti baru bangun! Sekarang cepat mandi dan bersiap atau aku akan menyeretmu dengan muka bantal itu!"

"B-baiklah."

Sambungan telepon terputus. Ze segera beranjak dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Saat mandi, ia terus berpikir, bagaimana seorang Lacey bisa mendapatkan nomor teleponnya?

Bahkan sepertinya Lacey tak pernah tahu aku sekelas dengannya, batin Ze.

❬✧✧✧❭

Wajah syok Lacey yang Ze dapatkan ketika membuka pintu rumahnya dan menemukan gadis itu berada di dalam mobil mewah. Dengan ekspresi yang masih terlihat berlebihan─menurut Ze─Lacey turun dari mobil dan menyentuh pakaian yang Ze kenakan dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Zebora, apa yang kau pakai?" tanya retoris Lacey.

"Baju?"

Lacey menatapnya aneh. "Sejak kapan model pakaianmu jadi seperti ini? You looks like a nerd, girl."

Bukankah itu memang aku? tanya batin Ze.

"Ze,"─Lacey merangkulnya─"seorang primadona seperti kita adalah panutan para gadis di sekolah. Kita selalu jadi trend center dan sekarang kau malah memakai baju seperti ini ...? Oh, ayolah, Ze, jangan membuang waktu!"

"T-tunggu? Tadi kau bilang apa? Primadona?" tanya Ze bingung.

Lacey menggeram gemas, "Ze!"

Kehidupan dirimu yang di sana mempunyai keadaan sebaliknya dengan dirimu yang di sini.

Ze menggelengkan kepalanya setelah melamun untuk mengingat perkataan Molly. Lalu ia melihat sekeliling dan mengernyitkan dahinya karena tak menemukan apapun yang berbeda, kecuali Lacey yang tiba-tiba menjadi temannya.

Jadi, sekarang aku sudah di dunia lain?

"Ze, kita sudah tak punya banyak waktu! Pesawat El akan berangkat sebentar lagi."

"El?"

"Dan sekarang bahkan kau tak mengenali kekasihmu sendiri?"

"Apa? Kekasihku?" Mata Ze membelalak kaget.

Frustasi. Itulah yang Lacey rasakan. Ia menghentak-hentakkan kakinya seraya merengek. "Zebora Allen jangan main-main!"

Ze menelan ludahnya susah payah. Ia mencubit dirinya sendiri dan ... sakit. Ini memang nyata seperti yang dikatakan oleh Molly.

Ikuti alurnya. Jangan sampai ada yang mengetahui bahwa kau datang dari dunia ini atau kau akan sulit kembali ke sini.

Adalah berdeham rendah yang Ze lakukan sebelum menatap Lacey lagi. "Kau tahu, tadi malam aku tak sengaja menabrak pintu. Rasanya masih pusing sampai sekarang."

"Dasar ceroboh!"

Ze tersenyum kecil. "Aku terlalu malas untuk mencari pakaian atau jika kau malu berjalan denganku dalam keadaan seperti, tolong pilihkan aku baju."

❬✧✧✧❭

"Jadi ..., kita akan ke bandara?" Ze bertanya pada Lacey yang berjalan terlebih dahulu menuju mobil mewah gadis itu.

"Ya."

"Mengantar El yang akan pergi?"

"Iya, Ze."

"Elray Dixon?"

"Astaga, iya!" jawab Lacey frustasi. "Kurasa kau akan gila jika sekali lagi menabrak pintu."

Ze tertawa pura-pura. "Maafkan aku."

Lacey tak mempedulikannya dan memilih untuk segera masuk ke dalam mobil. Ze hanya mengikuti.

Ekspresi bodoh Ze keluarkan ketika Lacey menengadahkan tangan di depan wajahnya. Ia tak mengerti kenapa temannya─setidaknya begitulah status Nona Alexander untuknya di dunia ini─itu melakukan hal tersebut.

Tak terhitung sudah berapa kali Lacey menghela napas pagi ini karena perilaku Ze. Namun, waktu mereka sudah tak banyak. Ia pun segera menggapai tangan Ze dan memejamkan matanya sebelum mendengar suara Ze yang berteriak melengking karena ia melakukan teleportasi.

❬✧✧✧❭

Ya Tuhan, aku tak bisa langsung beradaptasi di dunia aneh ini, batin Ze ketika ia turun dari mobil Lacey dengan kaki yang seperti agar-agar.

"Sepertinya otakmu agak bergeser," kata Lacey ketika membantu Ze berjalan memasuki bandara yang sudah ramai.

"Kenapa kau membawa mobil jika akhirnya kita ... berteleportasi?" tanya Ze ragu karena ia tak menyangka baru saja melakukan teleportasi.

Tawa kecil Lacey keluarkan. "Formalitas." Gadis berambut merah dengan poni di atas dahi itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Bandara terlalu ramai dan jalanmu sangat lambat. Hentikan waktu sekarang."

"Apa?"

"Hentikan waktu sekarang," ulang Lacey seraya meggandeng tangan Ze.

"H-hah?"

Memutar matanya, Lacey kembali berkata, "Jentikkan jarimu."

Ze langsung melakukannya dan ia hampir saja berteriak ketika melihat semua orang berhenti melakukan aktivitas, kecuali dirinya dan Lacey yang langsung mengecek jam tangannya. Dapat dilihat jarum jam yang berhenti dari sana. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan hingga menuju tempat teman-teman dan Elray berada.

❬✧✧✧❭

Aroma maskulin langsung masuk tanpa izin ke dalam indra penciuman Ze ketika Elray memeluknya dengan erat. Akibat hal itu, jantungnya seketika berdegup dengan kencang dengan tangan yang mendadak dingin. Apalagi ketika pemuda tampan itu merenggangkan pelukan mereka untuk menatap wajah Ze lekat, membuat wajah Ze memproduksi semburat merah dan perutnya geli seperti ada kupu-kupu yang terbang di atasnya.

"Besok aku sudah kembali."

"B-baiklah."

"Aku akan meneleponmu nanti malam."

"Oke."

"Jangan telat makan."

Ze mengangguk. "Kau juga."

Elray memeluk Ze lagi. "Aku mencintaimu."

Jika Ze adalah es, mungkin ia sudah meleleh setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Elray. Jantungnya semakin berdegup kencang sebab hal itu.

Semakin banyak hal berkesan yang kau lakukan dengan seseorang di sana akan membuat orang yang berinteraksi denganmu merasakan déjà vu ketika melakukan sesuatu atau melihatmu.

Menelan ludahnya lagi, Ze memberanikan diri memeluk Elray dengan erat. Ia berjinjit untuk menyelaraskan bibirnya dengan telinga lelaki itu.

"I love you too. I love you too. I love you too."

Elray tertawa mendengar bisikan Ze. "I know."

❬✧✧✧

Ze menaruh ponselnya di atas nakas lalu menatap lantai seraya menarik selimut dan mematikan lampu kamarnya. Ia akan kembali ke dunianya lagi ketika kembali tertidur. Banyak yang sudah ia lewatkan hari ini di dunia paralel yang lebih menakjubkan tapi selalu membuatnya syok karena dirinya yang berada di sini benar-benar kebalikan dari dirinya yang asli.

Jika yang asli, ia adalah seorang introver, tidak populer, dan hanya penganggum rahasia Elray, dia yang di sini adalah extrover, primadona terkenal dan merupakan kekasih yang sayang dicintai oleh lelaki tampan tersebut. Rasanya ia tak ingin kembali tapi ia tahu, ini bukan tempatnya Lagipula ia merindukan Molly yang aneh, bukan Molly yang super jenius hingga membuatnya terkenal seantero sekolah.

"Selamat tinggal hidup indahku yang lain."

❬✧✧✧

Ze mengerang pelan ketika mendengar pintunya yang diketuk begitu keras oleh sang Ibu. "Iya, Bu, aku sudah bangun."

"Cepat, Ze, atau kau akan terlambat."

"Iya, Bu." Ze mendudukan tubuhnya di atas ranjang lalu melihat ke arah jam dinding. Ia membelalak ketika menyadari bahwa ia terlambat sekarang.

Dengan cepat, Ze turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Namun, sebelum masuk, ia menyempatkan diri lalu berbalik menatap jam dinding. Kemudian, ia mengangkat tangannya dan memerhatikan kedua anggota tubuh tersebut.

Jentikkan jarimu.

Menghela napas, Ze memejamkan matanya dan menjentikkan jarinya. Lalu ia kembali membuka kedua mata dan melihat jam yang jarumnya berhenti. Masih penasaran, ia berjalan ke arah jendela dan melihat orang-orang yang tak bergerak seperti patung.

Lantas Ze tersenyum, "The world has magic."

❬✧✧✧

"Molly!" Ze berlari kencang menghampiri gadis berambut pirang itu. Ia terlalu senang melihat Molly yang aneh lalu memeluknya ketika sampai di depan perempuan itu. "Aku sangat merindukanmu."

Molly tertawa dan membalas pelukan Ze sebelum gadis itu melepaskannya. "Kau baru berkelana sehari dan sudah merindukanku."

Kini, Ze yang tertawa. "Di sana berbeda. Terasa asing tapi menyenangkan. Aku selalu ingin berteriak dan bercerita pada seseorang yang sepemikiran tapi kau yang di sana juga tak bisa diajak bertukar pikiran."

Melengkungkan bibir ke bawah adalah yang Molly lakukan. "Aku punya ide, bagaimana kalau kita coba berkelana bersama?"

"Bisakah?"

Adalah mengangguk antusias respon Molly.

"Aku sangat ingin mencobanya."

"Oh, ya, superpowermu apa?"

"Time control."

"Ah, menakjubkan!"

"Telekinesis juga menakjubkan."

"Permisi." Suara berat menginterupsi mereka.

Kedua gadis itu pun berbalik dan mendapatkan seorang Elray Dixon berdiri di depan mereka. Sontak saja keduanya terkejut bukan main. Apalagi Ze yang mendadak jantungnya berdegup kenjang.

"Kau Zebora Allen, kan?"

-The End-

Hello, Guys!
Ini cerita M.

Gimana? Gaje, kan? Alurnya kecepetan, kan? Hhh M tau kok. M nggak bakat di fantasi beneran deh. Ini juga ngetiknya kepepet deadline haduh haduh.

Yaudah deh M nggak mau banyak omong lagi. Eh, tapi sebelum itu, M mau bilang fantasinya jelek, ya, apalagi ini semi sci-fi kayaknya/? ah tau ah.

Sampai jumpa di karya M dan CreaWiLi selanjutnya.

The simple but weird,
MaaLjs.

24 Oktober 2018 | 20:50

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro