Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Modus #5: Gosip

Tips #5:

Komunikasi yang baik adalah awal hubungan yang baik pula. So ... perhatiin topik yang lo pilih untuk diobrolin dengan gebetan. Jangan sampai doi keburu ilfil karena lo ngebahas sesuatu yang dia nggak suka.

***

Ghazi menatap pantulan dirinya di dalam cermin, lalu menghela napas panjang.

Sebenarnya bila diperhatikan dengan saksama, Ghazi tidak kalah keren dengan Gailan. Ia memiliki sepasang mata berwarna madu dengan alis tebal. Rahangnya tegas, bibir penuh, hidung mancung, dan dipermanis dengan sebuah lesung pipi di sebalah kiri-yang setia muncul saat Ghazi tersenyum. Tinggi Ghazi pun sepantaran dengan Gailan. Hanya saja Ghazi kurus sementara Gailan atletis. Kulitnya bersih dan cerah, tidak hitam dan tidak pula pucat.

Tapi kenapa semua orang lebih menyukai Gailan dibandingkan gue? Itulah pertanyaan yang sering mengusik Ghazi. Pertanyaan yang kerap membuatnya membanding-bandingkan dirinya dan Gailan. Pada akhirnya, Ghazi hanya pasrah bahwa Gailan lebih populer dibandingkan dirinya.

Lelah dengan pikirannya, Ghazi memutuskan untuk tidur lebih cepat malam itu. Berharap keadaan lebih baik saat ia terbangun esok harinya. Ghazi mendekati ranjang yang memenuhi sisi kanan kamar, lalu merebahkan diri di samping boneka Teddy Bear besar berwarna cokelat kesayangannya. Ghazi memeluk Didi-nama bonekanya-dan membenamkan wajahnya. Bau iler dari Didi seperti aroma terapi bagi Ghazi, membuat perasaannya lebih baik.

Baru saja Ghazi memejamkan mata, ponselnya yang berada di atas meja nakas di sisi kanan ranjang berbunyi. Tanpa melihat, Ghazi sudah bisa menebak siapa yang menelepon. Pasti si cewek cebol rese itu.

"Nah benar, kan!" seru Ghazi saat melihat tulisan 'Kinder Joy Rese calling' di layar ponsel. Ghazi menerima panggilan itu lalu menempelkan ponsel di telinga sambil memeluk Didi dengan tangan kirinya yang bebas.

"Gailan lagi ngapain?"

Seperti biasa, Joya langsung menanyakan Gailan. Cewek itu tidak pernah basa-basi dengan mengucapkan halo atau salam sekalipun. Awalnya Ghazi sebal dengan hal itu. Ghazi menganggap Joya tidak tahu sopan santun, tapi Joya berkelit dengan menyebut tindakannya itu sebagai praktis. Keburu basi kalo keseringan basa-basi, begitu katanya, yang direspon Ghazi dengan dengkusan. Namun, sekarang Ghazi tidak terlalu sebal lagi. Setidaknya tindakan praktis yang disebut Joya, bisa mempersingkat waktu obrolan mereka.

"Tadi terakhir gue liat Gailan lagi ngupil," lapor Ghazi. Memang, tadi waktu Ghazi masuk ke kamar Gailan setengah jam lalu, abangnya itu sedang ngupil sambil rebahan.

"Ngasal, lo! Mau ngibulin gue lagi, ya?"

"Gue serius!"

"Masa, sih?"

"Yaelah. Gailan ngupil itu biasa aja keles! Asal lo tau, ngupil itu emang hobi Gailan tau."

"Ngarang lo!"

"Gue bilangin nggak percaya. Menurut lo kenapa tuh hidung bisa mancung dan lobangnya gede? Ya karena keseringan ngupil." Ghazi tertawa terbahak-bahak.

Tut ... tut ... tut!

Tawa Ghazi terhenti. Ia melihat layar ponsel, ternyata panggilan terputus. Satu lagi kebiasaan Joya, suka memutus panggilan sesuka hatinya.

Baru saja Ghazi mau meletakkan ponselnya ke meja nakas, benda itu berbunyi lagi.

"Gue tetap cinta Gailan meski lo jelek-jelekin dia!" teriak Joya, membuat Ghazi tersentak dan menjauhkan ponsel dari telinganya. Saat Ghazi mau mendamprat cewek rese itu, panggilan sudah diputus lagi.

Sial!

***

"Katanya lo lagi dekat dengan cewek, ya?"

Susu kotak di dalam mulut Ghazi menyembur keluar seketika saat mendengar pertanyaan Gailan. Ghazi terbatuk-batuk. Hidungnya memerah karena tersedak. Gailan mengambil tisu di atas dasbor dengan tangan kiri, lalu menyerahkan pada Ghazi.

"Bersihin, tuh," perintah Gailan sambil menunjuk dasbor yang kotor terkena semburan Ghazi. Ghazi mengelap bibirnya sebentar, sebelum membersihkan dasbor dengan bibir cemberut.

"Gue pikir itu gosip murahan aja. Tapi ngeliat reaksi lo tadi, kayaknya beneran. Omong-omong cewek mana, nih, yang sial ketiban cinta lo?" Gailan terkekeh pelan. Cowok itu sempat melirik Ghazi sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di depan.

"Nggak lucu!" ketus Ghazi. Bibirnya makin maju. Jelek kayak bebek.

"Sini cerita ke gue. Siapa tau gue bisa bantu. Ya, anggap aja itu semacam dukungan seorang abang buat adiknya."

Dan ujung-ujungnya tuh cewek malah suka sama lo.

Kata-kata itu berada di ujung lidah Ghazi. Hampir saja tersembur. Namun, Ghazi berhasil menahan dengan mengigit bibir bawahnya

"Gue kenal tuh cewek, nggak?" Ternyata Gailan masih belum menyerah. Selain kepo, Gailan senang menggoda Ghazi. Lihat saja saat ini Ghazi makin cemberut dengan wajah memerah seperti tomat busuk.

"Lo tenang aja, gue nggak bakal ngerebut tuh cewek dari lo."

Ghazi melemparkan pandangan keluar jendela. Menatap gedung-gedung tinggi yang berada di sepanjang jalan yang mereka lewati menuju SMA Harapan. Lalu, satu penyesalan menyelusup ke hatinya. Seandainya dulu Ghazi tidak meminta bantuan Gailan, apakah akhir kisah cinta pertamanya akan berbeda?

"Woi, Zi! Jangan ngelamun!"

"Berisik lo, ah! Kayak nenek-nenek."

***

"Anak-anak bilang lo lagi dekat dengan cewek kelas X.1."

"Maksud lo Joya?"

Dimas yang kini duduk menghadap Ghazi mengangguk. "Gue pikir itu gosip doang. Soalnya banyak yang ngeliat lo dengan tuh cewek ketemuan di taman belakang lab. Terus kemarin lo juga narik-narik tuh cewek keluar kelas." Dimas berdecak sambil geleng-geleng. "Gue nggak nyangka ternyata lo doyan cewek tomboi gitu."

Ghazi mendelik sebal, lalu menjitak kepala Dimas. "Mending nih otak lo cuci sana. Biar nggak mikir yang kotor!"

"Apaan, sih. Otak lo yang kotor kali."

"Terus ngapain lo tadi nuduh gue doyan cewek tomboi?"

"Jadi itu nggak benar?"

"Ya, nggaklah!" tukas Ghazi tegas. Enak aja ia dibilang naksir Joya. Memangnya di dunia ini sudah tidak ada cewek yang lain, apa?

"Syukurlah tuh cewek selamat."

Kening Ghazi mengerut. Kedua alisnya menyatu. "Maksud lo?"

"Ya, tuh cewek selamat nasibnya. Nggak sial ketiban cinta lo!" Dimas terkekeh.

Ghazi menampol kepala Dimas dan mengumpat, "Sialan, lo!"

Lalu keributan di dalam kelas mereda dalam sekejap. Tidak ada satu lagi yang bersuara. Suara ketukan di lantai menjadi tanda bahwa guru sudah masuk ke dalam kelas.

Pagi ini kelas X.3 belajar Kimia bersama Bu Ira. Kebetulan Bu Ira juga wali kelas X.3. Pribadi Bu Ira yang tegas, membuat anak-anak kelas X.3 segan padanya. Mereka tidak berani berbuat ulah ketika wali kelas mereka mengajar.

"Siapa tuh? Anak baru, ya?" bisik Dimas pada Ghazi. Ternyata pagi ini Bu Ira tidak masuk kelas seorang diri.

Ghazi ikut menoleh. Saat matanya bersitatap dengan cewek yang masuk bersama Bu Ira, napas Ghazi tersekat. Cewek itu memiringkan kepala, menyampirkan helai rambutnya ke telinga, dan tersenyum pada Ghazi.

Detik itu juga Ghazi merasa dunia di sekelilingnya memudar. Menyisakan ia dan cewek itu. Juga detak jantungnya yang berpacu sangat cepat.

Dia kembali!

***

Kira-kira siapa ya tuh cewek?

Penasaran? Temukan jawabannya di hari Senin, ya. Stay selalu di cerita MODUS ini. Jangan lupa masukin ke library agar lo tau kalau cerita ini di-update. Omong-omong, hari ini Joya nggak banyak muncul karena sibuk nyusun rencana modusin Gailan. Wkwkkwk ...

Sampai jumpa kembali.

Bubay!

K. Agusta
💋💋💋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro