Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Modus #33: Persimpangan Dua Hati

"Itu Joya waktu kecil."

Ghazi dan Joya menoleh ke asal suara. Ternyata Ibu Joya. Wanita itu tersenyum, tangannya membawa nampan yang di atasnya terdapat segelas air sirup dan setoples camilan.

"Bukannya ini anak laki-laki?" tanya Ghazi.

Ibu Joya meletakkan nampan di atas meja tamu, lalu tertawa geli. "Ceritanya panjang," jawab Ibu Joya. Lalu, "Ayo duduk sini. Nanti Ibu ceritakan kenapa Joya bisa jadi seperti ini."

Ghazi menoleh ke arah Joya, tapi cewek itu malah membuang muka. Namun, Ghazi bisa merasakan gelagat aneh dari sikap Joya. Pada akhirnya, didorong rasa penasaran, Ghazi pun duduk di hadapan Ibu Joya.

"Silakan diminum. Maaf cuma seadanya," kata Ibu Joya. Lalu Ibu Joya memanggil Joya untuk bergabung bersama mereka. Joya menarik napas panjang, kemudian duduk di samping ibunya.

Ghazi mengangguk sungkan, disertai ucapan terima kasih. Kemudian Ghazi meminum air sirup yang sudah dibuatkan Ibu Joya untuknya. Setelah itu, Ghazi menatap Ibu Joya, menunggu wanita tua itu untuk bercerita.

"Jadi ceritanya begini ...," Ibu Joya pun mulai bercerita. Ghazi mendengarkan dengan saksama. Sementara Joya hanya mampu menundukkan kepala.

***


Malam itu Ghazi duduk di teras. Lampu sengaja ia matikan. Seperti kebiasaannya, Ghazi suka menenggelamkan dirinya dalam kegelapan saat galau.

Sungguh, ia masih tidak percaya pemilik Didi itu adalah Joya. Rasanya begitu mustahil karena  selama ini Ghazi selalu beranggapan pemilik Didi adalah bocah laki-laki. Tapi, dari cerita Ibu Joya tadi dan bukti foto yang tidak bisa dibantahkan, Ghazi harus percaya bahwa Joyalah orang yang selama ini ia cari.

Rasa dingin menyengat pipi Ghazi. Saat ia menoleh, ia mendapati senyum jail milik Gailan.

"Gue heran sama lo. Kok senang banget gelap-gelapan gini," kata Gailan sambil melemparkan soda kaleng dingin kepada Ghazi, yang ditangkap Ghazi dengan sukses. "Gue kira tuyul mana tadi yang ngumpet di sini."

"Asem lo," gerutu Ghazi. "Mana ada tuyul tinggi dan berambut gini."

"Ya kali aja tuyul jaman now udah nggak pendek dan botak lagi."

"Nggak lucu!" komentar Ghazi.

Gailan tertawa ngakak melihat wajah cemberut Ghazi. Sudah lama rasanya ia tidak menjaili Ghazi seperti ini.

Lalu, Ghazi teringat sesuatu.

"Lan, seingat gue dulu lo bilang ke gue pernah cerita tentang Didi ke Joya. Lo cerita apa aja?"

Gailan mengangguk sambil meneguk minumannya. Setelah itu ia baru menjawab. "Hmm ... gue bilang ke Joya nama boneka lo itu Didi. Lalu cerita lo dapatin Didi dari anak laki-laki di pasar malam sembilan tahun lalu."

"Lo cerita ini waktu Joya jenguk lo?"

Gailan mengangguk. "Kenapa, sih?"

Pemilik Didi itu Joya. Orang yang gue cari selama itu ternyata Joya. Ingin rasanya Ghazi mengatakan itu kepada Gailan. Tapi, entah kenapa pada akhirnya Ghazi malah menggeleng dan berkata, "Nggak apa-apa."

Lalu Ghazi kembali larut dalam pikirannya. Sekarang ia tahu alasan kenapa sikap Joya berubah kepadanya. Pasti Joya sudah tahu kalau bocah yang ia tolong di pasar malam sembilan tahun lalu itu adalah Ghazi. Tapi kenapa Joya tetap merahasiakan ini semua?

Itulah yang kini menjadi misteri. Ghazi masih tidak habis pikir kenapa Joya menutupi kenyataan bahwa mereka pernah bertemu secara tidak sengaja sembilan tahun lalu.

Dalam hati Ghazi bertekad, besok ia akan menemui Joya dan bertanya tentang alasan kenapa cewek iti merahasiakan kenyataan bahwa ia pemilik Didi.

***

Kening Gailan mengerut saat melihat Ghazi masuk ke dalam mobil bersama Didi. Gailan menatap Ghazi dengan satu alis terangkat dan sudah bersiap mengajukan pertanyaan. Tapi, Ghazi lebih duluan bersuara.

"Ada hal yang harus gue selesaiin, dan gue butuh Didi."

"Lo nggak takut ntar diejek anak-anak?"

Ghazi menggeleng. Ini lebih penting daripada ejekan tersebut. Ia benar-benar butuh kejelasan. Lagi pula apa salahnya sih cowok punya boneka kesayangan? Toh, ia tidak merugikan siapa pun juga.

Lalu satu gagasan melintas di kepala Gailan, membuat mata cowok itu membesar.

"Apa lo udah nemuin pemilik Didi yang sebenarnya?"

Ghazi mengangguk. "Makanya gue butuh Didi."

"Siapa?" tanya Gailan penasaran.

"Gue belum bisa kasih tau lo sekarang. Sorry."

Gailan mengangguk maklum. Setelah itu ia tidak lagi bertanya. Gailan menghidupkan mesin mobil, lalu melajukan besi berjalan itu menuju sekolah.

***

Joya menatap boneka beruang di atas tempat tidurnya. Boneka beruang yang dibelikan papanya sembilan tahun lalu di pasar malam. Boneka beruang yang ia berikan kepada bocah laki-laki yang temui sedang menangis karena tersesat. Boneka beruang yang ia beri nama Didi.

Tadi di sekolah, Ghazi mengirim pesan dan mengajak ketemuan. Tapi, Joya mengabaikan pesan tersebut. Entah kenapa Joya tidak siap untuk bertemu dengan Ghazi. Terlebih saat ini, setelah Ghazi tahu bahwa Joya pemilik Didi yang sebenarnya.

Tapi, pesan terakhir Ghazi membuat Joya tidak bisa mengabaikannnya lagi. Pesan itu berisi ancaman. Kalau Joya tidak segera menemui Ghazi di taman belakang lab sains, Ghazi akan ke kelas Joya. Akhirnya, dengan helaan napas berat, Joya menemui Ghazi.

"Kenapa lo nggak bilang kalo Didi punya lo?"

Saat itu Joya memilih bungkam karena ia pun tidak tahu alasan kenapa harus menyembunyikan kenyataan itu dari Ghazi. Joya hanya menatap Ghazi dengan tatapan memohon, meminta cowok itu untuk tidak bertanya apa pun lagi.

Pada akhirnya Ghazi memang tidak bertanya lagi. Cowok itu hanya mengembalikan Didi kepada Joya, kepada pemilik yang sebenarnya.

"Gue senang akhirnya bisa nemuin pemilik Didi yang sebenarnya," Ghazi tersenyum. "Makasih dulu lo udah nyelamatin gue." Ghazi pun pergi.

Joya meraih Didi dan memeluknya. Joya dapat mencium aroma yang begitu ia kenal. Aroma tubuh Ghazi.

Dada Joya berdegup kencang. Matanya terasa panas dan perih. Tanpa Joya sadari, air matanya jatuh dan membasahi pipi. Joya tidak tahu kenapa ia menangis seperti ini.

***

Sepulang dari latihan Taekwondo, Gailan mengajak Joya mampir dulu di IScream. Sudah lama kita nggak kencan, kata Gailan. Sebenarnya Joya ingin menolak. Tubuh dan pikirannya sedang lelah saat ini. Tapi, melihat wajah gembira Gailan, membuat Joya tidak tega untuk menolaknya. Akhirnya, Joya menyetujui ajakan Gailan untuk mampir ke IScream.

IScream masih sama seperti terakhir kali mereka ke sini. Seorang pegawai menyambut mereka dengan senyuman dan ucapan selamat datang yang ramah. Beberapa pegawai hilir mudik menerima dan mengantarkan pesanan kepada pengunjung yang rata-rata anak sekolahan. Lagu-lagu pop yang sedang in saat ini terus diputar memanjakan pendengaran para pengunjung.

"Tempat ini selalu rame, ya!" komentar Gailan membuka pembicaraan.

Joya memperhatikan sekitar lalu mengangguk. "Tempatnya asyik."

Gailan setuju. Tempat ini memang asyik. Selain itu harga makanannya juga terjangkau bagi kantong pelajar seperti mereka.

Lalu, Gailan meraih tangan Joya, menggenggamnya erat. Tentu saja Joya terkesiap kaget. Mata mereka bertemu. Gailan tersenyum hangat.

"Joy, kita pacaran, yuk!" kata Gailan tiba-tiba.

Kata-kata itu diucapkan Gailan dengan santai. Tapi, Joya bisa merasakan ketulusan dan keseriusan di sana. Ajakan kali ini terasa jauh berbeda dibandingkan yang dulu.

"Tapi, Kak ...."

"Aku tau, dulu aku pernah ngajak kamu pacaran juga. Tapi, aku ingin mengulangnya sekali lagi. Kali ini, aku ingin kamu tahu kalo aku benar-benar serius sama ucapanku. Aku ingin kita pacaran dalam arti sebenarnya. Karena aku benar-benar suka sama kamu. Aku cinta sama kamu."

Joya tidak bisa berkata apa-apa. Lebih tepatnya, ia tidak tahu harus menjawab apa untuk permintaan Gailan tersebut. Karena ia tahu, entah sejak kapan, ada seseorang yang diam-diam masuk dan menempati hatinya, menggantikan posisi Gailan di sana. 

Joya tahu perasaannya terhadap Gailan sudah menghilang, tapi ia tidak tahu bagaimana cara memberitahukannya tanpa menyakiti Gailan.

Di sanalah Joya sekarang berdiri. Di sebuah persimpangan, yang memaksanya untuk memilih kepada siapa cintanya akan berakhir.

***

Modus tinggal satu part lagi.
Jadi jangan sampai ketinggalan. Jadilah saksi dari perjalanan akhir kisah cinta Joya.

Sampai jumpa di bab terakhir Modus.

Bubay

K. Agusta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro