Modus #29: Seteru
Joya baru masuk ke dalam kelas setelah jam pelajaran pertama selesai. Wajah cewek itu sedikit kuyu. Ada lingkar hitam di bawah matanya. Joya menjatuhkan diri di atas kursinya, lalu menyeka keringat dengan lengan seragamnya.
"Kali ini dihukum apa lagi?" tanya Friska kepada Joya. Saat itu pergantian jam pelajaran, dan Miss Wening, guru bahasa inggris, belum masuk ke dalam kelas.
"Biasa. Bersihin toilet. Nggak kreatif, ya!" jawab Joya sambil memasang cengiran lebar. "Sesekali hukumannya ngabisin dua porsi mi ayam, kek!" lanjutnya kemudian.
Friska mendengkus. "Yaelah. Bersihin toilet aja lo masih nggak ada kapok-kapoknya datang telat. Gimana hukumannya enak gitu? Dijamin tiap hari lo telatnya."
Joya hanya terkekeh pelan mendengar celoteh teman sebangkunya itu. Hari ini ia memang telat datang ke sekolah karena terlambat bangun. Joya baru tidur jam tiga dini hari dan terbangun jam tujuh pagi.
"Lo bergadang semalam, kan? Pasti teleponan dengan Kak Ilan. Mentang-mentang udah punya pacar!"
"Makanya, Neng. Buruan terima cinta si Dodit sana. Sok jual mahal amat, sih!"
Dodit adalah teman sekelas mereka yang sudah naksir Friska sejak pertama kali masuk SMA. Tapi sayangnya, Friska ilfil sama kelakuan Dodit yang suka caper. Menurut Joya sih wajar Dodit caper sama Friska. Kalo caper-nya sama Pak Kamal, itu baru bikin ilfil.
"Buat lo aja, deh. Mending gue jomlo seumur hidup daripada sama dia."
"Jangan takabur lo. Beneran jomlo seumur hidup ntar baru tau rasa!"
Friska menyubit lengan Joya dengan kesal. "Lo baru datang udah bikin orang keki aja."
"Parah lo. Main nyubit sembarangan aja. Merah, nih!" kata Joya sambil mengusap-usap lengannya yang tadi kena cubitan maut Friska.
"Omong-omong lo udah tau gosip terbaru, nggak?" tanya Friska mengubah topik pembicaraan.
Joya menggeleng. "Gosip apaan?"
Belum sempat Friska menjawab, Miss Wening sudah masuk ke kelas. Ketua kelas berdiri, memimpin salam, lalu diikuti seisi kelas. Setelah itu Miss Wening memerintahkan anak-anak mengeluarkan kertas selembar dan alat tulis.
"Pop quiz," kata Miss Wening membuat sebagian murid-murid mengeluh, termasuk Joya.
Pop quiz tersebut membuat Joya lupa dengan obrolannya dengan Friska barusan.
***
Hari ini Ghazi tidak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran. Teman-teman sekelas yang sering menoleh ke arahnya membuat Ghazi risih. Bahkan beberapa murid perempuan ada yang terang-terangan membicarakannya di jam pelajaran, sama sekali tidak takut ditegur guru. Ghazi menghela napas panjang. Dalam hati ia berharap bel pulang datang lebih cepat.
"Nggak usah dipikirin," bisik Dimas yang sadar dengan kegelisahan Ghazi. "Tidur dengan boneka bukan hal yang perlu lo maluin. Santai aja. Anggap aja sekarang lo itu seleb yang lagi jadi sorotan paparazi." Dimas menepuk punggung Ghazi, memberi semangat.
Ghazi mengangguk dan tersenyum tulus. "Thanks," ucapnya.
Bel tanda istirahat berbunyi. Ghazi mengemasi buku dan alat tulisnya. Lalu ia menarik napas panjang dan berdiri. Seperti kata Dimas, masalah ini tidak perlu ia pikirkan.
"Yuk ke kantin!" ajak Dimas.
Ghazi mengangguk, lalu berjalan bersama Dimas keluar kelas. Tapi, di depan pintu kelas langkah mereka terhenti oleh seseorang.
"Lo nggak apa-apa, kan, Zi?"
***
Berita tentang Ghazi yang tidur dengan boneka beruang itu ternyata menyebar dengan cepat. Sudah jadi konsumsi murid-murid satu sekolah. Gailan yang mendengar kabar itu tentu saja kaget.
Makanya ketika istirahat, Gailan mengabaikan ajakan teman-temannya ke kantin. Ia harus ke kelas Ghazi, memastikan adiknya itu baik-baik saja.
Gailan berjalan dengan langkah lebar. Setiap sapaan yang ditujukan padanya hanya ia tanggapi dengan lambaian tangan. Hatinya tidak tenang karena memikirkan keadaan Ghazi saat ini.
Siapa yang melakukan ini? tanyanya dalam hati. Lalu tiba-tiba langkah lebar Gailan terhenti. Satu nama tercetus di benaknya. Tapi, Gailan menggeleng. Mengenyahkan hal yang baru saja menyelinap ke kepalanya.
Nggak mungkin Joya yang melakukannya. Joya bukan orang yang seperti itu. Pasti ada orang lain yang tahu hal ini selain kami berdua.
Gailan melanjutkan lagi langkahnya dengan terburu-buru. Ia memutuskan nanti saja mencari tahu siapa oknum yang sudah membocorkan rahasia Ghazi. Ada hal yang lebih penting, yaitu memastikan kondisi Ghazi.
Tapi beberapa meter dari kelas Ghazi, langkah Gailan kembali terhenti. Ia melihat Ghazi. Tapi, Ghazi tidak sendirian. Di sana juga ada Joya. Mereka berdua terlihat sedang berdebat.
"Joya!" teriak Gailan ketika melihat Joya tersungkur di lantai karena Ghazi.
***
Setelah pop quiz, Joya teringat kembali obrolannya dengan Friska. Lalu dengan suara berbisik ia bertanya, "Fris, lo tadi mau ngasih tahu gosip apaan ke gue?"
Friska menoleh, berpikir sesaat, lalu ketika ia paham yang dimaksud Joya, Friska pun menjawab, "Itu ... ada gosip Ghazi adiknya Kak Ilan masih suka tidur dengan boneka beruang. Tadi pagi ketika Ghazi baru datang, banyak anak-anak yang mengejeknya."
Joya bagai tersambar petir mendengar kabar itu. Rahasia Ghazi terbongkar. Siapa yang melakukannya?
Melihat wajah terkejut Joya, Friska bertanya, "Lo udah tau hal ini?"
Bukannya menjawab, Joya malah melihat jam di dinding. Masih ada lima menit lagi sebelum istirahat. Tanpa menunda lagi, Joya berdiri lalu mendekati Miss Wening. Joya meminta izin keluar kelas dengan alasan mau ke toilet. Beruntung Miss Wening mengizinkannya.
Tapi bukan toilet tujuan Joya, melainkan kelas Ghazi. Kelas X.1 dan X.3 tidaklah terlalu jauh. Mereka hanya dipisahkan oleh kelas X.2 dan tangga. Hanya butuh waktu kurang lebih satu menit, Joya sampai ke kelas Ghazi.
Joya mengintip ke jendela, dan ia melihat Ghazi masih belajar. Masih ada dua menit lagi sebelum bel. Joya memutuskan duduk di bangku beton di depan kelas Ghazi. Joya mau berbicara dengan Ghazi dan memastikan cowok itu baik-baik saja.
Bel istirahat berbunyi. Joya berdiri di depan kelas Ghazi, menunggu Ghazi keluar.
"Lo nggak apa-apa, kan, Zi?" tanya Joya ketika akhirnya bertemu dengan Ghazi. Joya memperhatikan cowok tersebut. Saat tatapan mereka bertemu, Joya bisa melihat kekecewaan yang berbaur dengan luka di mata Ghazi.
Ghazi menoleh ke Dimas dan berkata, "Lo duluan aja ke kantin, Dim. Ntar gue nyusul."
Dimas mengangguk, lalu meninggalkan Ghazi dan Joya.
"Sekarang lo pasti senang, kan, bisa mempermalukan gue?" kata Ghazi dengan getir.
Joya mengerjap. "Maksud lo apa?"
"Nggak usah pura-pura bego. Lo kan yang bongkar rahasia gue?"
"Bukan gue!" sangkal Joya.
"Kalo bukan lo siapa lagi? Ilan?" Ghazi tertawa pilu. "
Joya menggeleng. "Tapi, sungguh bukan gue yang bongkar masalah ini." Joya masih melakukan pembelaan.
Ghazi mendengkus. "Udahlah. Gue rasa nggak ada lagi yang perlu dibicarakan. Asal lo tau, gue nyesel udah percaya sama lo," kata Ghazi kemudian seraya melangkah pergi.
Tapi, Joya tidak berpikir demikian. Ia meraih tangan Ghazi, menahan cowok itu untuk pergi. Masih banyak hal yang perlu mereka bicarakan. Joya ingin menjelaskan pada Ghazi kalau bukan dirinya yang membongkar rahasia itu.
"Lo harus dengerin gue dulu," pinta Joya. Tapi Ghazi malah menyentakan tangannya, membuat Joya terjatuh. Saat itulah Joya mendengar seseorang meneriakkan namanya. Ketika Joya menoleh, ia melihat Gailan berlari mendekatinya.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Gialan setelah berada di sebelah Joya.
Joya tersenyum dan mengangguk. Saat Joya menoleh ke arah Ghazi, cowok itu sudah pergi. Menatap punggung Ghazi yang menjauh, membuat dada Joya terasa begitu sakit.
"Ayo berdiri," kata Gailan sambil membantu Joya berdiri.
Joya mengerjap. Menahan air matanya biar tidak jatuh. Lalu meraih tangan Gailan yang membantunya untuk berdiri.
***
Seseorang menyaksikan kejadian yang baru berlangsung di depan kelas Ghazi. Lalu bibirnya tersenyum.
Sekarang Ghazi pasti membenci lo.
Sosok itu melangkah pergi menuju kantin dengan hati puas karena rencananya berhasil.
***
Halo semua. Apa kabar? Semoga sehat dan bahagia setelah membaca lanjutan MODUS.
Nah, tanpa banyak celoteh hal nggak penting, aku langsung aja ya. Siapa yang mau MODUS double up hari ini?
Seperti biasa, ada tantangannya, nih.
Silakan komen UP di sini. Kalo sampai 456 komentar sebelum jam 6 sore, MODUS akan UP lagi. Gimana? Sanggup? Pasti sanggup dong, ya!
Oke sip, segini aja dulu.
Sampai jumpa secepatnya.
Bubay
K. Agusta
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro